photo source |
“Kalau sudah menikah dan melahirkan, keberanian kita pasti
berkurang jauh. Enggak seperti waktu gadis,” demikian kata Erni, teman saya
sewaktu kita ketemu di suatu sore. Erni tetangga sekaligus teman waktu remaja
memang terkenal tomboi sewaktu gadisnya. Kalau bawa motor, selalu ngebut.
Ternyata menurut pengakuannya, semenjak
menikah keberaniannya menurun dratis.
“Nanti deh kau rasakan sendiri, Ren ---kalau sudah menikah
dan punya anak. Keberanian itu akan menghilang seiring darah yang kita
keluarkan waktu melahirkan,” sambungnya lagi melihat respon saya yang mungkin
dimatanya tidak sepenuhnya menyetujui apa yang diucapkannya.
Ya iyalah…,mana ada
hubungan antara darah yang keluar waktu melahirkan anak dengan surutnya
keberanian , pikir saya. Waktu itu saya
masih belum menikah, dan mempunyai kebiasaan yang sama dengan Erni, suka ngebut
kalau bawa motor. Jadi kata-kata Erni soal keberanian dan hubungannya dengan
proses melahirkan, berlalu begitu saja.
Sama halnya dengan Erni, sebenarnya saya pun termasuk orang yang cukup nekad
kalau bawa motor. Kalau tidak kenceng,
rasanya tidak afdol. Walau pernah jatuh terduduk karena terserempet mobil ,
atau tabrakan dengan sesama motor, ternyata tidak menyiutkan nyali. Masih juga
di atas 60 km kecepatannya. Tapi tentu saja tetap menghira-ngira dengan situasi
jalan yang saya lalui.
Pernah saking kencangnya bwa motor, helm yang saya pakai
terbang terbawa angin. Memang sih, bukan helm standar, melainkan helm proyek,
dan talinyajuga tidak dipasang dengan baik. Helm itu masuk ke parit. Karena
gengsi, saya tinggalkan saja helm itu di
dalam parit. Masak saya harus berhenti dan masuk ke parit untuk mengambil helmnya? Malu..
Urusan ngebut tidak saja dengan motor. Bawa mobil juga
begitu. Tapi beraninya di jalan tol,karena jalan tol di Medan 10 tahun yang
lalu relatif lengang. Beda pastinya dengan sekarang ini. Atau kalau lagi jalan ke luar kota, misalnya
ke Pangkalan Berandan, Tebing Tinggi,
atau pun Siantar. Itu perjalanan
paling jauh yang saya lakukan dengan
menyetir mobil sendirian. Jarak Medan - Siantar sekitar 171 km. Bila melewati
perjalanan dengan jarak di atas 200 km, saya memilih ditemani papa atau teman.
Kembali ke masalah keberanian. Memang waktu belum menikah,
rasanya bawa kendaraan itu tidak ada beban, selain fun saja.Karena pada
dasarnya saya suka jalan, jadi ya enjoy saja. Tapi kemudian setelah menikah dan
punya anak, apa yang dikatakan teman saya itu mulai terasa benar adanya.
Jangankan bawa motor kenceng-kenceng alias ngebut, dibonceng
suami aja nyali saya kerap kali ciut, kalau menurut saya dia memacu motornya
mulai kenceng. Kalau enggak memejamkan mata, pasti saya cubit pinggangnya, pertanda
saya ketakutan. Belum lagi kalau jalanan
macet dan motor yang dikendarainya meliuk-liuk mencari celah di antara
kendaraan lainnya. Wih…. Lebih baik saya menundukkan mata dan mulut serta hati
tak henti berzikir. Betul, saya ketakutan.
Ternyata, memang benar, setelah menikah, keberanian
saya tak seperti dulu lagi…
Bener banget mba.. Setelah jadi ibu saya ga berani naik jetcoster lagi..juga takut ketinggian ..( takut jatuh ) ..padahal dulu gila gilaan..
BalasHapushihihi, senasib ya Mbak..
HapusSamaaa...dulu..jaman kuliah motoran jauh 75 km setiap dua minggu sekali pulang dari kos ke rumah berani. Sekarang boro-boroo. Dulu jaman masih lajang naik bis kota di Jakarta uyel-uyelan malam juga berani. Sekarang? Boro-boro...Nyali langsung ciut. Kalau naik bus transjakarta baru berani.
BalasHapusho oh. ternyata betul banget ya Mbak. keberanian kala gadis dan keberanian setelah menikah, beda jauh...
HapusMaaak..ko bener bgt ya. Saya setelah nikah jd paranoiiiid bgt. Bawa anak kemana2 bawaannya takut aja takut beginj dan begitu.knp ya?? Hiks..mau seperti mak.bs bawa motor.sy sama sekali ngga bisa. Wkt kecil sm ibu suka dilarang2 dan sy nurut aja. Sekalinya ada kesempatan bljr mbl tadiny semngt.pas suami blg, hati2. Jadi ciut..ga jadi..knp ya mak??hiks lg deh..btw sy udah bls inboxnya ya..
BalasHapusayo mbak, belajar mobil lagi. soalnya itu perlu banget buat situasi tertentu. masalah keberanian sebelum menikah dan setelahnya, enggak tahu ya kenapa. mungkin karena sudah ada pertimbangan tanggung jawab ke anak-anak
Hapusayuuk, katanya aku mau dionceng ngebuut, hahaha, kapan mba?
BalasHapusiya nih Mbak. Kapan ya. susah cari waktunya sejak suami ngajar.
Hapusbetul mak, aku ingat lagi masih kuliah naik motor dg teman ke luar kota kalau melewati truk pasti kaki naik ketas sambil tangan ngepalin ke arah supirnya , seru banget!!!. Sekarang dibonceng naik motr selalu ketar ketir, naik mobil di depan suka gak mau kalau mobilnya gak ada moncongnya. Lihat banayk mobil dan motr dijalanan itu takut banget
BalasHapusfaktor U atau faktor melahirkankah penyebabnya? seperti kata temanku itu? hmm.., sepertinya perlu ada riset ya :)
Hapusapa ini tipikal buat perempuan ya? soalnya belum ada komentar dari lelaki. kalau saya merasakannya tidak terlalu beda gaya nyetirnya, baik sebelum atau setelah menikah. tapi memang dengan bertambah usia, jadi bertambah wise. walaupun begitu, masih ada juga teman yg jauh lebih tua dari saya, tapi tetap jadi 'pembalap' saat di jalan he he he...
BalasHapussaya seneng bagian akhir tulisannya, itu lho yg mencubit pinggang suaminya sebagai pertanda sudah takut saat disetirin. apa iya itu pertanda takut atau pertanda yang lain. he he he... btw, salam kenal
wah, untung sampeyan berkomentar, jadi ada sudut pandang baru dari laki-laki nih. Salam kenal balik ya. saya sudah kunjungi balik blognya
HapusIya mbak.. karena kita gak hanya memikirkan keselamatan untuk diri sendiri, tapi orang lain juga. Udah punya keluarga, kalau celaka gimana? Iya kan?
BalasHapussaya kira rasa tanggung jawab itu lebih tepat ya Mbak ketimbang premis akibat darah yang dikeluarkan saat melahirkan :)
HapusSaya malah sudah tidak berani naik motor ke jalan raya
BalasHapustidak ada hubungan dengan keberanian yang menghilang, kan Pak?
HapusRasanya bukan jadi tidak berani. Hanya kalau teringat sama orang-orang yang kita sayang perhitungannya akan semakin matang. Juga keberaniannya pindah ke "tempat" lain. Coba kalau ada seorang yang mau melukai orang-orang yang kita sayang, terutama anak.. Bukan begitu?
BalasHapusberarti, semakin penuh perhitungan, begitu ya Pak.
Hapus