Cerdik = Licik?

Memaknai Dari Paradigma Yang Berbeda Dongeng Si Kancil Yang Cerdik

www.rebellinasanty.blogspot.com
foto, credit

Dan si gajah yang polos kemudian terjebak dalam rencana cerdik licik kancil. Dia pun masuk ke dalam lubang. Tubuhnya yang besar memudahkan kancil untuk memanjatnya dan keluar dari lubang. Demikianlah akhirnya, si kancil yang cerdik itu pun berhasil keluar dari lubang, dengan pertolongan kepolosan kebodohan gajah yang berhasil diperdayanya.

Dongeng Si Kancil yang cerdik pernah menjadi bagian masa kanak-kanak kita, yang lahir tahun 70-an. Bahkan selalu ditanamkan dalam benak kita saat itu untuk bisa seperti kancil, cerdik dan pandai menghadapi segala situasi. Kisah Si Kancil itu ternyata tak hanya familiar di kalangan penduduk Indonesia, tetapi juga Malaysia. Buktinya, salah satu stasiun tv akhir-akhir ini kerap menayangkan kisah kecerdikan Si Kancil ini, yang versi buatan Malaysia.

Banyak kisah yang terpaut dengan Si Kancil ini. Kisahnya dengan buaya seingat saya bahkan masuk dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia kala itu. Lalu, ada kisahnya dengan monyet, dan hewan-hewan lainnya. Namun, satu hal yang kemudian menjadikan pandangan saya terhadap Kancil berubah, adalah saat membaca kisahnya dengan Gajah. salah satu bagian ceritanya adalah seperti kutipan diatas. Tentu saja quotes yang diatas adalah versi diceritakan ulang kembali  (oleh saya).

Bila semula saya mengagumi kepandaian, kecerdikan, dan kelihaian Si Kancil, maka dalam kisahnya dengan gajah, saya memprotes apa yang dilakukannya terhadap gajah. Bagaimana bisa kancil, demi ingin bebas dari lubang yang memerangkapnya, sanggup memperdayai gajah yang tidak punya salah apa-apa? Mengibulinya dengan cerita bohong bahwa dunia akan runtuh. Dengan demikian, gajah yang akhirnya malah terperangkap dalam lubang, sedangkan kancil melenggang bebas. Itulah yang disebut cerdik?

Bagi saya, sikap kancil itu bukan cerdik. Tapi oportunis, licik dan manipulatif. Dan type kancil di sini adalah orang yang tidak punya hati, mengorbankan orang lain demi kepentingan dan keuntungan dirinya sendiri. Layakkah kisah kancil dan gajah ini menjadi dongeng ‘contoh cerdik’ untuk anak-anak kita? Kalau menurut saya, tidak! Justru dongeng mengenai kancil dan gajah ini saya dongengkan kembali ke pada anak-anak dengan memberi pemahaman, bahwa sikap kancil itu bukanlah cerdik, melainkan licik!

Ya, itu yang saya lakukan saat mendampingi anak-anak menonton ini di tv. Saya katakan bahwa sikap cerdik itu bukan untuk memanipulasi orang lain, atau mengorbankan orang lain demi keuntungan pribadi. Jadi, janganlah seperti kancil, yang mempergunakan kepandaian dan kepintarannya demi keuntungan pribadi, dan merugikan orang lain. Jadikan kepandaian yang kita miliki justru untuk membantu orang lain, menebar manfaat dan membawa rahmat untuk sekeliling.

Kalau kita mau membuka mata terhadap fenomena di sekeliling kita, ternyata banyak kancil-kancil licik di sekeliling kita. Pandai, pintar, manis lidah berkata, dan menarik hati tingkah lakunya. Tapi kebanyakan kepandaian dan kepintaran itu hanya digunakan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompoknya, dan tidak peduli untuk mencapai tujuannya, berakibat merugikan orang lain.

Tak jarang orang type kancil ini mampu menarik ludah yang telah dibuang, atau menggunting dalam lipatan. Mengkhianati kepercayaan pun menjadi hal yang tak sungkan dilakukan.


Akankah kita mencetak generasi seperti kancil ini? Terlihat cerdik namun ternyata licik dan manipulatif adanya? Saya yakin, kita semua berkeinginan menumbuhkan generasi baru yang tangguh, penuh percaya diri, berbudi baik dan luhur, serta mampu membawa manfaat bagi sekelilingnya tanpa merugikan orang lain. Dimulai dari sekarang yuk, dengan berhati-hati memberi pemahaman terhadap apa yang mereka tonton, dengar, dan lihat. Termasuk, menyeleksi dongeng yang salah makna. 

Rebellina Santy

Author, Blogger, Crafter, and Gardener. Informasi pemuatan artikel, Sponsored Post, Placement, Job Review, dan Undangan Event, email ke : rebellinasanty@gmail.com. Twitter/IG: @rebellinasanty

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halo...
Thanks ya uda mau mampir dan kasih komentar di blog Rebellina Santy. Komentar kamu berharga banget buat saya.

Salam
Reni Susanti