Salah Satu Hadiah Dari GA |
Well, inilah yang saya rasakan sepanjang tahun 2014 lalu.
Penuh peristiwa yang membuat semangat hidup saya jatuh bangun.
Dibuka oleh kejutan manis dari majalah Femina. Tulisan
gado-gado saya dimuat di majalah edisi awal tahun. Berjudul Buntusi, dan ini
adalah gado-gado kedua saya yang dimuat di rubrik yang sama. Sebelumnya
gado-Gado saya dimuat di November 2013 lalu dengan judul Lho, Kok Ada Dua?
Berharapnya setelah dimuat di media, saya akan makin aktif
menulis dan mengirim, dan dimuat. Nyatanya, saya malah nyungsep, terpuruk lahir
bathin. Cailah…, lahir bathin gitu. Tapi itu memang betul. Persoalan silih
berganti menghantui keluarga saya, menggerus fisik dan emosi saya, sampai
rasanya saya menjadi depressi . Dan itu membuat saya nyaris tidak bisa menulis sama sekali.
Anak saya yang kedua, Fatih, entah mengapa mulai sering
tantrum. Dan kalau kumat, saya selalu jadi sasaran. Harus menemaninya di kamar,
duduk pun harus sesuai maunya. Tidak boleh baringan, atau bersandar. Kalau
tidak saya turuti, maka dia akan menendang dan mencakar saya. Setiap hari, saya
menangis, antara kesal, sedih dan campur aduklah. Jadi, dalam kondisi seperti
itu, bagaimana bisa menulis. Setiap kali saya duduk di depan kompie, maka dia
akan menarik saya ke kamarnya. Begitu terus.
Dan biasanya kalau kesempitan sedang datang dalam kehidupan,
maka Allah akan menambah ujian untuk kesabaran terhadap hal tersebut dengan
ujian yang bertubi-tubi. Mulai dari kesehatan anak-anak yang silih berganti
bermasalah, lalu kerjaan suami yang masih belum lancar jaya untuk memenuhi
semua kebutuhan hidup, tanaman buah pisang dan sirsak yang lagi berbuah,
tumbang karena terpaan angin kencang. Serta serangan ulat bulu pada pohon
alpukat, dan banyak lagi persoalan yang hadir. Termasuk relasi dengan keluarga
yang up and down…
serangan ulat bulu di pohon alpukat. fotonya kecil aja ya, biar enggak gilo melihatnya |
Sempat memutuskan untuk berhenti dari aktifitas menulis
karena kecewa dengan diri sendiri yang tidak menghasilkan karya apapun di
media, bahkan cita-cita membuat buku pun lewat sudah. Namun suami dan anak-anak tetap jadi partner
yang sangat mendukung bundanya agar terus eksis menulis, walau masih sebatas
aktif di blog. Yang penting, nulis!
Saking mendukungnya, suami pun mencari jalan untuk mencari
solusi bagi masalah Fatih. Pikir sana pikir sini, akhirnya suami mencoba
membuatkan kolam renang mini untuknya, mengingat selama ini dia suka bermain
air. Maka, halaman belakang pun dirancang sebagai kolam mini beralas terpal
plastik.
Mei 2014 pembuatan kolam mini itu dimulai. Kita semua
sendiri yag melakukannya, bahkan sampai si kecil Zulfikar ikut membantu. Keren
deh! J Ukuran kolam yang rencana awalnya berukuran 3x2x1/2 m, berubah saking
semangatnya si ayah untuk menjadikan ini proyek kolam renang anak-anak.
Ketinggian ditambah menjadi 1 m. alhasil, alhamdulillah, sebulan akhirnya kelar
juga tuh kolam renang. Dengan dana yang pas-pasan, terbeli juga terpal
plastiknya, dan trala…,kolam renang mini ala kita sekeluarga, jadilah sudah!
pembuatan awal kolam |
Ada sekitar 2 bulan lebih kolam renang mini itu kita
nikmati. Asyik memang. Tapi ketika giliran harus menguras airnya, baru deh terasa
beratnya. Karena posisi kolam di bawah
rindangnya pohon alpukat, tak terelak, berbagai serangga sering
nyemplung ke dalam kolam, begitu juga para katak, sodara-sodara. Tak jarang
ketika main air, eh.., ketemu katak sedang bermain di tempat yang sama.
Jejeritanlah anak-anak penuh kemeriahan. Hahaha. Akhirnya harus nguras deh.
menikmati saat berenang di kolam buatan sendiri |
Persoalan nguras ini yang kemudian membuat kita nyerah
dengan proyek kolam ini. Apalagi kemudian musim hujan tiba. Digulunglah terpal
plastik, dan terabaikanlah sejenak kolam ini. Namun tidak ada yang sia-sia.
Hasil galian tanah kolam ini jadinya bisa menutup selokan air buangan cucian
piring dan mesin cuci, dan untuk menata ulang kebun mini yang ada. Jadi, di tengah-tengah
kesempitan selalu ada jalan keluar.
Bagaimana dengan Fatih yang untuknya sengaja dibuatkan kolam
ini? Dianya malah tidak mau main ke dalam kolam, hiks. Secara tujuan, berarti
ini proyek yang gagal J
Sampai sekitar Agustus, saya masih terpenjara oleh perasaan
depressi. Rasanya tubuh cepat lelah dan pikiran pun kemana-mana. Kalau teringat
masa-masa yang menyakitkan yang pernah saya alami, saya pun menarik diri dari
keluarga.
Pada suatu titik, saat saya berkontemplasi mencari jawaban
untuk segala persoalan yang mendera, saya memilih untuk mereset diri saya ke
titik nol kembali. Mengatur-ulang rencana dan tujuan hidup saya dari mula,
memperbaiki relasi saya dengan sekitar, bahkan saya melepaskan niat saya ingin
jadi penulis. Bener!
Saya memutuskan berhenti untuk menulis kirim ke media,
kecuali untuk lomba Femina (da enggak menang, hehehe), karena naskah untuk
lomba itu sudah selesai sebelumnya. Dan saya bener-bener tidak mengirim satu
pun naskah kemedia manapun. Pokoknya, saya mencanangkan diri saya untuk menjadi
bahagia tanpa obsesi ini itu. hanya menjadi diri sendiri. Tapi, reset diri ke
titik nol itu saya canangkan sampai akhir tahun 2014. Di 2015 saya bertekad
ingin melakukan perubahan besar-besaran, mengaktifkan segala potensi diri, dan
menjadi pribadi yang lebih baik bagi sekitar.
Dan reset diri ke titik nol itu lumayan memperbaiki kondisi
psikis saya. Saya melakukan segala hal yang saya senangi, menuliskannya tanpa
terbebani, melainkan karena kebutuhan jiwa saya untuk menulis dan melepaskan
segala yang tersimpan di kepala.
Saya pun mulai lagi melirik blog, ikutan lomba GA walau
kebiasaan jelek masih ada, yakni ikut di saat waktu mepet. Alhamdulillah,
keikutsertaan dalam GA yang diadakan teman-teman, lumayan menghasilkan. Di
tebak model Campnya blog PakDhe, saya pernah dapat rejeki buku, lalu dapat
buku,bros rajutan, dan tas rajutan cantik, saat menang lomba blognya Mbak
Irowati. Lalu, yang terakhir menutup 2014 lalu, sebagai pemenang ke tiga di
lomba GanyaOm Her.
Ikutan lomba blog itu ternyata mendongkrak semangat saya.
Tapi tetap saja saya ingin mematuhi rules yang saya buat sendiri. Mereset diri
ke titik nol, sehingga selain menulis di blog, saya belum mau menulis untuk di
kirim ke media. Hanya saja, mengumpulkan ide, menuliskannya di folder, tetap
saya lakukan.
Oh ya, di tahun 2014 tak melulu berisi hal-hal tak enak kok.
Persahabatan dengan teman-teman di dunia maya membuat saya banyak menerima
hadiah, apakah buku mau pun bibit tanaman seperti yang saya peroleh dari Mbak
Anggraeni Kumalasari, Irawati Prillia, Wina Azam dan teman-teman lainnya.
Menjelang akhir tahun, aura positif semakin menyelimuti diri.
Alhamdulillah, sepertinya saya telah mulai berhasil mengumpulkan energi positif
kembali untuk melakukan banyak hal, salah satunya kembali ke niat untuk menjadi
penulis. Suami yang mendukung bahkan memberikan kontribusinya yang luar biasa,
yakni membuatkan ebook untuk saya. Rencananya, ebook itu akan saya bagikan
gratis di blog saya. Optimasi blog pun kini sedang saya lakukan, dari mulai
tema, tampilan, bahkan isinya.
Dan kini, jejak kaki sudah menapak di tahun yang baru.
Adakah resolusi yang ingin saya tunaikan di tahun ini? Tentu saja ada. Masa
titik reset 0 saya sudah usai. Saya ingin beraktivitas positif, menebarkan
banyak manfaat untuk keluarga dan sekitar serta menjadi pribadi yang lebih
bijak dalam menyikapi hidup.
Resolusi lainnya?
Saya tuliskan dan tempelkan di dinding ruangan kerja saja J
tetap semangat ya mak...mudah2n tahun baru ini menjadi tahun yang penuh kebahagiaan untuk mak. Hiiiy...ngeri liat foto serangan ulat bulu itu mak...
BalasHapusmakasih buat do'anya Mak Kania. Semngat terus, insha Allah, berkat dukungan orang-orang tersayang, dan sahabt yang penuh perhatian seperti Mak Kania :)
HapusTetap semangat yaaa....hidupmu penuh warna.
BalasHapusmakasih Mbak Juliana. Bukankah hidup semua orang memang penuh warna? ;)
HapusSetiap manusia pasti diuji dengan masalah mba, saya pun demikian. Semoga tahun 2015, semakin kuat dan sukses ya mba.
BalasHapusiya Mbak. saling menguatkan, dan saling mendoakan. agar kita tak merasa sendirian
Hapussemoga apa yang diimpikan bisa terwujud
BalasHapusaamiin. Terima kasih untuk do'anya :)
HapusReset 0 sdh berakhir,so saatnya melangkah maju menuju pos pos positiff. Insya Allah akan lbh baik dr tahun kemarin. Amionn
BalasHapusinsha Allah. semangat baru,cita-cita baru. semoga terkabul amiin
Hapus'
Subhanallah. Sungguh tegar dirimu Mak menghadapi semua itu. Semoga Allah menaikkan derajatmu. Aamiin.
BalasHapusenggak selalu kokoh kok Mbak Ika. kadangkala jatuh tersungkur juga. hanya saja orang-orang di sekitar saya, terutama suami dan anak-anak adalah sosok yang luar biasa dalam mendampingi saya dan mengingatkan saya bahwa Allah itu Maha Besar dan dekat pertolonganNya
HapusSemoga selalu semangat, Mbak Ren. Aku selalu suka tulisan Mbak reni tentang tanaman. kentara sekali kecintaan Mbak terhadap tanaman lewat tulisan2 tsb.
BalasHapusira
www.keluargaplancong.net
makasih Mbak Ira. tanaman mampu menjadi pelepas rasa jenuh terhadap banyak hal. pada tanaman aku bebas berbicara
Hapus