Foto diambil dari : quotesvalley.com |
Berbagilah Denganku,
Karena Kutahu Bagaimana Rasanya Sendirian…
Kau tahu bagaimana rasanya merasa sendirian? Bukan karena
ketiadaan orang lain disekelilingmu. Melainkan karena engkau menanggung beban
yang hanya kau tanggung seorang diri, tanpa tahu kepada siapa harus berbagi.
Kau hanya butuh teman untuk mendengarkan, bukan untuk menghakimi. Namun
nyatanya, di era ketika waktu begitu menjadi berharga, dan setiap individu
berlomba-lomba bersaing dengan waktu untuk mencapai tujuannya, semua orang
merasa hidupnya sendiri begitu berat. Apalagi kalau harus ditambah dengan mendengar
curahan hatimu. Begitukan?
Atau, ketika engkau berbagi segala kisah yang menjadi
rahasia terdalam dari hidupmu kepada seseorang yang begitu engkau percaya,
namun nyatanya, kisahmu menjadi konsumsi publik karena ulahnya. Bangunan
kepercayaanmu menjadi runtuh, dan engkau merasa demikian terpuruk.
Bagaimana dengan banyak saran-saran motivasi? Kau hanya
perlu menuliskannya, agar bebanmu bisa berkurang. Tapi banyak alasan yang
menyebabkan kau tidak bisa melakukannya. Karena ini menyangkut orang-orang yang
terdekat, bisa dekat dengan dirimu pribadi, suamimu, keluarga besarmu,
lingkungan kerjamu, orang-orang penting yang mungkin orang lain tidak akan
mengira menjadi penyebab bebanmu. Betul, begitu?
Atau dogma yang tertanam kuat bahwa aib tidaklah perlu
diungkapkan agar Allah kelak menutup aibmu nanti. Dan untuk semua itu,
terpaksalah engkau menanggungnya seorang diri. Berpura-pura semua akan
baik-baik saja. Atau waktu akan menjadi penyembuh luka. Benarkah kiranya?
Kadangkala, kau merasa demikian putus asa. Tidak ada yang
mau peduli, hanya untuk mendengar dengan hati. Bukan mendengar karena basa basi, kemudian sang pendengar akan
menuliskan keluhanmu di linimasanya, menertawakannya tanpa beban. Bukannya
bebanmu akan berkurang, hal seperti itu malah seperti menabur garam di atas
luka. Pernah mengalami hal itu?
Sempat kau melakukan tindakan yang sia-sia. Masih untung
sekiranya engkau masih punya iman untuk tidak terjerumus dalam tindakan sesat
berujung mati yang hina. Tapi, di luaran sana, masih banyak kau-kau lain yang
tidak beruntung. Yang memilih menuntaskan masalahnya di dunia ini dengan cara
singkat. Padahal, kadang kala mereka hanya ingin di dengar. Hanya ingin di
dengar. Bukankah begitu?
Kau mengalihakan segala curhatan hatimu yang terdalam,
padaNya. Betul ada kelegaan. Tetapi jujurlah, kau butuh manusia lainnya untuk
tempat berbagi juga di dengar. Dengan
demikian kau merasa eksistensimu sebagai manusia itu ada.Kau tidak ingin terlupakan, apalagi diabaikan. Termasuk dengan rasa luka, dan trauma yang pernah kau dapatkan.
Kau pun ingin orang lain tahu apa yang kau rasakan, apa yang
kau derita dan alami. Dan kau pun ingin agar orang lain tak mengalami hal yang
sama seperti apa yang kau alami. Agar orang lain bisa mengambil pelajaran dari
sisi kehidupanmu. Namun lagi-lagi kau terkendala oleh batasan-batasan etika dan
agama.
Dalam hal itu, kau seakan ‘dipaksa’ oleh keadaan untuk tetap
diam. Kalau kau bersuara, dosa akan menimpa dirimu. Kalau kau bersuara, dunia
tidak berpihak padamu, karena kau berhadapan dengan sesuatu yang berbeda dengan
kelaziman. Seperti anak dengan orangtua, kelaziman hanya membenarkan sikap
orangtua. Atau istri dan suami, dogma mengharuskanmu untuk taat pada suami.
Istri pembangkang tempatnya adalah neraka. Relasi mertua dan menantu, atau
bawahan dengan atasan dalam tempat kerja, dan banyak lagi. Kau pasti salah satu
diantaranya bukan?
Sungguh tak enak berada dalam posisi seperti itu. Kau
melihat segala hal diluar dirimu baik-baik saja, sedangkan kau harus berjuang
sekuat tenaga untuk mengikuti pusaran dunia yang baik-baik saja. Kau ingin
berteriak minta tolong. Tapi semua hal bergerak cepat dalam dinamikanya, hampir
tidak menyisakan tempat untukmu di dengar. Sampai kau merasa hidupmu demikian
hampa…
Sesungguhnya, kau tidak sendirian. Selalu ada tangan-tangan
yang siap mengulurkan pertolongan. Selalu ada bahu untukmu bisa bersandar dan
mencurahkan beban, selalu ada hati yang menyisakan tempat untuk mendengar
segala kesah. Mungkin, aku tidak bisa
membantu banyak. Tetapi aku bersedia menjadi sahabatmu, tempat untukmu merasa
ingin di dengar.
Aku lakukan itu iklash. Sebagai bagian dari terima kasihku
padaNya karena telah memberikanku kesempatan kedua. Menata hidup yang lebih
baik, setelah sekian lama merasa tidak pernah di dengar.
Apakah aku minta imbalan?
Tidak, sahabat. Aku tulus menawarkannya.
Apakah aku akan menyebar ceritamu dengan cara
mengolok-oloknya sehingga kau menjadi bahan candaan di luaran sana?
Kau bisa amati status-statusku di lini masaku, dan nilailah sendiri.
Aku melakukannya, karena aku pernah mengalami semua yang
kutuliskan di atas. Aku melakukannya, karena aku tahu bagaimana hati saat
menanggung beban sendirian. Maka, Berbagilah denganku, Karena aku tahu,
bagaimana rasanya sendirian…
foto dipinjam dari islamic-quotes.com |
Notes:
Beberapa teman sering menginbox saya, mengucapkan terima kasih untuk beberapa tulisan saya yang mewakili juga apa yang mereka alami dan rasakan. Hal itulah yang menginspirasi saya menuliskan ini, betapa kadang kita merasa sendirian menanggung beban.
saya menawarkan diri untuk menjadi teman berbagi cerita. silakan aja tuliskan apa yang menjadi beban hati sahabat ke imel saya rebellinasanty@gmail.com. Cara ini saya harapkan bisa membantu sahabat yang butuh teman untuk berbagi. Isi email tidak akan saya publikasikan.
Saya lakukan ini iklash, jujur, karena dulu saya pun pernah merasakan hal yang sama...
Jadi melow bacanya :( Meluangkan waktu untuk mendengarkan orang lain kadang memang tidak mudah. Hebat dirimu mak :)
BalasHapusBanyak tindakan nyata diluaran sana yang lebih hebat Mak. hanya mencoba memanfaatkan waktu utk hal yg berguna bagi org lain
HapusHiks, beneran ya mak..boleh curhat?
BalasHapusboleh Mak. lewat imel atau inbox aja.
HapusPeluuk... :)
BalasHapusberpelukan :)
HapusDengan berbagi, dengan meceritakan, rasanya jadi plong ya, Mbak :)
BalasHapusbetul. plong itu... membahagiakan :)
HapusTulisannya so true banget.. terkadang kita mau curhat tentang aib kita mikir2, katanya Allah aja nutup aib kita masa kita buka2.. tapi kadang kalau nggak dibagi bisa stres sendiri, depresi ujungnya malah bahaya :) Beruntung kalau suka nulis ya mbak, bisa sedikit terluapkan lewat tulisan.. :)
BalasHapusKeep inspiring ya mbak :)
menulis membuat beban sedikit berkurang. Hanya saja kalau beban hati, agak diperhalus bahasanya. Menjaga nama orang-orang yang terlibat:)
Hapus