Menjelang akhir tahun yang
tinggal menghitung mundur hari, ada tantangan dari Om Her, untuk memilih satu
postingan yang paling berkesan dari blog sendiri. Tidak perlu banyak berpikir
bagi saya untuk memilih tulisan yang paling berkesan diantara postingan saya
sepanjang tahun ini (sampai saat saya menulis postingan ini juga). Pilihan saya jatuh pada postingan: Iklashkanlah.
Prihatin!
Itulah awal yang mendasari mengapa
saya menulis “Iklashkanlah…”.
Bermula dari seliweran berita
mengenai gugatan 1 milyar seorang anak dan menantu terhadap Mak Fatimah, sang
Ibu. Berita yang ditayangkan, baik cetak, internet, maupun TV, semua hanya
mengambil dari sisi ibu yang dizholimi. Sependek yang saya ikuti beritanya,
tidak ada yang mengutip berita dari
sudut pandang sang anak dan menantu. Paling tidak, informasi yang beredar biar
berimbang dari dua belah pihak.
Namun nyatanya, komentar di hampir semua situs yang menyajikan berita kasus Mak Fatimah ini hampir seragam,menuding sang anak sebagai anak durhaka!. Menuduh orang lain ‘durhaka’,
tanpa jelas duduk persoalan suatu kasus, bukan perkara main-main. Hanya karena
kasus menyangkut orang tua, dan sudah sepuh, bukan berarti mudah bagi kita
untuk melabeli sang anak itu durhaka, dan orangtua itu selalu benar.Apalagi bila berita hanya mengambil sudut pandang satu pihak. Karena
mengenai masalah benar dan salah di mata Allah, tidak tergantung pada posisi
yang bersangkutan. Namun berita yang terlalu mengetengahkan dari satu sisi
saja, yakni sisi orangtua (yang haruskah selalu benar?), itu yang membuat saya prihatin, dan kemudian menuliskan
Iklashkanlah
.
Karena berdasarkan pengalaman
pribadi, tidak butuh waktu lama bagi saya untuk menuliskan postingan tersebut.
Hanya sekitar setengah jam. Dan langsung posting hari itu juga. Tidak ada
niatan untuk membuka aib keluarga. Hanya betul-betul ingin membuka mata bagi
yang membaca postingan tersebut, bahwa potensi salah bisa dilakukan oleh siapa
saja, tidak terkecuali orangtua, dan bukan semata-mata kesalahan anak saja.
Demi menjaga nama baik
orang-orang yang terlibat, saya memilih tidak menuliskan kisah saya tersebut
secara detil. Mungkin itu bisa disebut sebagai kelemahan isi postingan ini.
Bisa-bisa juga dianggap saya memuat kisah dari sudut pandang saya sendiri yang
membenarkan ‘versi’ saya tentunya.
Yang menjadikan tulisan itu sangat berkesan bagi saya, adalah karena efeknya
buat diri sendiri.Niat awal semula ingin berbagi dari sudat pandang yang berbeda, justru saya mendapat hal manis dari tulisan saya tersebut. Yakni perasaan iklash yang sebenarnya, tulus dari hati.Saya baru benar-benar bisa iklash menerima ketentuan yang
terjadi antara saya dan beliau yang menyangkut masalah harta, justru pada saat
saya menyelesaikan tulisan tersebut. Ada kelegaan yang tak terdefinisikan
begitu membaca ulang semua yang saya tuliskan. Terasa beban hati ,
kekecewaan,kemarahan, perasaan luka, perlahan-lahan menguap dari dasar hati.
Saya baru bisa memaknai arti kata ‘iklash’ tersebut, setelah berjuang selama
belasan tahun, dan menuliskannya hanya dalam tempo setengah jam. Terkesan
mudah, namun proses perjuangan untuk iklash itu yang benar-benar sulit! Namun
ternyata , lewat tulisan yang mengalir dari hati, diniatkan dengan tulus
sebagai pembelajaran bagi orang lain, membawa pengaruh positif yang luar biasa untuk
diri saya sendiri.Yakni,diri saya sendiri benar-benar iklash menerima kejadian itu, sesuai dengan yang saya anjurkan lewat postingan Iklashkanlah tersebut.
Tiap tulisan yang berkesan itu pastinya memberikan efek positif ya Mbak bagi diri kita... Sukses ya dengan GA-nya...
BalasHapusya, dan tambahan juga, tulisan yang bermuatan positif, menyebarkan aura positif.
Hapusalhamdulillah, semoga kebaikan selalu menyertaimu, Mbak. salam kenal :)
BalasHapusaamiin, terima kasih. salam kenal kembali
Hapusmemang seharusnya melihatnya dari kedua belah pihak ya...
BalasHapusjika keikhlasan sdh tertanam di hati, maka hati akan selalu damai dan tentram ya mak..
itulah tujuan isi tulisan yang pertama. hanya ingin mengajak orang lain untuk melihat dario berbagai sisi. tidak menelan suatu berita mentah-mentah
HapusSetuju dgn mak shanti dewi...kita tdk bisa menilai suatu mlsh hny dari satu sisi. Nice sharing mak :)
BalasHapusyup. mencoba menelaah suatu masalah dari berbagai sudut pandang. biar adil
HapusSaya datang dan sudah membaca “Self Reflection” di blog ini
BalasHapusTerima kasih telah berkenan untuk ikut lomba saya ya
Semoga sukses
Salam saya
#107
terima kasih Om, sudah berkenan membaca tulisan ini
Hapus