Dijawil Hantu

 Ini pengalaman putri sulung saya. Kejadiannya kemarin sore, sekitar jam 4-an. Saya tuliskan karena kebetulan kejadiannya pun ‘terlihat’ oleh saya, namun tidak oleh suami dan saudara-saudaranya yang lain. Apa sih yang terjadi? Begini kisahnya


Saat itu saya dan suami barui selesai sholat berjamaah. Dan seperti biasa, selepas sholat  kami suka ngobrol, apa saja. Kakak Syafa, Kakak Ai, dan Adek Zul sedang main di ruang tengah saat itu. Main lego.  Mendengar kami ngobrol asyik sembari ketawa-ketiwi, si Sulung Kakak Sya mulai muncul keponya. Pengen ikutan nimbrung. Terdengarlah suaranya yang sibuk manggil nama saya nanyain ini itu terkait obrolan saya dengan ayahnya. Memang ruangan tempat sholat dengan arena bermain mereka sebelahan, jadi ya terdengar apa yang kami bicarakan saat itu.

Enggak berapa lama, terdengarlah langkah kaki Kakak Sya yang menuju ke ruangan tempat kami berada. Langkahnya diikuti adiknya yang bungsu. Baru sampai di depan pintu yang hanya diberi tirai tipis, terdengar dia berteriak,” Woi..,siapa yang jawil kepalaku?”

Saya dan suami hanya pandang-pandangan. Suami menggeleng, tanda tidak melihat siapa-siapa. Sedangkan saya hanya diam saja, enggak mau memperlihatkan reaksi. Hanya melihat situasi lebih dulu.
Kakak Sya masih ngomel-ngomel soal kepalanya yang dijawil demikian keras, sampai kepalanyajadi menunduk. “Ah, itu perasaanmu saja”, kata saya menenangkan. Diaminkan oleh ayahnya. Tapi dia ngotot bahwa kepalanya memang dijawil.

Saya pun nanyai Kakak Ai adakah dia menjawil kepala kakaknya? Kakak Ai menolak dan memberi alibi bahwa dia masih di ruang main saat Kakak Sya menuju ruangan kami. Lalu, siapa yang menjwil kepala kakak Syafa?

“Hantu!” kata ayahnya. Serius, tapi dengan mimik wajah disantaikan. Niatnya sih becanda, tapi malah membuat Kakak Syafa makin histeris. Mulai keluar meweknya ketakutan. Diingatkan oleh ayahnya untuk tidak takut, karena kedudukan manusia lebih tinggi dari bangsa mereka (hantu=jin). Tapi yang namanya anak, tetep aja ketakutan.

“Udah, ah. Ayah cuma becanda,’ kata saya menenangkan. Namun sesungguhnya, saya melihat kejadian itu, walau tidak seluruhnya.

Jadi begini, posisi saya saat berbicara dengan ayahnya anak-anak adalah menghadap pintu. Saat itu saya memang lihat Kakak Sya sedang menuju ke arah kami. Di depannya adek Zul. Namun di belakang kakak Sya, saya melihat sosok yang lebih tinggi dikit dari Kakak Sya, namun sekelebatan saja. Sosok itu seperti wujud anak laki-laki dengan rambut hitam. Wajah dan anggota tubuhnya tidakk elihatan. Saat itulah saya dengar Kakak Syafa berteriak merasa kepalanya dijawil. Sosok itukah yang melakukannya? Wallahua’alam.

Ketika saya ceritakan pada suami apa yang saya lihat, suami jadi kaget. Enggak nyangka kalau candaanya tadi rupanya emang terjadi. Eh ternyata pengakuan saya terdengar lagi oleh Kakak Syafa. Jadilah dia makin ketakutan,mengingat ini bukan pengalaman pertamanya. (dia pernah melihat tangan hitam dari balik pintu dapur. Entah tangan manusia, entah tangan…)

Akhirnya untuk menentramkan hati anak-anak, diputuskan selesai magrib, kita semua akan mengaji di berbagi ruangan. Dan itu kita lakukan. Kita pun bertekad, kebiasaan baik untuk mengaji selepas magrib sampai Isya akan diteruskan sehingga menjadi habit. Bukan karena takut adanya hantu jahil, tetapi karena bacaan Alqur’an itu memang harus jadi penghias rumah,bukan?

Masalah hantu yang menjawil kepala Kakak Sya? Ah….., itu mah salah satu dari banyak kisah tentang mereka di rumah saya 



Rebellina Santy

Author, Blogger, Crafter, and Gardener. Informasi pemuatan artikel, Sponsored Post, Placement, Job Review, dan Undangan Event, email ke : rebellinasanty@gmail.com. Twitter/IG: @rebellinasanty

6 komentar:

  1. huwaaa.... serem mba, memang sering kejadian ya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau ke anakku, jarang sih Mbak. beda kalau ke aku...

      Hapus
  2. Aduh mbak, kok mereka berani ngelihatin

    BalasHapus
  3. aduh mak merinding....jadi diingatkan untuk makin dekat sama Alloh ...

    BalasHapus

Halo...
Thanks ya uda mau mampir dan kasih komentar di blog Rebellina Santy. Komentar kamu berharga banget buat saya.

Salam
Reni Susanti