4 Hal Yang Enggak Penting Banget, Yang dibesar-Besarkan Media

Media sekarang ini, baik media cetak, media elektronik, maupun media digital seringkali mengangkat issue yang ‘enggak banget’ untuk disuguhkan kepada masyarakat.  Entah saya yang seleranya berbeda dari mainstream ,karena menganggap berita semacam ini bukan saja tidak penting, tetapi juga membodohi masyarakat. Atau memang ada grand design dari media-media ini untuk mengalihkan issue utama yang benar-benar penting dengan menyuguhkan issue sampah.

Berikut di bawah ini 4 Hal  yang menurut saya enggak penting, namun dibesar-besarkan media

1.       Issue tentang kecantikan atau kegantengan seseorang
Trend berita ini lumayan sering diangkat oleh media portal tertentu, lalu kemudian menyebar secara viral. Mulai dari polisi ganteng, PNS cantik, Tukang Getuk cantik, pramugari cantik, dan seterusnya..dst..

Apa pentingnya berita tentang ganteng atau cantiknya seseorang? Dan herannya, masih ada yang rela menshare berita kayak beginian. Masalah fisik seseorang itu sudah paket  dariNya. Lagi pula kriteria cantik atau ganteng juga relatif. Jadi ketimbang membuat fokus berita pada tampilan fisik seseorang, mending yang diangkat adalah prestasi atau hal positif dari orang tersebut. 

Kalau pun ingin mengangkat sisi human interestnya, jangan bawa-bawa kata-kata cantik dan ganteng. Masih banyak orang-orang hebat yang berjuang untuk hidup dan keluarganya, bahkan kadang yang tidak sempurna fisiknya yang bisa dijadikan berita, ketimbang fokus pada cantik atau gantengnya seseorang.

2.       Memberitakan terus menerus Orang Yang Gila ‘Narsis Dan Eksis’
Tahu khan sese id yang sok ngartes dengan gayanya yang konyol? Mulai dari gaya berpakaian yang sok artis, celotehannya yang nginglish, atau pun aksinya yang menuduh artis lain meniru gayanya. Ini sosok enggak penting banget deh terus-terusan diangkat beritanya di media. Sudah tidak ada manfaatnya untuk orang lain, apalagi generasi muda, malah jadi promosi untuknya semakin eksis.

Atau ada lagi sosok yang pejabat bukan, ahli politik pun tidak, artis juga bukan, tapi komentarnya seliweran di mana-mana, dan rata-rata bahasanya itu lho. Enggak enak banget ditelinga atau di mata saat membacanya. Kok media mau ngabisin waktu minta komentar dari sosok seperti ini?

 Sosok-sosok yang enggak membawa inspirasi apa-apa, kecuali kegilaan untuk narsis dan eksis, enggak perlu deh jadi pemberitaan. Kasihanilah generasi muda kita yang dijejali dengan berita ketenaran sesaat semacam ini. Nanti banyak yang ikut cara- seperti ini supaya tenar secara cepat.

3.       Liputan Tentang Ustad Seleb Yang Jauh Banget dari nilai-nilai agama
Ustad itu guru, jadi harusnya digugu, di tiru karena ajarannya yang baik, nilai-nilai moral yang bermanfaat untuk masyarakat. Namun sekarang, bayak ustaz seleb yang malah wara wiri di layar kaca menyuguhkan ‘drama’ yang bikin eneg ngelihatnya.

Mulai dari pamer rumah baru, nunjukin isi ruangan rumahnya, lagi taaruf berdua (taaruf kok berdua-duaan?), atau nunjukin kemesraan, pake acara nyuap-nyuapin istri segala di depan kamera infotainment, ulang tahun mewah, liburan ke luar negeri, dsb.

Ini mah sebenarnya artis climber yang ngaku ustad/ustadzah deh. Ujung-ujungnya, tenar, dapat panggilan ceramah sana sini, lumayan buat naikin tarif ceramah. Apa media sudah sangat kehilangan sumber berita menarik sehingga yang seperti ini pun harus diliput? Atau daya kreatifitas awak media cuma sebatas itu?

4. Yang teranyar nih adalah liputan langsung proses persalinan artis tidak mutu, setelah siaran langsung ijab kabul, pernikahan, dan (bakal) ngunduh mantu. 
Entah apa urgensinya menyiarkan acara yang tidak ada pentingnya sehingga menyita hak publik untuk mendapatkan siaran yang jauh lebih baik dan bermutu. Semua acara live tidak mutu ini bermula dari hebohnya siaran langsung ijab kabul, pesta pernikahan, dan (bakal) ngunduh mantu yang pernah ditayangkan sebelumnya.Setelahnya, berlomba-lombalah semua media tv ingin menayangkan siaran langsung yang menyakut kehidupan pribadi artis.
.
. Bagi sebagian orang ada yang senang melihat acaraa beginian, dan menganggapnya sebagai bagian dari hiburan. Tapi kalau dikaji dari sisi hiburan pun, seharusnya tetap ada muatan positif yang bisa diambil. nah kalau acara beginian, muatan positif apa yang bisa diambil, kecuali cuma menampilkan sisi hedonisme yang malah semakin meracuni penontonnya?

Atau akan ada yang bilang,"ya tinggal ganti channel saja. Gitu aja kok repot."
Pendapat lainnya, "Saya sih enggak ambil pusing, karena saya memang tidak nonton tv dan tidak nonton acara begituan. Sepanjang tidak mengganggu urusan pribadi saya sih, silakan saja"

Saya dan keluarga, tidak menonton acara beginian. Tapi tetap harus diingat, segala hal yang berhubungan dengan publik, kita juga punya tanggung jawab dan peran untuk mengingatkan, karena efek domino yang dihasilkan pasti berpengaruh juga ke orang lain, termasuk kepada keluarga kita juga suatu waktu nantinya.

Sebenarnya banyak lagi berita yang enggak banget deh untuk diliput dan dibagi ke masyarakat. Tapi berita itu sudah masuk dalam paket infotaintment. Dan yang namanya infotainment sih isinya memang kebanyakan enggak bagusnya,ketimbang muatan positifnya.

Mungkin bagi sebagian besar masyarakat umum sudah bisa memilah mana konten berita yang layak untuk dikonsumsi mata,telinga, dan pikiran. Tapi, sebagian besar tidak begitu. Dan ini yang harusnya menjadi perhatian kita semua, karena menyangkut prilaku generasi muda ke depannya.

Atau, apakah kita sudah termasuk bagian dari masyarakat yang apatis? Jangan-jangan, gegara sikap apatis ini, saya dimasukkan dalam golongan haters dan suka kepo terhadap golongan yang saya tuliskan di atas nih. Ah, biarlah.



Rebellina Santy

Author, Blogger, Crafter, and Gardener. Informasi pemuatan artikel, Sponsored Post, Placement, Job Review, dan Undangan Event, email ke : rebellinasanty@gmail.com. Twitter/IG: @rebellinasanty

13 komentar:

  1. Waah.. bener banget mbak. Media sengaja memanfaatkan hal-hal begitu demi mendongkrak viewers dan partisipan. Sementara masyarakat kita juga gitu, doyan aja sama beginian. Diserap begitu aja tanpa mengkritisi. :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya. ntahkemana nih misi edukasi media bila terus-terusan memuat berita kayak gini.

      Hapus
    2. iya. ntahkemana nih misi edukasi media bila terus-terusan memuat berita kayak gini.

      Hapus
  2. akh itu dia mak, saya suka males. tv di rumah rusak ada untungnya jadi ga nonton yg nggak2, tapi internetan jalan terus. kalo liat berita yg kayak di atas langsung skip, males

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau efeknya ke anak-anak, masih bisa saya blokir mak. anak-anak tidak sembarangan nonton tv. ini untuk sya yang kebanyakan internetan. mau lihat berita bermutu, la yang seliweran kok berita enggak penting kayak gini

      Hapus
  3. Setuju banget, mak Santy.. Heran saya, berita jaman sekarang banyak nggak mutu, Akhirnya berita penting malah tenggelam dan kita pun jadi ikutan amnesia mikirin yg penting gara-gara disuguhi berita nggak penting. Nggak cuma di tivi tapi di internet juga sama aja. Cuma untungnya kita bisa saring mana yg mau kita baca mana yg nggak, atau tergantung kita masukin kata kunci saat searching. Tapi klo berita yg bersliweran di media elektronik juga sama saja... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. nak itu mak, walau udah kita saring, tetap aja mata siwer dengan seliweran berita yang enggak mutu, tapiu terus-rterusan lewat di lini masa kita.berita penting malah rterlewatkan begitu saja.

      Hapus
  4. Dalam segi pemberitaan, orang pinter masih kalah sama orang narsis :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau ini emang enggak bisa dipungkiri lagi ya :D

      Hapus
  5. Balasan
    1. penganut teroi konspirasi juga San? bahwa ada agenda lain dibalik tren ini?

      Hapus
  6. Nyebelin emang Mak.
    Mungkin, ini mungkin loh yaaa... Tren "enggak penting" ini emang sengaja diciptakan. Supaya masyarakat kita terbiasa mengunyah yg gak penting blasss ini, sehingga akhirnya kita lupa utk memikirkan dan menjalani yang JAUUUUH lebih penting.

    Semacam "pengalihan isu" whatsoever gitu deh. Just my two cents :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau saya merasa bukan mungkin lagi Mbak. tapi emang iya, soalnya kok seragam gitu ....

      Hapus

Halo...
Thanks ya uda mau mampir dan kasih komentar di blog Rebellina Santy. Komentar kamu berharga banget buat saya.

Salam
Reni Susanti