credit photo |
Saya masih ingat, waktu itu hari Sabtu, 7 Februari 2015.
Saat bangun membuka mata di pagi hari, tiba-tiba pandangan mata saya terasa
berputar. Jendela kamar, dinding, dan segala yang disekeliling saya, terasa
bergerak berputar dengan cepat awalnya, lalu melambat. Saya istigfar sambil
berucap, “Gempa!”. Namun beberapa saat kemudian saya sadar, bukan gempa yang
terjadi, melainkan ada yang tidak beres dengan kepala saya.
Mencoba menghilangkan pikiran panik, saya pun berpikir bahwa
ini hanya akan sesaat saja. Nanti juga hilang. Nyatanya, saat kaki menjejak
lantai kamar, saya hampir terjatuh, karena lantai pun terasa bergoyang.
Lagi-lagi istighfar. Akhirnya saya
berjalan ke luar kamar dengan meraba-raba dinding sebagai penguat pijakan.
Kalau sakit kepala biasa, berupa berat di sebagai kepala
atau keseluruhannya, itu sudah langganan. Saya bahkan menyediakan obat khusus
untuk itu bila sakit sudah tidak tertahan. Namun seumur-umur, baru kali itu
saya mengalami sakit kepala berputar-putar seperti itu. Setahu saya, itu
vertigo. Dan saya merasakannya selama 3 minggu penuh.
Selama 3 hari awal mengalami vertigo, saya hampir tidak bisa
bangun dari pembaringan. Kalau saya bangun, jalannya harus lambat-lambat dan
dituntun suami atau anak-anak. Khawatir terjatuh. Sungguh tidak enak
rasanya saat hanya bisa berdiam diri di
pembaringan. Sempat di dera rasa cemas yang sangat, bagaimana bila seumur hidup
saya invalid begini?
Suami dan anak-anak mengingatkan untuk tidak cemas
berlebihan, dan menanamkan sikap positif. Sekali lagi saya melihat betapa
besarnya kasih sayang suami dan anak-anak pada saya. Dan itu menambah semangat
saya untuk sembuh.
Di hari ke empat, saya mencoba beraktivitas normal. Sudah bisa
berjalan ke sana kemari, walau jalannya sampai miring-miring, karena perasaan
saya, bumi yang saya pijak bergoyang-goyang. Namun ternyata selama seminggu
penuh, saya masih banyakan harus istirahat di kasur, walau sudah bisa masak karena kasihan anak-anak dan suami, selama
saya sakit, mereka banyakan makan pakai
telur dadar dan nasi goreng. Mencuci pakaian juga sudah bisa saya lakukan,
walau selepas melakukan satu kegiatan,
saya harus beristirahat dulu. Tidak seperti biasalah.
Ketika saya coba duduk di depan komputer dan mencoba
menulis, ternyata saya masih belum sanggup. Otak ini rasanya lelah sekali, dan
perut saya mual. Saya putuskan, istirahat dari menulis blog, termasuk mantengi
media sosial seperti yang biasa saya lakukan.
Sebagai gantinya, saya mencoba menyibukkan diri, karena
tidak nyaman harus berbaring terus. Paling tidak ada yang bisa saya lakukan
agar semangat tetap terjaga. Saya pun membuat ketrampilan buat anak-anak dengan
cara membuat gelang dari botol plastik bekas minuman. Saya lakukan sambil duduk
di atas kasur. Kalau lelah, saya baring sejenak. Hasilnya…, anak-anak bersorak
kegirangan saat melihat gelang buatan saya untuk mereka. Melihat mereka riang, saya pun makin semangat
.
Gelang dari plastik bekas minuman, buatan pribadi rebellina |
Saya pun kembali melakukan aktivitas berkebun, sesuatu yang sudah agak lama terabaikan, baik karena cuaca yang tidak bersahabat, dan rasa malas. Ternyata, semua hal yang mermbuat hati saya senang dan merasa bahagia itu, sangat membantu kesembuhan saya. Termasuk juga memasak makanan yang saya senangi, khusus buat saya sendiri.
jalanan setapak halaman belakang, foto koleksi pribadi rebellina |
Untuk yang satu ini memang saya jarang lakukan, karena
selama ini mikirnya repot buat menu masakan yang berbeda dari keluarga. Masakan
yang saya suka sederhana sebenarnya, tapi lidah anak-anak dan suami kurang bisa menerimanya,
seperti tumis super pedas paria, bunga pepaya, dan daun pepaya. Bukan pedasnya
yang jadi masalah, tetapi rasa pahit dari ketiga bahan masakan tersebut. Sedangkan saya, justru suka paduan rasa pahit
dan pedas.
Selain semua di atas, mendekatkan diri kembali padaNya, itu
justru obat yang paling ampuh. Saya akui, beberapa waktu belakangan, banyak hal
membuat hati saya sedih, dan merasa menjadi pribadi yang kurang bersyukur.
Akibatnya, Allah menyentil saya dengan memberi ujian sakit. Saya mencoba menyikapinya dengan memperkuat
hapalan ayat Qur’an, memtadabbur isi Qur’an, membaguskan sholat, dan membaca
Qur’an pagi dan selepas maghrib. Itu coba saya lakukan konsisten setiap hari.
Menjauhkan diri dari hal-hal yang membuat hati saya sedih,
juga sangat menolong. Salah satunya adalah, berhenti memantau FB. Terlepas dari
media sosial satu ini, saya merasa kembali menjadi manusia yang penuh syukur. Ada
banyak hal negatif yang saya pribadi
rasakan dari media satu ini, dan tidak aktif di dalamnya selama beberapa
minggu, ternyata membawa pengaruh
positif, dari sisi ruhiyah yang kemudian efeknya mempengaruhi fisik. Saya
putuskan untuk cuti dari mantengi FB sampai waktu tak terbatas. Kalau ingin sharing
tulisan, saya bisa lakukan dari blog tanpa harus masuk dan terlena mantengi
timeline.
Alhamdulillah, semua itu bisa membuat saya perlahan-lahan
sembuh dari vertigo, walau belum normal total. Kini saya mencoba lagi menulis,
karena menulis itu seperti kebutuhan bagi saya.
Banyak sekali hikmah yang saya petik dari sakitnya saya sebulan
belakangan ini. Memang, untuk segala apapun yang terjadi pada diri kita sebagai
manusia, kita bisa memandangnya dari dua sisi. Sisi positif dan negatif. Dan
itu sepenuhnya pilihan di tangan kita. Saya memilih untuk memandangnya dengan
cara positif.
Hikmah Saat sakit yang saya peroleh diantaranya adalah:
1.
Kembali dekat kepadaNya,
Allah Sang Pemilik Hidup. Sakit itu meluruhkan kesombongan tanpa sadar yang
mungkin pernah hinggap di hati, bahwa kita bisa melakukan segalanya. Cukup
Allah beri sedikit sentilan, ternyata kita baru sadar, bahwa kita bisa saja
menjadi mahkluk tanpa daya yang bahkan
hidupnya sangat tergantung pada bantuan orang lain.
2.
Sakit itu mendekatkan
kembali perasaan cinta pada keluarga. Saat sakit, terlihat bagaimana reaksi
keluarga yang sebenarnya. Dan saya merasakan betapa besar kasih sayang suami
dan anak-anak pada saya.
3.
Sakit membuat kita banyak
waktu untuk merenung dan melakukan hal lain yang selama ini kita lalai bisa
melakukannya. Saat sehat saya lebih banyak melakukan hal sia-sia hanya untuk
melihat celotehan yang banyak membawa efek negatif ke timbang positif. Saat
sakit, saya beralih mengkaji isi AlQur’an, dan ternyata membawa hal positif
untuk saya. Karenanya saya bertekad untuk meninggalkan hal negatif, dan
mempertahankan dan berusaha konsisten melakukan hal positif, yakni cuti dari
media sosial dan lebih banyak mengkaji AlQur’an
4.
Sakit ternyata mengajarkan
saya untuk sabar. Dan Qur’an banyak sekali menjabarkan sabar di dalamnya.
Semoga saya bisa konsisten mampu bersikap sabar, terhadap segala hal.
5.
Sakit juga membuat saya
menjadi orang yang penuh syukur dengan apa yang saya punyai, dan jalani saat
ini. Setidaknya, saya kembali belajar menerapkan ilmu Sabar, Syukur, dan Iklash
yang pernah jadi motto hidup saya.
6.
Banyak lagi.
Dan sebagai masukan mungkin bagi yang
membaca blog ini, saat sedang sakit, pikiranlah yang akan membantu kesembuhan
kita. Jaga agar pikiran tetap positif dan happy alias bahagia..
Jangan
terpaku pada rasa sakit itu sendiri. Alihkan dengan melakukan hal-hal yang
membuat hati kita senang, seperti melakukan hobi kita selama ini. Namun tetap
tahu batasan tubuh. Atau juga memakan makanan yang kita senangi.
Ingat mati itu sangat perlu, tapi perlu
diingat dengan mengingat mati, itu menjadi motivasi untuk mengisi waktu dengan
hal bermanfaat, tidak saja bagi diri sendiri, namun juga untuk manusia lainnya.
Karena kita sebagai makhluk sosial, kedekatan pada manusia lain itu sangat
penting, terutama keluarga di dekat kita.
Jangan jadikan sakit membuat kita mengisolir diri
dengan semata hanya mendekatkan diri pada Allah, lakukan interaksi pada manusia lain dengan menjadikan
diri bermanfaat walau dalam hal kecil apapun. Itu sangat membantu proses kesembuhan
kita.
Obat itu hanya salah satu sarana, namun
sekali lagi, pikiranlah yang utama. Banyak zikir, dan istighfar, serta sabar,
agar sakit tidak menjadi keluhan semata, tetapi berganti pahala. Dan cob atetap beraktivitas yang menyenangkan hati, jauhkan diri dari hal-hal yang mebuat pikiran berat dan sedih. Karena
sesungguhnya saat sakit, Allah sedang menggugurkan dosa-dosa kecil kita.
Wallahua’alam.
syafakillah mak rebellina,, terima kasih untuk sharingnya :)
BalasHapussama-sama. berharap bisa bermanfaat
HapusTerima kasih mak, tulisannya nyampe ke hati. :)
BalasHapussama-sama. alhamdulillah kalau nyampe ke hati. ditulisnya dengan hati:)
HapusMaaaaak, betul banget. kita butuh puasa sosmed untuk sejenak. saya pernah pas abis anak2 sakit, saya yg jatuh sakit. panas sampe 39 derajat, alhamdulillah segera pulih karena keingetan keluarga ga ada yg ngurus...
BalasHapuskekuatan cinta, karena memikirkan ada orag lainyang amat membutuhkan kita, bisa jadi pemicu kesembuhan diri dari sakit ya Mak. Itu yang juga saya alami.
HapusAlhamdulillah sdh sembuh dan bisa ngeblog lg ya Mak...
BalasHapusalhamdulillah. betul Mak Rita, akhirnya bisa ngeblog lagi. Ngeblog jugaternyata membantu mengurangi rasa sakit, karena pikiran teralihkan
Hapus