Temukan Passionmu (Kembali)


     Saat kita kecil, kalau ditanya cita-cita, pastilah beragam jawabnya. Namun jarang ada yang konsisten dengan satu cita-cita, sampai kemudian mewujudkannya saat dewasa.  Saya termasuk di dalamnya. Tidak konsisten dan selalu berganti cita-cita.  Waktu SD, kalau ditanya apa cita-citanya, maka akan dengan lantang menjawab, ingin menjadi guru.  Belum sampai tamat SD, sudah berganti lagi, mau jadi sarjana hukum.  Waktu SMP, mengambang, tidak jelas mau jadi apa. Mungkin karena saat itu saya masuk dalam zona labil, alias beradaptasi dengan perubahan diri  yang memasuki masa baligh. Lalu SMA, nah ini dia…, di sini saya terus terang kesulitan menentukan pilihan mau masuk jurusan apa, karena saya termasuk type yang banyak maunya. Susahnya, saat saya membutuhkan banyak masukan dan bimbingan untuk pilihan ke depannya, orangtua saya malah menyerahkan sepenuhnya kepada saya. ..
     Jadilah saya masuk A3, mungkin sekarang namanya  IPS, lalu lanjut kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Fisip. Niatnya sih mau jadi diplomat, atau setidaknya jurnalis. Selain karena suka nulis, tujuan lainnya adalah bisa jalan-jalan. Dan gratis! (karena tugas, itu impian saya sih…) Tapi apa daya, saya tak sempat menyicipi profesi  impian saya. Malah dengan seijin Yang Kuasa, saya jadi wirausahawan kecil-kecilan.  Namun niat jalan-jalan gratis kesampaian. Walau cuma beberapa tempat saja.
Tapi jujur, sampai titik itu saya belum menemukan passion saya. Walau  secara materi saat itu lebih dari cukup, serasa masih ada yang kurang. Ada ruang kosong di hati.  Saya seperti masih mencari-cari, sesuatu yang bisa saya kerjakan dengan senang hati, dan tak melulu soal materi.


     Sampai saya menikah, pindah kota karena ikut suami dan memutuskan untuk menjadi full time mom, saya masih belum ngeh dengan passion saya yang sesungguhnya. Kalau hobi dan keinginan banyak. Pada dasarnya saya suka hal-hal yang baru, dan selalu mau tahu . Itu sebabnya beberapa kursus saya ikuti, mulai dari glass painting, kursus menjahit, sulam pita, dan sebagainya. Belum tuntas, saya bosan dan berhenti. Berarti, itu bukan passion saya yang sesungguhnya. Demikian saya menganalisa diri.
     Lalu, suatu pengalaman tak sengaja membuat saya mulai menemukan petunjuk, kemana saya harus fokus. Bermula dari pasar. Tempat saya belanja keperluan dapur saya untuk seminggu. Selalu diantar suami dan anak saya yang saat itu masih 2 orang. Sambil menunggu saya belanja, suami membelikan mereka kue pukis. Dan itu seperti kebiasaan wajib mereka setiap kali kami ke pasar. Sampai suatu ketika suami berkata, “Bun, kenapa tidak coba bikin kue pukis sendiri? Anak-anak suka lho…”

     Iya juga, pikir saya. Mulailah pencarian cetakan kue pukis dan berburu resepnya. Ketemu resepnya di tabloid kuliner, dan mulailah pengalaman pertama  mencoba resep kue. Sebelumnya, saya cuma tahu masak saja. Itu pun cuma berbekal resep warisan dari mama. Pengalaman pertama membuat kue pukis ternyata dinilai sukses oleh suami dan anak-anak saya. Baik saya dan mereka sama-sama ketagihan. Saya ketagihan ingin mencoba berbagai resep, tidak terbatas hanya resep kue, tetapi juga makanan, sementara suami dan anak-anak ketagihan untuk menyantap yang saya buat. Klop deh.
     Satu demi satu alat-alat pembuat kue mulai terkumpul. Resep pun rapi saya bundel. Dan di dapur saya selalu tersedia terigu, gula, mentega, dan telur. Kapan saya mau, saya bebas berkreasi dengan bahan-bahan itu.  Aha.., passion pertama yang saya temukan setelah menikah ternyata adalah cooking, alias memasak. Alhamdulillah, suami dan anak-anak pun mendukung (makannya, hehehe).  Ahli memasak? Ah…, belum. Masih sebatas untuk keluarga saja.
     Lalu, ternyata tak berhenti sampai di situ. Hal lain yang membuat saya hepi dan enjoy saat melakukannya adalah ketika tangan berlumur tanah, kompos, dan tanaman. Bahagia rasanya saat melihat tanaman yang semula satu menjadi banyak, dengan teknik coba-coba dan berbekal berselancar di dunia maya. Tapi tak jarang saya bersedih hati kala ada tanaman yang gagal tumbuh dan mati.  Beruntung lagi-lagi suami sangat mendukung passion saya ini. Padahal, jujur saja awalnya saya bête harus berkutat dengan tanaman. Untuk hal ini, pernah saya posting dalam  notes saya di FB saya yang lama. Mungkin nanti akan saya tulis kembali.

Anak-anak juga kena imbasnya. Mereka betah main di halaman belakang yang sekarang jadi teduh dan sejuk karena banyak tanaman. Mereka juga saya ajarkan untuk mencintai lingkungan dan menerapkan konsep go green sejak dini.Saking senangnya pada hal yang berbau tanam menanam, suami menyarankan untuk ambil S2 terkait pertanian. Linglungnya saya, anjuran itu saya iyakan, sampai kemudian saya tersadar, eh, basik pendidikan saya tak mengijinkan saya masuk ke pertanian. Saya khan lulusan A3 (IPS)…
     Wara wiri di dunmay terutama jejaring sosial ternyata menguak cinta lama. Awalnya ragu, melihat para Ibu-ibu di suatu komunitas yang saya ikuti begitu hebat-hebat. Ada yang jago ngeblog, gape nulis artikel, penulis buku, pokoknya banyak deh. Kecil hati ini merasa tak punya prestasi. Untuk beberapa saat duduk manis di depan kompie sebagai silent reader. Lama kelamaan, hasrat untuk menulis kembali muncul. Kalau mereka bisa, kenapa saya tidak? Bukankah dulu tulisan saya sering masuk di media lokal daerah saya? Bukankah cerpen saya pun pernah menembus majalah remaja yang popular di tahun 80-90an? Kenapa saya tidak mencobanya lagi?
     Dan kini, di sinilah saya. Memulai dari awal lagi, belajar lagi menggali potensi diri. Inilah passion ke tiga saya yang sesungguhnya. Saya menemukan cinta lama saya yang hilang. Dan suami lagi-lagi mendukung sepenuh hati. Ridhonya sangat membantu saya semakin enjoy menekuni ini. Di bidang penulisan ini, saya punya mimpi-mimpi yang ingin saya wujudkan. Saya punya target yang harus saya selesaikan. Dan sungguh, saya beruntung bisa masuk ke komunitas ini. Seperti menemukan jalan pulang kembali.

Bila cooking passion saya,  saya dedikasikan untuk kepuasan  suami dan anak-anak (karena saya tidak begitu suka makan, hanya suka membuatnya), maka passion saya dalam berkebun adalah untuk  kami semua, sedangkan menulis adalah kepuasan bathin saya. Dan kamu?   Sudahkah menemukan passion sejatimu?

Bogor, 30 April 2013 14.56


Rebellina Santy

Author, Blogger, Crafter, and Gardener. Informasi pemuatan artikel, Sponsored Post, Placement, Job Review, dan Undangan Event, email ke : rebellinasanty@gmail.com. Twitter/IG: @rebellinasanty

6 komentar:

  1. Selalu menyenangkan ya jika kita bekerja yang sesuai dengan passion kita. Jadi inget lagunya Nugie - Lentera Jiwa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak. bekerja dengan passion membuat semangat :)

      Hapus
  2. emaaak, beneran ga suka makan hasil masakannya? saling melengkapi berarti ya sama keluarga . emak yg masak, keluarga yg menghabiskan masakannya :D Saat ini passion saya juga nulis untuk kepuasan batin...tapi dalam hati ingin bangt pinter masak kayak emak biar ada keahlian lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. begtulah mak Kania. kalau saya suka makan, wah..,entah gimaana nih badan, bisa melar kemana-mana. soal pinter masak, enggak juga sih Mak. sok kepedean saja sayanya rajin posting di blog

      Hapus
  3. Halo Bu Rebellina, sepertinya saya juga belum menemukan passion saya, sempat konseling dengan label negatif dari konselor, sempat pula bertemu dg psikolog tetapi jujur saya masih belum menemukan potensi saya. sempat kursus menulis tp sayangnya saya merasa ga kreatif, sempat kursus make up pun gagal pula. Banyak membaca pribadi yang sukses salah satunya bu Rebellina saya terpacu untuk menulis namun bingung dari mana pula awal saya memulainya. Mungkin Bu Rebellina mau kasih masukan buat saya?kasi tips n triknya. ini email saya bu hervahrd@gmail.com terimakasih seblumnya dan salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo.., salam kenal.
      memulai menulis, mulailah dari menulis curahan hati mengenai perasaan kita. Seperti menulis diary. Lambat laun, kemampuan menulis akan terasah bila ditambah dnegan banyak membaca agar kosa kata semakin bervariasi. Saya kira itu langkah awalnya Mbak, dilanjutkan dnegan latihan dan latihan terus. Semoga ketemu passion sejatinya ya

      Hapus

Halo...
Thanks ya uda mau mampir dan kasih komentar di blog Rebellina Santy. Komentar kamu berharga banget buat saya.

Salam
Reni Susanti