sumber foto di sini |
Rasanya, saat berbicara mengenai korupsi dan pelakunya,
pastinya membuat dada kita panas dan hati menjadi geram. Tidak hanya merugikan
negara, rakyat juga menjadi korbannya. Membayangkan bagimana setiap harinya
rakyat harus berkutat dengan segala daya upaya agar kebutuhan pokoknya
terpenuhi, sementara di bagian lain pelaku korupsi demikian mudahnya menumpuk pundi-pundi
kekayaannya dalam bentuk tabungan,deposito, rumah di mana-mana, dan tanah yang
tersebar dimana-mana juga, tentulah terasa sakitnya.
Kadang demikian mudah kita melihat adanya indikasi korupsi
yang dilakukan seseorang/oknum, tapi tidak gampang juga menudingkan jari
terang-terangan mengatakan oknum tersebut koruptor. Butuh bukti yang nyata dan
akurat, dan itu tugasnya ada di aparat.
Belum lagi kalau pelaku indikasi korupsi ngeles dengan ngomong bahwa hartanya didapat dari harta warisan,usaha sampingan, dan lain-lain.Paling-paling kita yang melihatnya dan mencurigai adanya indikasi tersebut, melaporkan atau memberi informasi. Ini pun bisa jadi bumerang buat diri sendiri, dibalas tudingan pencemaran nama baik. Jadi tidak heran akhirnya kebanyakan dari kita memilih diam, walau melihat indikasi korupsi itu terjadi.
Belum lagi kalau pelaku indikasi korupsi ngeles dengan ngomong bahwa hartanya didapat dari harta warisan,usaha sampingan, dan lain-lain.Paling-paling kita yang melihatnya dan mencurigai adanya indikasi tersebut, melaporkan atau memberi informasi. Ini pun bisa jadi bumerang buat diri sendiri, dibalas tudingan pencemaran nama baik. Jadi tidak heran akhirnya kebanyakan dari kita memilih diam, walau melihat indikasi korupsi itu terjadi.
Ada pula diantara kita yang suka teriak-teriak anti korupsi,
tapi begitu menduduki jabatan tertentu, malah jadi pelakunya. Atau, ikut
bersuara sebagai bagian dari masyarakat yang anti korupsi, tapi berdiam diri
saat anggota keluarga yang melakukannya, bahkan menjadi bagian dari penikmatnya,
dan malah bangga. Orang-orang seperti ini banyak loh beredar di antara kita.
Salah seorang kerabat jauh saya pernah dengan bangganya
bercerita bahwa adiknya kini telah menjadi orang yang hebat. Rumahnya sudah ada
2, tanahnya di mana-mana, dan alhamdulillah.., kata si kerabat tersebut, bahwa
adiknya kini sudah bisa bantu keluarga besarnya.
Saya kenal betul dengan kerabat tersebut, karena rumahnya
berdekatan dengan rumah saya. Hanya saja adiknya yang diceritakan tersebut setelah
menikah berdomisili di dekat tempat kerjanya, yakni kantor pemda kabupaten A.
adiknya menjabat sebagai sekertaris bupati, dan suaminya juga bekerja di
intansi yang sama, beda bagian.
Miris sebenarnya mendengar cerita penuh kebanggaan dari
kerabat tersebut, mengingat latar belakang keluarga mereka bukanlah orang yang
berharta banyak. Ditinjau dari gaji , sang adik dan suaminya tidak akan mungkin dalam waktu 3
tahun akan mampu punya rumah 2 dan tanah dimana-mana, sesuai pengakuan si
kerabat. Lebih miris lagi, si kerabat terang-terangan mengakui dan bangga bahwa
harta itu diperoleh berkat kepiawaian sang adik dan suami ‘mengolah’ jabatan,
dengan saling mengoper ‘layanan’ antara suami dan istri, sehingga istri dan
suami itu sama-sama mendapat ‘bagian’ dari layanan publik yang harusnya memang
bagian dari kewajibannya.
Setahun yang lalu, saat pulang kampung, saya pun bertemu
dengan kerabat lain lagi. Lagi-lagi kebanggaan yang dibagi betapa kini kerabat
yang usianya dibawah saya tersebut, sudah sangat berkecukupan hidupnya. Pulang
pergi Jakarta, menginap di hotel berbintang, hal yang biasa dilakukan, untuk
menemui suaminya yang tinggal di Jakarta.Rumahnya ada beberapa buah, yang
diatasnamakan sang istri (kerabat saya tersebut). Belum lagi tabungan,
asuransi, dan deposito, atas nama kerabat dan anaknya. Itu masih untuk istri
yang satu, karena suaminya ini punya 2 istri. Tidak masalah kalau suaminya
pengusaha. Tapi suaminya seorang pegawai bea cukai. Kata mama saya, itu tempat ‘basah’.
Bicara tempat basah, waktu tinggal di pemukiman yang
rumahnya ada hantunya , ada tetangga yang juga bangga
bercerita kalau di tempat kerja suaminya, ‘uang masuk’ itu sampai
berkarung-karung jumlahnya. Dan itu nanti dibagi-bagi ke sesama pegawai yang
terkait. untuk mendapatkan tempat basah ini, tak jarang sikut-sikutan antar
karyawan terjadi.
Itu, pengalaman yang saya alami sendiri. Masih banyak
pengalaman serupa yang saya terima, tapi cukuplah itu saja contohnya. Saya yakin, di luaran sana hal begini pasti
juga banyak terjadi. Sebagai istri atau bagian dari keluarga, tidakkah harusnya
meluruskan yang terlihat salah, setidaknya mengingatkan? Bahkan sangat perlu
mempertanyakan darimana datangnya uang yang dibawa selain dari gaji dan
tunjangan yang resmi? Bukannya malah bangga dengan hasil harta yang tidak jelas
sumbernya.
Mungkin mereka (koruptor) kira hartanya akan membawa
kebahagiaan bagi diri mereka dan keluarga. Padahal tidak ada satupun yang luput
dari Allah. Tidak hanya di dunia, harta yang mereka kira akan membawa
kebahagiaan dan keselamatan untuk mereka dan keluarga pun kelak akan menjerat
mereka dalam kesusahan. Apalagi nanti balasannya di akhirat. Naudzubillah..
Ya Allah..
Lindungilah aku, keluargaku, dan keturunanku, dari prilaku
menzholimi orang lain, dari prilaku memakan harta yang bukan haqnya, dari
prilaku memakan riba. Luruskan langkah kami selalu, agar selalu di jalanMu..
Aamiin
Sekarang orang korupsi udah terang2an ya mak bahkan menganggap itu hal biasa... mereka lupa semua harta yg mereka ambil yg masuk dlm tubùh anak istrinya harus dipertanghungjawabkan.
BalasHapusSemoga kita terhindar dari hal2 seperti ini
aamiin. harta dunia begitu menyilaukan mata, sehingga menutup iman di dada..
HapusAstaghfirullah..
BalasHapusSemoga ibu dan suaminya itu segara sadar dan bertaubat.
Dan, memang kalo urusan duit begni, mudah bagi siapapun untk terjangkit virus korupsi.
bahkan yang semula teriak-teriak 'say no to korupsi' pun bisa terjerumus ya Pak..
HapusSemoga kita, anak2 dan keturunan kita terhindar dari sifat dan sikap yang seperti itu ya mb
BalasHapusiya mbak. amiin
HapusSaya pernah baca, mbak, kalau orang Indonesia ini baru pada tahap benci koruptor (bukan korupsinya). Jadi ya begitulah... Miris. Mudah-mudahan kita dan keturunan terhindar dari sifat dan sikap buruk ini, aamiin.. TFS mbak Santy.. :)
BalasHapusbencinya juga sebentar Mbak. Ditambah, orang Indonesia itu gampang lupa, termasuk urusan korupsi ini juga. Aaamiin, semoga keluarga kita selalu terjaga dari perbuatan buruk ini ya
Hapusduh, semoga kita terhindar dari yang demikian, ya.
BalasHapusitu salah satu do'a yang selalu saya ucapkan untuk keluarga dan keturunan saya
HapusAstaghfirullah...
BalasHapusBahkan bukan cuma korupsi uang yang kini dianggap biasa, yaitu korupsi waktu!
Betapa menyedihkan. :(
menyedihkan, itu kata yang tepat melihat situasi perkorupsian di negara kita. meliputi semua bidang dan di segala lini. Hiks :(
Hapus