gambar pinjem dari sini |
Dulu, saya suka melihat kuda yang menarik delman atau andong,
atau dokar. Asesories yang dikenakan kuda di badan dan di sekitar kepalanya, keren! Penuh warna
warni dan pakai penutup di sekitar matanya.
Setelah pernah baca di mana gitu..(lupa), saya baru tahu
kalau ternyata kuda itu bener-bener dipakaikan asesories semacam penutup mata
itu dengan tujuan tertentu. Jujur saja , saya belum tahu, rupanya istilah kacamata kuda itu berasal dari asesoris keren yang saya lihat di sekitar mata kuda.
Ternyata kuda penarik delman itu bener-bener pakai kacamata lho! Dan kacamata
kuda itu berfungsi untuk membuat kuda itu fokus pada jalanan di depannya,
sehingga kusir mudah mengendalikannya. Tanpa kacamata itu, kuda akan melihat ke
sana kemari, dan tidak fokus pada jalan di depannya.
gamabar dari sini |
Ok, tinggalkan dulu kacamata kudanya. Sekarang bahas tentang
tutup telinga kelinci. Lha, kok pakai kelinci sih. Saya identikkan dengan
kelinci karena ngebayangin bulu kelinci yang tebal dan halus serta bentuknya
yang lucu. Tutup telinga kelinci ini
biasanya digunakan saat udara dingin menyengat, dan juga bisa dipakaikan ke
bayi agar tidak terganggu suara berisik saat tidur.
Nah, baru deh saya bisa cerita mengenai kacamata kuda dan
tutup telinga kelinci ini. Soalnya, saat ini saya sedang menggunakan kacamata
kuda dan tutup telinga kelinci ini agar saya bisa menjadi pribadi yang maju! Kok bisa?
gambar: hasil utak atik |
Begini ceritanya…
Beberapa bulan ini saya terpasung oleh perasaan nelangsa
sendiri. Merasa rendah diri, sedih, frustasi, dan segala macam perasaan
negatif, terutama oleh kenangan pahit masa lalu. Yup, luka hati masa lalu saya
sulit sembuh, sehingga saya gagal move on. Ibaratnya, saya membiarkan pintu
menuju masa lalu itu terbuka lebar, lalu saya masuk ke dalamnya, dan memilih
mengunci diri di dalamnya. Menyedihkan ya.
Begitulah.., diperparah kemudian oleh keadaan anak saya yang
menurut saya agak kelewatan posesifnya. Saya pernah menuliskannya di sini Atau sebenarnya kontak bathin saya dan dia begitu eratnya sehingga dia
merasakan kesedihan bundanya dan ikut terpengaruh. Jadi ikut uring-uringan.
Rasanya kemudian perjalanan hidup saya jadi tidak terarah.
Saya menjadi orang yang pesimis dengan masa depan, kepercayaan diri melorot,
serta banyak menyimpan sakit hati. Apalagi bila melihat teman-teman yang
rasanya sudah melesat jauh di depan saya, saya makin merasa rendah diri dan
menjadi orang yang gagal. Ini membuat keadaan saya malah jadi terpuruk.
Saya lupa pada tujuan hidup sebenarnya, yakni berlari ke
depan dan meninggalkan apa yang sudah terjadi sebagai bagian dari masa lalu.
Melupakan mungkin tidak, memaafkan juga mungkin agak sulit, dan berharap waktu
yang mereduksi rasa sakit itu. Tapi bukan berarti tenggelam dalam kenangan luka
itu terus, bukan?
pinjem ini dari sini |
Pintu masa lalu itu harusnya sudah tertutup rapat. Anggap
saja bagian dalamnya bisa dilihat, tapi cuma sekilas, karena pintu terkunci,
dan saya memilih untuk tidak memasukinya lagi. Itulah analogi yang saya pakai
saat ini. Saya bertekad untuk memakai kacamata kuda, agar saya fokus ke masa depan, mengumpulkan lagi
cita-cita yang sempat berhamburan, menyatukan kepingan rasa percaya diri saya,
dan tidak terpengaruh sekeliling saya
yang rasanya berlari mendahului saya. Yang penting adalah, saya fokus
dengan perjalanan saya ke depannya, bukan dengan perjalan hidup orang lain.
Saya harus memfokuskan kembali diri saya pada tujuan saya, keluarga tercinta
yang selalu mendukung saya, dan rencana-rencana kami semula.
Alhamdulillah, semenjak meneguhkan diri untuk memakai
kacamata kuda, saya jadi lebih bisa fokus kembali pada tujuan hidup saya. Saya
jadi semangat untuk menapak jejak yang sudah dirintis sebelumnya,dan terpacu untuk terus berada di jalur yang saya cita-citakan.
Kiranya ilmu pakai kacamata kuda ini sangat penting dipakai
saat kita kehilangan arah dalam hidup, seperti saat gagal move on dan hilang
fokus, untuk kembali meluruskan niat dan
mengarahkan diri pada apa yang ada di depan kita, menuju apa yang kita cita-citakan. Kacamata
kuda juga berguna melindungi kita dari pandangan kita terhadap pencapaian orang
lain, yang bukannya malah menginspirasi tapi malah bikin perasaan down kita
jadi semakin parah. Ada bukan orang-orang yang semacam ini? Untuk orang jenis begini, supaya tidak merasa
down lebih parah, pakailah kacamata kuda J
Namun perlu diperhatikan juga bahwa tidak semua hal disikapi
dengan memakai kacamata kuda. Bisa dibilang cupid,lho! Untuk mencari ilmu, menyikapi
perbedaan pendapat, dan menelaah permasalahan diri dan masyarakat, tanggalkan
dulu kacamata kudanya.
Lalu, bagaimana dengan tutup telinga kelinci. Saya pakai
tutup telinga kelinci ini untuk meredam suara-suara negatif yang menghalangi
saya untuk maju. Bisa datangnya dari orang lain, bisa juga datang dari diri
sendiri. Setiap kali suara-suara negatif itu mampir, lewat prasangka atau
bisikan setan, saya buru-buru pasang tutup telinga kelinci ini.
yang begini ini harus dicontoh. sumber: di sini |
Atau bila suara-suara itu datangnya lewat komentar orang lain
yang menyakitkan, suka membanding-bandingkan pencapaian kita dengan orang lain,
pandangan meremehkan, kritik melulu tanpa solusi, dan banyak lagi, maka segera kenakan tutup telinga kelinci ini.
Lebih baik lindungi
telingamu dari hal-hal buruk yang merusak moodmu, daripada menyibukkan diri bersikap
kontra dengan orang-orang model begini. Karena selalu saja ada orang-orang yang
punya mulut tajam dan hati kurang peka melihat keadaan orang lain. Apapun yang
kita lakukan, baik atau buruk, tak akan pernah lepas dari omongan. Nah, tutup
telinga kelinci ini ampuh sekali untuk saya ketika menghadapi situasi seperti
ini.
Tapi, jangan pakai tutup telinga kelinci ini saat mendengar
nasehat yang melembutkan hati, bacaan ayat-ayat suci yang menentramkan jiwa,
ataupun ilmu-ilmu yang bermanfaat yang disampaikan orang-orang bijak. Jadi
pintar-pintarlah memilih saat kapan kacamata kuda dan tutup telinga itu kita
pakai, dan saat kapan pula kedua gadget canggih itu kita lepaskan dulu.
kalau mengikuti apa kata orang / komentar orang, kita malah gak pernah bisa maju karena salah mulu di mata orang. Lebih baik memang fokus dengan tujuan kita :)
BalasHapusMbak, ini ganti template ya? duh berasa pernah main ke sini tapi kok templatenya beda. Hihihi.. temen blog bnyk yang namanya mirip - mirip :D
makanya, saya gunakan kacamata kuda dan tutup telinga kelinci. Biar bisa maju. templatenya ganti, dari yang dulu :)
HapusMove on dari masa lalu yang pahit memang butuh perjuangan ekstra Mba Shanty. Saya juga mengalaminya. Berhasil maju dikit eh harus terhempas lagi karena terpengaruh omongan orang. Saya kemudian belajar untuk melakukan autodelete terhadap komentar negatif yang datang. Alhamdulilah, pikiran saya jadi lebih jernih. Awalnya sih sulit membiarkan omongan negatif masuk telinga kanan dan langsung keluar telinga kiri. Lama-lama semuanya jadi biasa dan ringan aja rasanya ketemu sama orang yang berkomentar negatif terus ttg saya. Dulu saya suka menghindar bertemu mereka sekarang saya santai saja kalau harus ketemu bahkan ngobrol lama. Saya sudah yakin dengan pilihan saya kok. Jika pencapaian saya dianggap tidak kualified, fine aja. Hal penting yang saya rasakan sekarang adalah bisa bahagia menjadi diri sendiri. Yang dulu itu sulit banget..keep fighting Mba Shanty, pertolongan Alloh pasti datang.
BalasHapusbetul mbak Ety. Bahagia dulu dengan diri sendiri, bahagia menjadi diri sendiri, dan bahagia dengan pilihan hidup yang kita ambil sendiri. Sepanjang hidup memang manusia seperti ditakdirkan untuk keep fighting terus. terhadap apa saja. terima kasih sharingnya mbak Ety. Membantu meringankan dan mencerahkan
HapusDear Mba rebellina,...
BalasHapusInspiratif mba, setiap org sy fikir pasti pny masa lalu....bagaimana pun beratnya, insyaallah saya yakin mendtgkan banyak hikmah. Yuk...sekilas saja menengok spion masa lalunya, sekedar untuk menguatkan langkah ke depan. Akkhhh...dirimu sangat beruntung mbaku, tetaplah semangat yaaa *hug :)
ah mbak Irma.. komentar mbak sangat menyejukkan. betul, setiap yang terjadi dalam hidup kita, pasti bukanlah sebuah kebetulan. Allah Maha adil, jadi pasti selalu ada berjuta hikmah dibaliksemua peristiwa. Sekarang saya tengah berusaha kuat menatap kedepan, dan menjadikan masa lalu itu seperti kata mbak, hanya cukup diintip lewat kaca spion. Makasih ya atas dukungan semangatnya...
HapusSeandainya aku bisa nerapin make kacamata kuda n tutup telinga kelinci ini...
BalasHapusSuami, kakak n tanteku pernah nyaranin yg tutup telinga kelinci ini, tp aku susah bngt bs move on. Maklum, ibarat tinggal bersama singa. aku malah fokusnya pengen menjinakkan singa, tp malah selalu terseok2 setelah dicakar. Belum bisa nyuekin singa, hehe
menyadari kelemahan kita yang susah move on itu sudah langkah awal yang bagus kok Mak. Butuh perjuangan berat memang untuk bisa berdamai dengan diri sendiri dan keadaan, termasuk masalah menjinakkan singa ini. Jadi, enggak usah mikirnya menjinakkan singa kali, Mak, tapi bagaimana bisa hidup damai bersama singa :)
Hapussaya juga pernah mengalami mbak yang namanya susah muv, saya pernah terjatuh dengan usaha keluarga, jatuh bangkrut, banyak dulunya orang orang yang mendekat ketika masih jalan, tapi ketika kita sudah tidak punya apa apa mereka menjauh, betapa sedihnya saya ketika ibu dan bapak saya harus merasakan depresi yang cukup berat sampai ibu saya hampir saja terkena struk, tetapi alhamdulilah dengan semangat saya selalu memotivasi ibu saya, akhirnya semuanya kembali normal meskipun sekarang usaha itu sudah tidak jalan manun keluarga saya sudah kembali muv dengan merintis usaha baru kecil kecilan.
Hapusalhamdulillah kalau sekarang semua sudahmulai berjalan normal kembali. Jatuh, rasanya semua pernah mengalami ya. namun reaksi diri saat sedang tertimpa masalah ini. berbeda-beda tiap orangnya. Latar belakang seseorang sangat mempengaruhi utuk cepat atau tidaknya seseorang move on
HapusInspiratif banget mbak, kacamat kudaku aku pakai pas window shopping aja. Aah. Kalau kaca spion emang perlu buat move on. :)
BalasHapusKalau sedang window shopping enggak pakai kaca mata kuda, bisa kebablasan ya Mbak? hehehe
HapusIzin share ya, Ibu....
BalasHapusSilahkan
Hapus