Martabak Cemungut Eaa….

Pengen martabak buatan sendiri udah lama. Bahan-bahan ada, tapi antara keinginan dan tindakan, enggak sinkron. Jadinya enggak tereksekusi tuh resep yang disimpen-simpen dari berbagai sumber.

Ndilalanya, kemaren tepar. Enggak tahu kenapa perut sepanjang hari bermasalah. Gejala paratypus, duga suami. Ditambah sakit kepala, membuat kasur jadi tempat leye-leye sepanjang hari itu. Untungnya, setelah minum obat sakit kepala,  sekitar jam 2-an sakit kepala saya reda, jadi bisa dikit-dikit nonton tv. Eh ketemu acara masak memasak di DAAI TV. Tentang martabak pula!  Sepertinya semesta mendukung keinginanku untuk buat mertabak.

Kusimak penuh perhatian bahan-bahan yang dibutuhkan dan cara membuatnya. Lengkap deh. Supaya tidak lupa, aku bahkan catet di buku. Hanya saja yang membingungkan,waktu menyebutkan takaran bahan, chefnya menyatakan terigunya takarannya 250 gr, sedangkan di teksnya, terigu seberat 500 gr. Bahan yang lain tidak berbeda. Yo wis, diniatkan akan buat martabak. Pakai resep ala DAAI TV.

Pagi ini, selepas subuh,  aku udah langsung aja bikin tuh martabak. Setengah ragu dengan takaran terigu. Yang mana nih yang benar, yang 250 atau 500 gr. Kuputuskan pakai 500 gr saja. Ketika adonan dimixer, kok terasa berat, enggak ringan. Udah yakin deh kalau bakal gagal. Tapi udah kepalang sih. Teruskan saja.

Ketika masuk pan, muncul buih-buih. Kalau kata chefnya, itu tanda berhasil. Sedikit lega, walau keraguan masih membuncah. Tsah.., gaya bahasa ala sastrawan aja! Tutup deh. Sekitar 20 menit kemudian, tusuk lidi, enggak ada adonan yang lengket. Tanda mateng deh.

Begitu tutup pan dibuka, tarraaaa…, adonan jadi bagus. Enggak lihat berongga atau tidak, main poles mentega, tabur meses dan keju serta susu kental manis. Pas mau dilipat dua, khasnya martabak, ya ampyunnn, adonannya berat banget dan enggak bisa dilipat.

Ternyata oh ternyata..dugaan martabaknya bakal gagal terbukti sudah. Adonannya terlalu tebal, dan tidak berongga. Namun anak-anak yang sudah happy menunggu hasil jadi, tidak ada yang kecewa, karena secara rasa sih enak, walau bukan martabak. Tepatnya sih seperti kue bantet, hehehe.

Kalau maknya aliasnya bundanya, ya kuciwa dong. Walau sudah agak menduga sejak awal, tetap aja ada rasa kecewa mengalir. Namun bukan suami keren kalau tidak memberi semangat ke istrinya yang sudah pak pik puk sejak subuh. Celotehannya membuat senyum mesem berubah mekar jadi tawa saat dia bilang, “Ya udah Bun, kita kasih nama aja  dengan “martabak cemungut eaa…!” Dan anak-anak bersorak-sorai memberi amiin.

Nah inilah penampilan martabak cemungut eaaa ala bunda. No resep ya, karena gagal, hehehehe

www.rebellinasanty.blogspot.com
martabak gagal, tapi tetep semangat. jadilah dinamai martabak cemungut eaaa



Rebellina Santy

Author, Blogger, Crafter, and Gardener. Informasi pemuatan artikel, Sponsored Post, Placement, Job Review, dan Undangan Event, email ke : rebellinasanty@gmail.com. Twitter/IG: @rebellinasanty

11 komentar:

  1. Semangat Mbak.... coba lagi lain waktu... Pengalamanku juga seperti itu saat mencoba membuat kue... kebanyakan sih gagal.. Tetapi setelah mencoba dan mencoba lagi biasanya kita akan paham akan trik dan tips membuat kue itu ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak. masih pengen nyoba lagi. rasanya penasaran pengen nebus kegagalan ini, hehehe

      Hapus
  2. Yang penting enak ya mba, anak saya asal disuapi semua masakan ibunya masuk aja di mulut hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang Mbak Kania, apapun buatan seorang ibu, asal dilakukan sepenuh hati, pasti selalu enak ya di mulut anak-anak. mungkin karena datangnya dari hati, jadi nyampe ke hati :)

      Hapus
  3. Semangaaat maaak.Yang penting ada keinginan buat camilan anak-anak. Saya malah gak bisa masak enak

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mak, tetap semangat kok. pengen nebus kegagalan, heheh. btw, Mak Nunung enggak bisa masak enak? enggak percaya ah....

      Hapus
  4. Oh ya ampun... Sampai setengah tulisan saya masih bingung, kenapa martabaknya nggak digoreng, terus kenapa harus buih2 gitu. Alamak, rupanya martabak manis ya Mbak. Baru ngeh waktu liat fotonya...

    Soalnya di kampung halaman, martabak itu sebutan untuk martabak telor, klo martabak manis begini disebutnya apam pulau pinang... hehehe, untuuuung aja ada fotonya mbak. Terselamatkan dari kebingungan.. :D cemungut eeaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. martabak yang pakai telor dan isian daging, kalau di medan disebut martabak telor. wuih.., enak. kalau martabak manis di medan bilangnya martabak terang bulan.

      Hapus
  5. saya juga pernah gagal bikin martabak mba, waktu aku taruh dimeja (pamer ceritanya) serumah pada comment "ini martabak habis kena badai ya" haha gak ngembang dan lengket di pan padahal adonan ringan :/

    BalasHapus
    Balasan
    1. begitulah seni memasak untuk keluarga. Kadangkala berhasil, kalau gagal, teteup dinikmati juga, hehehe

      Hapus
  6. Aku ngakakkk bacanya...AQ pun prnh kejadian bgitu tp biar gagal ttp dimakan jg drpd aq nanti melotot, tp biar gagal ttp enak ktnya ..🤭....cemangat mommyyy

    BalasHapus

Halo...
Thanks ya uda mau mampir dan kasih komentar di blog Rebellina Santy. Komentar kamu berharga banget buat saya.

Salam
Reni Susanti