sumber foto : credit |
Do’a merupakan bagian tak terpisahkan dari umat Islam.
Harusnya. Setiap selesai sholat, duduk diam sejenak di atas sajadah, tangan menengadah di atas, dan bibir mengucapkan
segala hal yang ada di dada; keluh kesah, harapan, permintaan, bahkan terkadang
kemarahan.
Ada kalanya, do’a yang terucap begitu panjang, dan syahdu.
Airmata pun sampai bercucuran tanpa terasa. Selepas itu, dada terasa plong dan
ringan. Namun tak sekali dua pula do’a
begitu sulit dirapal. Rasanya seperti tersumbat di ujung tenggorokan. Bukan
karena tidak ada yang ingin disampaikan padaNya, namun karena begitu sesaknya
isi dada, sehingga berebutan ingin keluar tanpa tertahan lewat kata. Nyatanya,
malah membuat bibir tak mampu mengucapkan apapun. Dan kalau sudah begitu, do’a
sapu jagad jadi andalan . Adakah yang begitu?
do'a ini yang sering disebut sebagai do'a sapu jagad. Do'a mengharap kebaikan dunia dan akhirat. |
Dalam berdo’a, saya bukanlah type orang yang mampu merangkai
kata-kata indah saat mengajukan proporsal isi hati saya, apa itu permintaan,pengharapan,
keluh kesah. Bahasa saya apa adanya, tidak indah, apalagi berbau sastra. Tapi
bukankah Allah memahami setiap bahasa umatNya? Begitupun, saya tetap berusaha
memperbaiki narasi saya padaNya. Saya belajar dari suami untuk itu.
Suami saya, kalau berdo’a, diksinya bagus sekali. Santun,
indah, dan maknanya dalam. Salah satu contohnya begini: Kalau saya berdo’a
minta diberi kelapangan hati saat ada masalah, beliau menambahkan dengan diksi untuk
diberi penglihatan diatas penglihatan agar mampu melihat hikmah di balik setiap
masalah.
Sering saya berdiskusi dengannya, mengapa kalimat-kalimat
yang keluar dalam do’anya begitu indah dan sarat makna? Kata suami, mungkin
karena dulu ketika SMA, setiap selesai shalat dhuha, dia rajin membaca surat
Ar-rahman. Tapi wallahua’alam, katanya lagi.
Tak jarang pula saya meminta dia menuliskan kalimat-kalimat
yang sering menjadi do’anya buat saya tiru. Sayangnya, sampai sekarang saya
belum berhasil memperbagus diksi saya ketika berdo’a padaNya. Tapi saya enggak
menyerah, belajar melembutkan hati agar bisa memperbagus ungkapan kata-kata
dalam do’a saya pada Allah, saya pun mulai menghafal surat Ar-rahman. Bukan sekedar
membaca, tapi juga menghafalnya, sesuai target yang pernah saya niatkan
sebelumnya, yakni akan menghafal Ar-rahman setelah hafal surat al-waqeeah.
Alhamdulillah, al-waqiah telah usai saya hafal seluruhnya. Kini ar-rahman yang
menjadi target selanjutnya.
Balik lagi ke do’a. ada kalanya saya tidak mampu berdo’a
panjang-panjang karena sesaknya dada dan penuhnya isi kepala, sehingga semua
isi hati yang ingin terucap dalam do’a malah terhenti diujung tenggorokan.
Kalau sudah begitu, saya memilih berdo’a yang baku (salah satunya ya do’a sapu
jagad tersebut), dan ditambah berdo’a agar Allah mengabulkan segala do’a suami
saya. Karena saya tahu, selain berdo’a untuk dirinya sendiri, orangtua, umat
muslim, anak-anak, saudara, suami juga secara khusus mendoakan saya. Jadi, kalau saya meminta Allah mengabulkan do’a
suami, bukankah itu berarti saya mendo’akan diri sendiri juga? Karena ada nama
saya dalam untaian do’a yang dilafazkan suami untukNya.
Sikap suami itu kemudian menjadi contoh bagi saya, yakni
selalu mendo’akan orang-orang yang saya kenal, yakni keluarga inti, dan saudara-saudara, serta sesama muslim di
belahan tempat manapun di dunia ini. Dan saya tambahkan pula, agar Allah
mengabulkan setiap do’a-do’a umatNya di manapun juga. Mana tahu, dalam do’a-do’a
hambaNya di belahan tempat yang lain, ada nama saya termasuk dalam do’anya.
Kita tidak tahu, do’a siapa yang lebih dahulu Allah kabulkan, bukan?
Yuk, kita saling mendo’akan. Tentu saja dalam kebaikan dan
mengharap ridhaNya.
doa memang sangat penting kegunaan doa sangat banyak sekali
BalasHapussepakat :)
BalasHapus