Beredarnya kisah sang
putra presiden yang tak sengaja makan daging babi,membuat ingatan saya melayang
pada belasan tahun silam. Kisah serupa
tapi tak sama. Serupanya, yakni sama-sama tak sengaja memakan daging yang
diharamkan tersebut.
Saya ingin menuliskannya kembali, sebagai pengingat diri dan
yang membaca tulisan ini agar berhati-hati saat makan di luar. Karena untuk
umat Islam beberapa jenis makanan tertentu memang dilarang untuk dimakan alias
haram, jadi tentunya tulisan ini tidak terkait SARA bukan?
Sebelum menikah, waktu masih tinggal di Medan, hobi saya saat senggang di waktu akhir
pekan selain jalan-jalan enggak jelas (yang penting jalan, hehehe) , adalah
nonton film dan makan di luar. Bersama
sepupu saya (hellow Indi.., where are you now?), atau teman-teman yang lain. Kadang cuma saya
berdua saja dengan Indi, nonton film di 21, lalu pulangnya cari makanan. Suka
nongkrong juga di Pagaruyung, daerah Kampung Keling. Oh ya, Kampung Keling
katanya sekarang berganti nama Kampung Madras. Tempat ini hanya buka malam
hari, dan selalu ramai, terutama akhir pekan. Di sana saya suka makan roti
canai dan kari kambing.
Nah, suatu waktu, hangout kali ini saya bersama keluarga.
Ada mama, papa, tante dan om juga beserta sepupu-sepupu yang lain. Ramelah.
Ceritanya kita mau ngerasain tempat makan yang lagi ‘in’ saat itu. Semacam
foodcourt. Letaknya di dekat Mesjid Raya. Namanya saya lupa (ampun nih otak
udah kram, lupa kampung halaman). Cuma rujaknya terkenal banget di sana,
namanya rujak Kolam. Nah foodcourt ini bukanya malam dan saat itu baru buka,
jadi kalau ngutip istilah sekarang jadi
trending topic-lah. Enggak tahu apa tempat ini masih buka atau udah
tutup. Kayaknya sebelum saya pindah ke Bogor, tempat ini sudah tutup deh.
Balik ke cerita. Yang saya ingat tempat itu ramai banget
dengan penjual dan pengunjung. Sayangnya, lampu penerangan tidak sepadan, jadi
ada beberapa tempat yang enggak kelihatan jelas. Menu yang ditawarkan
sebenarnya enggak ada yang spesial, enggak seperti sekarang ini buanyak banget
jenis-jenis makanan baru. Sodara-sodara pada milih menu yang aman, yakni nasi
goreng. Beda dengan saya yang selalu ingin cari yang baru dan beda.
Keliling-keliling, akhirnya mata tertuju pada satu gerai
yang menjual mi (lagi-lagi saya sudah enggak ingat nama makanannya). Ok, saya
pesan seporsi untuk saya. Sembari menunggu pesanan datang, saya balik ke meja.
Yang lain sudah pada makan, tinggal saya sendiri yang belum. Enggak berapa lama
kemudian, pesanan saya pun datang.
Tak sabaran saya lahap hidangan berbahan mi tersebut. Begitu
hidangan itu masuk mulut, ada yang aneh terasa di lidah saya. Bukan sensasi
enak, melainkan seperti penolakan. Lalu, saat makanan itu meluncur
ke tenggorokan lalu ke lambung, penolakan itu tidak tertahankan lagi. Saya mual.
Demi Allah, bukan enak atau tidak enak yang saya rasakan, melainkan lidah,
tenggorokan serta lambung saya menolak makanan itu masuk.
Saya muntah! Keluar semua yang saya telan sekejap tadi.
Sampai perih ini lambung karena terkuras semuanya. Untungnya, tempat makan kita
memang berada di taman, jadi muntahan saya mengotori rumput dan pengunjung yang
lain tidak tahu, karena suasananya yang memang remang-remang. Dan saat itu juga
spontan saya berujar, ”Mi ini ada b**inya!”
Tentu saja keluarga yang lain pada heran dan bertanya-tanya.
“Emang kamu pilih menunya dari gerai mana?”
Saya menunjuk ke gerai tempat saya memesan menu tersebut.
Saat mama melihat bahwa penjualnya adalah dari etnik tertentu, mama cuma bisa
geleng-geleng kepala. “Enggak tanya tadi halal atau tidak,ya?”
Saya menggeleng. Mama memang punya banyak teman dari kalangan
etnis ini, jadi tahu betul kebiasaan sebagian besar dari mereka, termasuk
makanannya. Bahkan teman mama sendiri yang mengajarkan pada mama untuk bisa
membedakan makanan yang memakai daging atau minyak b**i dan yang tidak.
Untuk memastikan, mama dan saya ke gerai tersebut. Singkat
cerita, diketahuilah bahwa makanan yang saya makan memang mengandung daging
yang diharamkan untuk umat Islam tersebut.
Salahkah penjualnya? Menurut saya, tidak. Saat itu, gerakan
sadar halal belum sekencang sekarang ini. Kelalaian ada di diri saya, tidak
berhati-hati memilih, dan tidak mau bertanya dulu sebelum memesan/membeli.
Untungnya, tubuh saya entah mengapa menolak makanan haram itu masuk. Kalau
tidak, entahlah…
Pengalaman ini hampir terulang saat saya ke Singapura tahun
2000 lalu. Saat hendak makan pagi, saya hampir saja milih daging babi. Maklum,
orang kampung, jadi belum tahu kalau bacon itu juga nama lain dari daging babi.
Untungnya, teman sekamar yang nasrani melarang saya mengambil daging itu dan
mengatakan kalau itu babi. Selamat…
bacon, ini salah satu produk olahan daging babi, credit |
Oh ya, tempat menginap saya itu hotel berbintang loh. Dan
tidak ada penanda makanan halal atau mengandung babi di restorannya. Enggak
tahu kalau sekarang.
Berkaca dari pengalaman tersebut, saya jadi makin
berhati-hati kalau ingin makan di luar. Mumpung juga keadaan kantong lagi belum
berlebih untuk banyak makan di luar, jadi ya disyukuri, karena membuat saya
lebih kreatif masak sendiri di rumah. Terjamin bersih dan terutama
kehalalannya.
Dan sejak kini pun saya tanamkan pada anak-anak jenis-jenis
makanan yang haram untuk dimakan oleh umat Islam. Tentu saja dengan penjelasan
yang disesuaikan dengan usianya. Saya yakin, pemahaman sejak dini mengenai
pentingnya kehalalan makanan yang masuk ketubuh mereka, akan membuat tubuh itu
menjaga dirinya sendiri dari apa-apa yang haram yang masuk ke dalamnya,
sehingga ketika ada benda haram yang masuk, maka tubuh akan seketika
menolaknya. Wallahua’alam.
Notes:
Nama lain untuk daging babi yang telah diolah selain pork, dan bacon, adalah ham, swine, dan yang tertera di bawah ini :
perbedaan daging babi dan sapi, sumber photo credit |
Perlu diwaspadai juga produk turunan dari daging babi ini, karenanya penting untuk membeli makanan yang berlabel halal jelas. Selain itu perlu pula diketahui kode-kode makanan yang mengandung lemak babi.
E100, E110, E120, E-140, E141, E153, E210, E213, E214, E216, E234,
E252,E270, E280, E325, E326, E327, E337, E422, E430, E431, E432,
E433, E434, E435, E436, E440, E470, E471, E472, E473, E474, E475,
E476, E477, E478, E481, E482,E483, E491, E492, E493, E494, E495,
E542, E570, E572, E631, E635, E904.
Semoga info ini bermanfaat.
Wah, infonya bermanfaat banget nih, mak. Selama ini kalau lagi pergi2, aku selalu menemukan tempat yang aman. Kalaupun ada kandungan tersebut, sang penjual suka mengingatkan.
BalasHapuskalau sekarang, iya Mak. lebih aktif nanyain. emang dulu saya lalai dan enggak begitu aware dengan hal-hal begitu
Hapusserem juga ya... Untung cepat dimuntahin...kalo ga...mendarh daging deh...,
BalasHapusalhamdulillah Mbak. Tubuhku responnya bagus, enggak mau nerima yang enggak sesuai fitrahnya :)
HapusWaw..makasih infonya ya mak. Harus hati2 ya kalau jalan jalan sekarang.
BalasHapusmungkin sekarng ini kondisinya jauh lebih baik Mbak. sudah bnayak kesadaran dari berbagai pihak, baik dari penjual makanan maupun pembeli mengenai masalah halal haram menurut agama kita
Hapusmakasih mbak infonya bermanfaat
BalasHapusalhamdulillah. memang ditujukan untuk membawa manfaat bagi sesama muslim, juga sebagai pengingat diri
HapusMakasih sharingnya Mak. Alhamdulillah, terjaga ya.
BalasHapusalhamdulillah mbak. tubuhku menolak itu masuk.
HapusMerinding bgt sih mbaak..kalo.emang gak tau ya gak apa2,ya.hikk
BalasHapusemang diangkat pena bagi yang tidak tahu Mbak Chrystanty. tapi untungnya, tubuh saya menolak juga.
HapusAlhamdulillah terselamatkan ya mak....terimakasih infonya, spy kt jg bs lbh berhati2...
BalasHapusiya, alhamdulillah Mbak Irowati. Info ini juga berguna buat saya dan anak-anak saya kelak. kalau dituliskan, akan jadi warisan ilmu :)
HapusWaa.. Untung tubuhnya langsung nolak ya mak,
BalasHapusbtw si rujak kolam masih ada kok, hehe & dulu jg pernah jualan di mangga dua (tp ga hapal tempatnya dmn+ masih ada/ ga, hihi)
kalau rujak kolam, sepertinya bakalan terus ada ya, karena udah jadi trade marknya. yang foodcourtnya, masih ada enggak? kayaknya udah enggak ada lagi ya?
BalasHapuskenapa makan babi haram mbak?
BalasHapusmemang sudah hukumnya begitu San. Tertera dalam kitab suci umat Islam. Kalau dikaji secara ilmiah, banyak fakta yang membuat babi haram untuk dimakan. namun kajian fakta ilmiah tersebut bukan dasar sahihnya (sahnya) larangan tersebut. Larangan tetap larangan.Jadi ujian keimanan salah satunya adalah memenuhi kewajiban, dan meninggalkan yang diharamkan :)
BalasHapusMbak apa hukum nya jika kita mkan olahan daging babi dalam keadaan lupa
BalasHapusdiangkat pena bagi yang lupa. Tapi kalau saat itu ingat, langsung muntahkan.
Hapus