Semula saya mau bikin judul tulisan ini dengan: Nafsu Besar Tenaga Kurang. Tapi dengan pertimbangan bahwa judul tersebut terlalu provokatif dan nanti dianggap sekedar mencari sensasi demi traffic, akhirnya saya ganti dengan judul Hasrat Besar Tenaga Kurang. Pliss, jangan berpikir saya masih cari sensasi dengan judul ini, karena yang saya tuliskan ini murni memang begitu.
Saya lagi kesal, bukan dengan orang lain, tetapi dengan diri
sendiri. Begitu banyak lomba-lomba blog dan kepenulisan yang telah saya tandai,
bermaksud akan saya ikuti. Nyatanya? Malu saya menuliskannya. Belum lagi niatan
mau nulis buat ebook, nulis buat kirim ke media, nulis buat novel, dan bla..bla
lainnya.
Saya sedang kena penyakit hasad nih. Iri dengan kejayaan
teman-teman yang bisa menang lomba ini, lomba itu, dapet kuis ini itu. Padahal,
alasan apa yang membuat saya harus iri? Bersaing dalam medan pertempuran yang
sama juga tidak, alias sayanya tidak mengikuti lomba (yang teman-teman menangi
tersebut) sama sekali. Sungguh sifat
dengki telah merasuk ke dalam diri saya. Naudzubillah...Tapi sesungguhnya iri saya ini bersifat positif kok, karena saya ingin sekali bisa ikutan ini itu.
Disinilah saya merasa sedih dan menangis. Menangisi diri kelemahan
dan dengki yang mengintai dari balik dada saat melihat orang lain berbahagia
untuk sesuatu yang memang mereka layak peroleh karena usahanya. Sementara saya?
Cuma nyatet ada lomba ini, itu
deadlinenya tanggal sekian, dan seterusnya. Eksekusinya? Berhenti di cuma
sebatas hasrat!
Kalau baca-baca segala tulisan motivasi, rasanya akan
semakin malu deh kalau saya kemukakan alasan mengapa banyak lomba yang gagal
saya ikuti. Kebanyakan motivator kan nulis kalau orang-orang yang gagal akan
selalu mencari-cari alasan pembenaran untuk sikapnya. Nah pastinya kalau ikut
kata motivator-motivator tersebut, saya adalah salah satu dari orang yang
cari-cari alasan. Soalnya, saya memang
mau kasih alasan kenapa niat saya yang besar untuk ikutan lomba berhenti di
sebatas hasrat?
Hiks.., saya kecapekan…Itu alasan saya.
Cailah.., alasannya gak mutu banget ya!
Tapi memang bener, itu alasannya.
Antara hasrat dan tenaga yang saya miliki enggak mau
kerjasama. Pengennya sih saya prioritaskan untuk nulis dengan agenda yang saya
tuliskan diatas. Namun ternyata skala prioritas menunjukkan saya harus
meletakkan agenda pribadi itu di nomor sekian. Ndilalahnya saat skala prioritas
telah ditunaikan, dan waktunya mengerjakan agenda pribadi, tenaga saya habis.
Jadinya, saat di depan kompie alih-alih nulis untuk memenuhi
to do list yang telah diagendakan. Mau berselancar untuk ngumpulin data aja
mata udah kuyu. Pilihan paling eunak ya tidooor! J
Dan itu hampir terjadi setiap hari.
Katanya lelah, kok masih bisa nulis ini itu di blog sendiri?
Ya iyalah. Kalau nulis pengalaman sendiri, enggak perlu
rekap data khan, enggak perlu survey ini itu, enggak perlu cari data pendukung ilmiah dan sebagainya. Cukup panggil
memori, dan ketik tik… jadi. Apalagi
model tulisan curhatan geje beginian, cepet selesainya.
Ya sutralah..
Pikiran lagi mumet, jadi mau nulis yang enggak ngebebani
aja. Hanya ingin mengenyahkan perasan iri dengki yang sempat mampir melihat
tulisan teman-teman yang emang keren, sembari mencoba mengatur ulang manajemen
hati saya.
Kembali ke kunci sabar dan iklash menjalani hari tidak
sesuai dengan apa yang diinginkan hati pribadi. Karena kalau saya terlalu
memaksakan agenda pribadi saya yang jalan, berarti harus ada yang dikorbankan.
Apalagi kalau bukan keluarga, karena selain suami, saya pun menopang rumah
tangga ini dengan peran saya tersendiri. Dan karena yakin kalau iklash
balasannya adalah jannah, agak lempenglah hati.
Udah mueter-muter nulis ini itu, inti tulisan ini apaan sih?
Intinya, saya ini lagi kecapean. Pengen ikutan lomba ini
itu, ternyata belon bisa,karena tenaga saya kurang. Hasrat besar tenaga kurang!
Ah alesan..!
Biarin dah. Kan saya yang tahu, wek..:)
Rebellina Santy
Rebellina Santy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Halo...
Thanks ya uda mau mampir dan kasih komentar di blog Rebellina Santy. Komentar kamu berharga banget buat saya.
Salam
Reni Susanti