Tina, Dimana Dirimu? Maafkan aku ya….

Entah mengapa beberapa bulan belakangan ini aku suka merewind kenangan lama. Apalagi kalau duduk-duduk ngopi berdua bareng suami di halaman belakang. Sambil melihat tanaman dan kolam yang airnya belum dikuras-kuras juga, kita berdua suka saling berbagi cerita sembari cekakak-cekikik berdua. Tepatnya sih, aku yang banyakan cerita. Suami malah pendengar yang setia, tapi sekali menimpali bikin  ketawaku yang ngakak  jadi tambah parah ngakaknya(pst: rahasia, ini hanya kalau lagi berdua bareng suami).

Nah, ceritanya kisah-kisah yang kita putar ulang memorinya adalah saat-saat jaman sekolah dulu. Entah mengapa, kisah kenangan ini ingin kubagikan di blog ini. Berharap ada seseorang pula dari masa lalu yang terkait dan mampu menyambungkan aku dengan dia...


Panggilannya Tina. Nama lengkapnya Agustina Sitohang. Rambutnya ikal pendek dan kalau dia tertawa, lesung pun terlihat di kanan kiri pipinya. Orangnya periang dan rame. Seingatku, aku dan Tina bukanlah karib, hanya teman sekelas biasa, tapi karena kita berdua emang rame kalau ngobrol, jadi kalau lagi becanda, kesannya akrab bingits…

Setting kisahku ini di antara tahun 1985-1988. Masih berseragam putih biru (sudah bisa ngira-ngira usia berapa nih penceritanya J). Lokasi: SMPN 7 Medan yang saat itu masih berlokasi di JL. Turi (ada yang satu almamater enggak ya?)

Suatu hari, entah dalam rangka apa aku bawa gunting kecil ke sekolah. Mungkin ada pelajaran prakarya saat itu. Lupa sih. Nah, saat istirahat, iseng aku membual kecil ke Tina.

Aku : “Aku bisa lho gunting rambut kayak yang di salon-salon itu”

Tina: “Ah masak?” #Logat Medan yang kental

Aku: “Bener!” Gayaku meyakinkannya. “Mamaku khan bisa nggunting rambut dan ngeriting lho. Jadi aku belajar dari mamaku.” #ini tidak 100% bohong. Mamaku memang bisa menggunting  dan mengeriting rambut ala salon. Tapi aku tidak!

Aku: “Mau kupotong rambutmu?” tanyaku. Entahlah, hari itu apa ada setan usil yang mampir ke diriku kok bisa-bisanya ngaku-ngaku bisa gunting rambut.

Tina: “Beneran kamu bisa, Ren?” #Sudah agak tergoda dia. Aku menganggguk percaya diri.

Entah mengapa pula dia begitu saja percaya denganku. Apa hari itu dia lagi ngantuk sehingga mudah percaya, atau bualanku yang begitu meyakinkannya.

Jadilah kukeluarkan gunting kecil itu. Emang sudah lama aku suka gemes lihat rambut ikal Tina ini. Kriwil-kriwil lucu. Berlagak hairdresser kawakan aku bergaya. Kres-kres, ambil sejumput ikal yang sini, kres-kres bagian yang lain. Tina terlihat tenang dan santai menikmati aksiku.
www.rebelllinasanty.blogspot.com
ilustrasi: sumber credit


Aku : “Sudah selesai, Tin,” kataku.Dalam hati: alamak…, gaya potongan apa pula ini. Agak takut juga kalau Tina marah. Untungnya tidak ada cermin buat Tina melihat hasil guntinganku.

Tina : “Bagus hasilnya, Ren?” tanyanya sambil meraba-raba bekas guntingan kreasiku.

Aku mengangguk. “Bagus, kok.”

Untungnya Tina tidak menangkap getaran di nada suaraku. Jujur saja, di saat itu penyesalan langsung meluapi isi hatiku. “Duh.., kok bisa ya aku iseng banget hari ini..”bathinku. Tapi apa mau dikata, sudah terjadi.

Besoknya, saat bertemu Tina di kelas, aku sudah ketakutan setengah mati. Pastilah dia marah besar padaku dengan hasil guntinganku yang amburadul. Nyatanya, Tina terlihat santai dan tenang.

Aku: Takut-takut : “Gimana, bagus khan hasil guntinganku?” #Masih sok belagu.

Tina: “Enak aja!” katanya. Herannya, dia tidak marah, malah tetap tersenyum riang. “Mamakku yang marah melihat rambut hasil guntinganmu!” sambungnya lagi.

Dan meluncurlah dari bibir Tina kisah Mamaknya yang marah melihat guntingan di rambut Tina yang amburadul. Mungkin kalau aku ada dihadapan Mamaknya, sudah habislah aku! Hari itu juga Tina di bawa ke salon untuk merapikan hasil guntinganku. Untungnya, waktu kugunting rambutnya tidak ada yang sampai botak hasilnya. Jadi, salon tidak terlalu kesulitan merapikan rambut Tina. Pantas saja rambut Tina lebih stylish dibanding kemaren.  Yang pastinya rambutnya jadi lebih pendek, dan untuk sementara waktu ikal-ikalnya tidak terlihat dulu.

Jadi, begitulah ceritanya. Keisenganku pada temanku Agustina Sitohang yang masih membekas di hati sampai kini. Aku memang sudah minta maaf pada Tina, dan dia sih malah enggak marah. Tetap riang dan ngekeh aja dengan yang kulakukan. (kalau sekarang ini, gaya Tina dalam menyikapi hidup sangat ingin kutiru. Tanpa beban dan dibawa santai).

 Setamat SMP, aku kehilangan kontak dengannya sampai kini. Namun kenangan ‘potong rambut’ ini melekat tak mau pergi. Walau kuyakini Tina tidak pernah memendam marah apalagi dendam, kok akhir-akhir ini aku yang sering ingat dia dan ingin sekali lagi minta maaf padanya atas tingkah usilku kala itu. Tapi, aku tidak tahu dia di mana.

Tina, Dimana dirimu? Maafkan aku sekali lagi ya….



Rebellina Santy

Author, Blogger, Crafter, and Gardener. Informasi pemuatan artikel, Sponsored Post, Placement, Job Review, dan Undangan Event, email ke : rebellinasanty@gmail.com. Twitter/IG: @rebellinasanty

10 komentar:

  1. Ha...ha...berarti ada bakat nyalon tuh Ren...
    Itu waktu di kelas berapa ya Ren ..
    Yg kuingat ada teman kita cewek(lupa namanya),wKtu ngomong a clock jd oclok...ha..ha..(pel bhs inggris)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aduh.., lupa deh Nur, kelas berapa. kayaknya kelas 1 deh
      pokoknya sekelas kita

      Hapus
  2. hihi...ada2 aja ya Mbak bentuk keisengan kita wajtu jamannya kecil dulu.. Kayaknya sih bukan hny Mbak yg punya kenangan masa lalu bersana teman kecil kita..aku pun punya lho ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, dan kenangan itu kalau kita rewind lagi suka bikin senyum ya Mbak. yuk berbagi juga di blog

      Hapus
  3. jutru disitulah unik dan bahagianya masa kecil,,keusilan dan ke isengan yang terkadang terasa konyol jika di ingat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, coba kalau kita tidak diberi kenangan. hambar ya...

      Hapus
  4. hahaha... gak kebayang deh saya jadi mamak nya tina ketika itu. marah-marah juga gak ya..?

    BalasHapus

Halo...
Thanks ya uda mau mampir dan kasih komentar di blog Rebellina Santy. Komentar kamu berharga banget buat saya.

Salam
Reni Susanti