Sejak kecil aku memang hobi membaca dan menulis. Walau secara finansial orangtuaku saat itu belum mampu berlangganan majalah anak-anak untukku, setidaknya aku masih bisa membacanya dari majalah bekas yang dibeli mamaku di pasar. Inget banget betapa gembiranya hati ini saat mama pulang dari pasar dengan setumpuk majalah Bobo bekas di tangannya. Rasanya tak sabar untuk menyelesaikan kewajiban di rumah agar segera bisa membaca majalah tersebut.
ilustrasi:sumber :tokobagus |
Hobi membaca kemudian diikuti dengan menulis puisi dan cerita anak-anak. Aku menulisnya di buku tulis biasa. Sudah terpikir untuk mengirimkannya ke media saat itu, namun karena tinggal di kampung dan terbatasnya wawasan orang-orang di sekelilingku untuk memberi pengarahan, aku jadi tidak tahu caranya bagaimana mengirim karyaku ke media.
Aku baru mengirim karya pertamaku ke media di awal-awal kuliah. Tahun 1992, cerpen pertamaku lolos di majalah Anita Cemerlang. Judulnya, Teman Dari Jauh. Bukan main bangganya saat pemberitahuan itu datang beserta 1 eksemplar majalahnya sebagai bukti terbit. Honornya sebesar Rp.40.000, dikirim lewat wesel pos. bukti weselnya terus aku simpan sampai kemudian aku menikah dan tinggal di Bogor. Sayang, bukti wesel tersebut kemudian hilang karena aku tinggalkan di kampung halaman. Sedangkan untuk majalahnya, dipinjam teman namun kemudian dihilangkan olehnya.
ilustrasi: sumber: jarnawi.blogspot.com |
Waktu mengirim cerpen ke Anita saat itu sekaligus 4 naskah cerpen dalam satu amplop. Ngetiknya juga pakai mesin tik yang hurup A nya lompat naik ke atas saat digunakan. Mereknya Brother, dan belinya bekas seharga Rp. 150.000 dari hasil tabunganku. (walau saat itu komputer sudah mulai ada, tapi aku cuma mampu beli mesin tik idaman sejak SMA). Dari 4 naskah tersebut, dimuatnya satu. Sayang, hobi menulis cerpen mandeg karena kesibukan kuliah dan mencari uang sendiri untuk mengurangi beban orang tua.
Dengan mesin tik tersebut juga aku menulis cerita anak-anak yang kukirim ke surat kabar lokal Waspada. Untuk cerita anak-anak, aku terinspirasi dari temanku Nanda (halo Bu Nanda, maaf namamu aku masukkan ke tulisanku nih, heheheh). Nanda, yang saat ini juga aktif menulis dan tergabung dalam komunitas menulis adalah sahabat yang sangat membawa pengaruh positif bagiku dalam dunia kepenulisan. Darinya aku tahu cara mengirim cerita anak ke koran lokal tersebut. Alhamdulillah, beberapa naskah cerita anakku di muat di koran tersebut. Untuk honornya, Rp. 5000, dan harus ambil sendiri. Aku mengambilnya setelah terkumpul beberapa naskah cerita anak yang dimuat. Lumayan, buat ongkos kuliah dan beli kertas serta pita mesin tik .
Setamat kuliah, total aku berhenti menulis karena kesibukan mengurus usaha sendiri. Begitu juga setelah menikah. Aku berkutat dengan urusan keluarga dan kesibukan lainnya. Paling-paling aku menulis di komputer sebatas tulisan curhat pribadi, sebagai ganti nulis di buku diary. Namun era facebook mengembalikan kembali passionku yang hilang (sebelumnya).
Aku mulai bergabung di facebook sekitar tahun 2009. Dari situ aku mulai tahu komunitas-komunitas menulis yang banyak bertaburan di jejaring sosial tersebut. Wah…, ternyata selama ini aku tertidur dari perkembangan dunia tulis menulis yang sedemikian pesat. Aku pun mulai aktif lagi menulis walau cuma sebatas notes di FB. Aku belum berani mengirimkan tulisanku ke media apa pun, apalagi berangan-angan membuat buku solo. Alasannya, karena aku belum bisa fokus untuk menekuni dunia tulis menulis, di tambah juga aku kurang percaya diri melihat begitu banyaknya penulis yang bermunculan dengan talenta yang luar biasa. Namun dalam suatu kesempatan audisi antologi buku yang bercerita tentang Ibu, aku memberanikan ikut mengirim naskah dan berhasil lolos dengan naskah yang berjudul “Emak Hebatku Itu, Nenekku!”. Naskah itu masuk dalam antologi yang terbit tahun 2011 dengan Judul : For The Love Of Mom terbitan Imania.
antologi pertamaku, 2011 |
Sayangnya, aku mandeg lagi dari dunia kepenulisan. Praktis setelah antologi pertamaku, aku tidak menulis lagi karena masalah keluarga yang silih berganti. Terpuruk, sedih, bahkan tenggelam dalam depressi, kualami selama berbulan-bulan.
Sikap suami yang tak kenal menyerah dan selalu membangkitkan semangat untukku agar mau menulis, akhirnya kembali membangunkanku. Tapi kali ini aku memilih blog sebagai pelepasan hasratku untuk menulis dan ternyata, aku jatuh cinta dengan blog!. Awal Maret 2013 aku mulai ngeblog, sampai akhirnya ikutan event tantangan 30 Hari Nonstop Ngeblog bersama blogdetik. Dari ngeblog, hasratku menulis untuk media pun muncul lagi. Sasaranku adalah Femina.
piagam ikut tantangan blogdetik |
Ada salah satu rubrik di Femina yang selalu pertama kali kubaca, yakni rubrik Gado-Gado. Tapi aku belum percaya diri untuk mengirim naskahku di sana. Padahal teman-teman di komunitas menulis yang kuikuti sudah sering wara wiri menunjukkan hasil karyanya yang nongol di majalah tersebut. Kapan ya naskahku bisa tampil di rubrik tersebut? Demikian pikirku selalu. Apalagi sesuai dengan tutorial pengiriman naskah untuk media, selalu ditekankan untuk mengenali media sasaran, sebelum mengirimkan naskah.
Untungnya untuk majalah Femina aku diberi gratis oleh seorang teman yang baik hati. Dari puluhan Femina gratisan tersebut, aku pelajari gaya tulisan Femina, terutama Gado-Gadonya. Sampai aku merasa yakin mampu menulis sesuai gaya rubrik Gado-Gado-nya Femina, barulah aku berani mengirim naskah gado-gadoku yang pertama ke Femina.
Naskah pertamaku yang kukirimkan ke media, dan aku pilih media itu Femina, berjudul Lho, Kok Ayah Ada Dua?. Naskah berisi kisah nyata sewaktu tinggal di rumah yang di hantui tersebut kukirim tanggal 3 Mei 2013. Lalu naskah ke dua yang berjudul Bun Tu Si, aku kirim tanggal 8 Mei 2013. Pada tanggal 8 Juli 2013, dapet surat pemberitahuan dari redaksi Femina kalau naskah sudah diterima redaksi dan menunggu hasil akhirnya selama 6 bulan sejak pemberitahuan. Ya sudah, aku ikuti prosedur, nunggu tanpa berharap lebih mengingat bahwa pengirim naskah Gado-Gado pastilah banyak.
Gado-Gado Pertama, Femina edisi 47, November-Desember 2013 |
Alhamdulillah, ke dua naskah pertamaku itu ternyata lolos seleksi, dan akhirnya dimuat di rubrik Gado-Gado. Naskah yang pertama, judulnya ketika dimuat menjadi Lho, Kok Ada Dua? Dimuat di edisi Femina No 47, Edisi November-Desember 2013, sedangkan Bun Tu Si, dimuat di edisi 02 , Januari 2014.
Apakah kali ini aku mandeg lagi dari proses menulis setelah dua naskahku dimuat? Aku tekadkan tidak. Walau menyadari kelemahanku adalah kurang begitu fokus. Karena selain menulis, passionku yang lain adalah berkebun dan kuliner, serta kewajiban utama dalam mendidik dan mendampingi anak-anak. Itu yang membuat fokusku bercabang. Membagi waktu untuk semua hal itu bukanlah hal yang mudah. Tapi aku berusaha untuk semua hal tersebut bisa terjalani, karena aku senang melakukannya.
Bogor, 12 Januari 2014
wah, 2 naskah pertama yg dikirim ke femina langsung lolos.. selamat ya mak.. salam kenal :-)
BalasHapussalam kenal kembali. terima kasih, semoga tidak berhenti sampai disini kratifitas menulis saya. :)
HapusKeren, Mak.. semoga selalu bersemangat ya :-)
BalasHapusterima kasih Mak Hana. Blogmu sangat menginspirasi sekali. Insha Allah bersemangat terus :)
HapusKereeeen, mbak...
BalasHapus(y)
makasih sudah mampir dan meninggalkan jejaknya :)
Hapuslanjtunya mbak..sekalian saya ikut belajar menulis....hehe
BalasHapusmakasih buat supportnya ya. kita sama-sama masih belajar :)
Hapusisi ceritanya apa mbak?
BalasHapusisi cerita yang mana san?
HapusWah, sama dong mbak, aku juga sasarannya femina, hihihih.. dan sebulan yg lalu dpt pemberitahuan kalau naskah gado-gadoku bakal dimuat, tp mereka gak bilang kpn akan dimuatnya. Setelah baca tulisannya mbak Lina, baru ngeh nih, mungkinkah saya nunggu 6 bulan lg ya, baru tulisanku bakal dipajang dimajalah..?hehehe..
BalasHapuskalau sudah dapet pemberitahuan bakal dimuat, berarti jaraknya dari pemberitahuan tsb maksimal cuma 1 bulan mbak. naskah yg kedua dimuat cuma 1 minggu sejak pemberitahuan lewat telp.
Hapusoh gitu... btw, apakah mereka akan memberitahu kita kalau naskah kita sdh dimuat? Atau mungkin dikirim majalahnya gitu, sebagai bukti muatnya..? Makasih mbak...
Hapusbiasanya, setelah pemberitahuan pertama lewat telp, untuk menegaskan apakah benar itu tulisan kita, bukan plagiat atau saduran. lalu tindak lanjutnya bisa lewat sms, kita dikirimi imel sekaligus attachment dokumen ygh arus kitatandatangani, dan tunggu tanggal pemuatan (diberitahu edisi no berapa). bukti majalah tidak dikirim mbak. enggak lama kok, paling lama sebulan spt yg saya sebut di atas. setelah dimuat, honor paling lama masuk ke rekening dari tgl pemuatan cuma 2 minggu (kalau saya 1 mg sdh cair di rek). semoga memuaskan ya
HapusOh, oke ..tengkyu mbak, saya juga sdh menerima attachment dr mereka. Cuma, penasaran aja, krn saya blm dikabari tgl pemuatannya, pdhl sdh sebulan pasca itu, antri kali ya...hehehe. maksih mbak...
Hapustanya aja mbak ke sekretaris redaksinya, lewat sms. pasti dibalas. baik-baik kok staffnya
HapusOks..tengkyu mbak atas pencerahannya, hehehe...
HapusMoga sukses terus, Mbak :)
BalasHapusaamiin. makasih ya
HapusAku baca tulisan yang lho, kok ada dua mak. Nggak tahu itu tulisan dirimu, Mak. Selamat ya
BalasHapushehehe. penulis di majalah tersebut memakai nama aslinya, mbak. terima kasih sudah mampir
HapusSemangat mak, keren euy.. Selamat yah
BalasHapusjadi ikutan semangat nih
makasih supportnya ya. ayo kita sama-sama bersemangat kembali menjemput impian :)
HapusSelamat ya mak ats dimuatnya di mjlh femina. nama rebellina santi inspirasi dr mn? keren namanya
BalasHapushehehe, jujur cari sendiri. pernah saya tulis di status fesbuk Mak. tapi status itu saya hide :)
HapusMenurut saya menulis itu kunci utamanya adalah : istikomah. :) ira
BalasHapusiya Mbak. itulah saya yang kurang. kebanyakan passion, jadi tidak istikomah, hehehe
HapusHebat.
BalasHapusSaya tidak bisa menulis
Tapi Saya sedang belajar mnulis
Untuk menambah kamus kata dan kalimat saya.
Sama-sama Sam. Saya juga sedang belajar. Yuk, kita kembangkan tulisan kita dengan terus belajar .
Hapusproses yang amat panjang ya kak,
BalasHapusbetul. dan masih berproses sampai kini :)
Hapus