Saat Air Sumur Kami Kering..


http://www.rebellinasanty.blogspot.com
saat hujan turun, memandang dari balik jendela
Senang rasanya saat melihat titik-titik air turun membasahi dedaunan tanaman di halaman rumah. Dari tempat favorit saya di dekat jendela, mata saya leluasa melihat halaman depan yang basah oleh limpahan air hujan. Sungguh suatu kenikmatan yang tak terhingga mengingat berbulan-bulan lamanya di tempat saya ini sudah tidak turun hujan. Benar-benar kemarau yang paling parah yang pernah saya alami sejak pindah ke daerah ini.

Kemarau yang panjang tak pelak berimbas pada sumber air yang ada. Sejak beberapa bulan yang lalu, banyak tetangga saya yang sudah harus mengambil air dari kolam kecil di tengah-tengah ladang milik tetangga yang lainnya. Pasalnya, sumber air sumurnya, kering. Alhamdulillah, sumur saya pada saat itu masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

http://www.rebellinasanty.blogspot.com
kolam kecil tempat tetanga mengambil air saat kemarau. air agak keruh karena baru hujan

Namun, kemarau yang panjang luar biasa ini pada akhrinya berimbas juga pada debit air sumur di rumah. Kalau biasanya alirannya lancar dan melimpah, beberapa waktu terakhir debitnya terasa jauh berkurang. Gerkan hemat air mulai saya lakukan. Termasuk salah satunya dengan menyiram tanaman memakai air bekas cucian sayur, ikan dan cucian piring yang sengaja saya tampung dalam tong tersendiri. Tentu saja saya pilih cairan pencuci piring yang ramah lingkungan agar air bekas bilasannya pun aman untuk tanaman.

Namun pada akhirnya, sumber air di rumah yakni sumur, takluk pada iklim yang sedang tak bersahabat. Sekitar sebulan yang lalu, pompa air di rumah hanya mampu menyedot air sebanyak 40 liter dalam waktu 1 jam. Padahal biasanya pompa mampu mengisi toren air berkapasitas 150 liter dalam waktu 30 menit.Untuk mendapatkan 40 liter air berikutnya, saya harus menunggu selama 6 jam agar sumur terisi air kembali dan pompa mampu menyedot airnya. Benar-benar penuh perjuangan menunggu air sumur terisi agar pompa mampu menyedotnya. Seisi rumah pun melakukan gerakan hemat air besar-besaran. Namun nyatanya, kemampuan sumur di rumah saya sampai juga pada titik akhirnya. Tak cukup air lagi buat di sedot pompa.

Semula saya dan suami mengira, pompa air yang rusak mengingat selama ini air di sumur tidak pernah kering, dan tetap melimpah walau musim kemarau sekalipun. Jadinya, suami mencoba memperbaiki sendiri pompa air kami.

Selama berkutat memperbaiki pompa air (yang dikira rusak),  saya dan suami terpaksa membeli air galon untuk kebutuhan hari-hari, yakni air minum dan kebutuhan memasak. Untuk mandi dan keperluan cuci piring, saya dan suami juga berkali-kali  membawa 2 tong air besar  dengan masing-masing berkapasitas 20 liter. Dengan motor dan saya diboncengan, kami  menuju kantor suami yangn berjarak 6 km dari rumah. Air di sana masih melimpah, dan kami pun diberi ijin untuk memintanya. Ini cukup membantu, walau memang agak repot.

 Mengapa tidak minta air ke tetangga yang terdekat?  Justru tetangga sejak awal kemarau, sudah mengalami kekeringan terlebih dahulu dibanding saya.
http://www.rebellinasanty.blogspot.com
air dari kolam kecil yang dialirkan lewat pipa

Untuk  cucian pakaian, saya biarkan beberapa saat sembari menunggu pompa jadi normal kembali, karena semula kami kira masalah tidak adanya air karena kerusakan pompa. Namun berkali-kali setelah dilakukan perbaikan pompa, tidak ditemukan kerusakan. Fakta yang terjadi adalah, sumur kami kering!

Akibatnya luar biasa.

Selama fase ketiadaan air sehingga harus mengambil air dari kantor suami, imbasnya pada kesehatan keluarga. Kami sekeluarga mengalami diare. Kemungkinan utama tiada lain tiada bukan, adalah sanitasi yang kurang karena minimnya air. Akibat diare yang paling parah terjadi pada putra kedua saya, Fatih yang berkebutuhan khusus. Muntah di kasur selama 2 hari berturut-turut. Setiap kali dia muntah dan kadang (maaf) buang air besar di kasur, setiap kali itu pula saya harus mengganti seprai. Saya pun stress. Anak-anak sakit, air tak ada, cucian menumpuk! Belum lagi persoalan makanan untuk keluarga.

Suami memutuskan untuk meliburkan diri dari kantor untuk alasan ini. Untuk masak, kami memilih beli siap, alias warung nasi Padang jadi andalan. Untuk minum, beli air galon.Sedangkan persoalan utama, yakni air sumur yang mengering, tak bisa lagi menunggu hujan sebagai pemecahannya. Satu-satunya pemecahan yang bisa dicoba lakukan adalah menambah kedalaman sumur agar memperbesar mata air yang ada. Di sini mata air disebutnya dengan tuk.

Mencari penggali sumur di musim kemarau ternyata tidak gampang. Profesi penggali sumur laris manis di musim ini. Panggilan datang dari berbagai tempat. Dalam sehari, satu tim penggali sumur yang hanya terdiri dari dua orang, bisa melakukan penggalian di dua tempat yang berbeda. Setidaknya, itu hasil pembicaraan saya dengan Mandra, tetangga yang berprofesi sebagai penggali sumur. Syukurnya, saat saya minta tolong menggunakan jasa Mandra, dia bersedia mendahulukan saya.

Letak sumur milik keluarga saya berada di halaman depan rumah, di bawah naungan pohon mangga. Karena posisinya terbuka, dan sejuk, mempercepat pekerjaan Mandra dan timnya. Proses penambahan kedalaman sumur pun hanya berlangsung setengah hari. Menjelang waktu makan siang, prose penambahan kedalaman pun selesai. Hasilnya? Alhamdulillah, ternyata air sumur saya masih melimpah ruah. Penambahan kedalaman semakin meperbesar debit air yang keluar. Ketiadaan air selama ini diakibatkan oleh tertutupnya mata air dengan lumpur yang diakibatkan oleh luruhan tanah di dinding sumur. Memang, sumur di depan rumah ini baru dibuat dua tahun yang lalu. Sebelumnya sumur saya terletak di halaman belakang. Namun karena terkontaminasi dengan buangan air dari kamar mandi, sumur tersebut tidak kami gunakan lagi..
http://www.rebellinasanty.blogspot.com
saat proses pendalaman sumur di halaman depan rumah

Tak terkira senangnya hati saya saat air memancar dengan deras dari keran-keran air yang ada di rumah. Walau air pertama yang keluar masih berwarna coklat tua , air itu saya tampung agar tak terbuang sia-sia. Untuk menyiram kotoran bekas muntahan anak saya dan juga menyiram tanaman disekeliling rumah.

“Rumah Ibu banyak tanamannya. Ini yang membuat tuknya deras dan melimpah,” kata Mandra saat air pertama yang keluar dari pompa memancar deras dan melimpah. Dia pun berbagi cerita bahwa ada sumur yang setelah dilakukan penambahan kedalaman pun, tak menghasilkan debit air yang diharapkan. Cerita yang sama juga saya dapatkan dari Ibu Minin, yang walau sudah menambah kedalaman sumurnya sedalam 5 meter, tak menghasilkan air yang cukup untuk disedot pompa.


Selama dua hari ke depan, air yang mengalir masih belum bisa dipakai untuk memasak dan minum. Selama dua hari pula saya mencuci pakaian dan seprai. Hasilnya, 9 sprai yang harus saya cuci bersihkan dari kotoran muntah anak saya, dan belum lagi pakaian kotor lainnya yang menumpuk. Makanan? Masih beli karena fokus pada sanitasi pasca ketiadaan air.

Setelah beberapa hari,  air menjadi sangat jernih dan layak pakai untuk keperluan masak dan minum. Alhamdulillah, pasokannya juga lancar melimpah. Sempat was-was sebelumnya  juga kalau-kalau air yang lancar hanya berlangsung beberapa saat saja. Namun nyatanya, hingga kini, debit air dari sumur saya masih lancar dan melebihi cukup untuk kami gunakan. Dan alhamdulillah juga, setelah pasokan air normal, anak-anak kembali sehat dan diare pun menghilang. Ternyata, wabah diare juga menimpa para tetangga lainnya. Pastilah penyebabnya sama, sanitasi yang kurang karena minimnya pasokan air bersih.

Walau air kini telah melimpah, dan musim pun telah memasuki musim hujan, gerakan hemat air tetap harus dilakukan. Tak hanya itu, saya pun semakin cinta pada hobi saya taman menanam, karena terbukti, dengan menanam banyak pohon di sekitar rumah, adalah bagian dari menjaga ketersediaan sumber air.

Ini pengalaman saya saat sumur di rumah kering. Adakah teman-teman punya pengalaman yang serupa?

Rebellina Santy

Author, Blogger, Crafter, and Gardener. Informasi pemuatan artikel, Sponsored Post, Placement, Job Review, dan Undangan Event, email ke : rebellinasanty@gmail.com. Twitter/IG: @rebellinasanty

31 komentar:

  1. Wahhh suasana tempat tinggal mba santy masih asri sekali yaa, adeemmm :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. di kampung mbak Irma.., jadi masih lumayan banyak pohon :)

      Hapus
  2. alhamdulillah...airnya udah bisa digunakan ya mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mak. Duh sengsara banget kalau ingat pengalaman 5 hari tanpa air bersih memadai...

      Hapus
  3. alhamdillah udah keluar lagi airnya, udah hujan juga ya mbak. Anak-anak dan keluarga sehat itu paling utama memang, salam buat keluarga ya mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Mbak, airnya lancar. Terimakasih untuk salamnya :)

      Hapus
  4. merana banget kalau ngga ada air a mba, rasanya stres dan ngga bisa ngapa2in, Alhmadulillah udah teratasi masalahnya ya mba...

    BalasHapus
    Balasan
    1. he eh. Bener banget. kalau mau bahasa lebaynya, sampai stress tingkat dewa saat air bener-bener minim..alhamdulillah, sudah teratasi mbak. Mbak Dewi tidak mengalami kekeringan khan?

      Hapus
  5. Jadi makin yakin kalau alam akan memberikan imbalan sebaik yang kita berikan padanya. Alhamdulillah ya mba..menanam pohon banyak untungnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Arin. Alam akan memberikan lebih dari yang kita beri. Manusia saja yang serakah dan rakus merampok alam ya Rin. Menanam pohon itu memang luar biasa manfaatnya. Terasa banget saat kemarau...

      Hapus
  6. Di rumah saya juga pake sumur Mak. Alhamdulillah meski kemarau panjang ga kering. Tapi beberapa tetangga sumurnya mengalami kekeringan. Banyak pohon di sekitar rumah, selain adem juga bisa nyimpen air tanah ya Mak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, alhamdulillah kalau sumurnya enggak kering ya Mbak. Banyak pohon itu banyak manfaatnya Mbak, selain menjaga ketersediaan air tanah, adem, juga membuat rumah enggak panas

      Hapus
  7. air memang penting banget yah mbak, rasanya dalam mengerjakan semua kegiatan rumah tangga pasti membutuhkan air..

    alhamdulillah mbak, akhirnya airnya melimpah kembali :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah, airnya sudah lancar sekarang mbak. enggak ada air, sengsara banget...

      Hapus
  8. Terkadang orang salah persepsi, dikira dng banyak menanam tanaman akan memperbanyak debit air padahal yg seharusnya ditanam itu pohon. Perumahan tempat saya tinggal banyak yg diplester halamannya, memang sih kami masih memakai PDAM tapi kan ya tetep seharusnya harus ada pohon untuk cadangan air bukannya tanaman dalam pot hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tanaman dalam pot sih ok-ok aja, buat mempercantik rumah. tapi untuk cadangan air masa depan, pohon besar tetep utama. sebisa mungkin halaman rumah jangan di plester, tapi diberi coneblock yang bercelah agar air mampu meresap ke dalam tanah

      Hapus
  9. musim kemarau panjang seperti ini memang akan berdampak pada kekurangan air ya mba... mudah2an musim penghujan akan segera tiba ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah, di tempat saya musim penghujan sudah tiba. dampak kekurangan air sudah teratasi (sementara).semoga tidak ada lagi kekeringan seperti musim kemarau yang baru lalu

      Hapus
  10. Saya pernah mengalami susah air saat di Ambon, mba. Air terkadang tidak mengalir hingga tidak air. Walaupun tidak di musim hujan

    BalasHapus
    Balasan
    1. daerah di tempat mbak memang sulit air kah? air dari PAMnya yang tidak lancar?

      Hapus
  11. Aduh rumahku kalau pagi suka susah keluar air pam nya, Mak.

    Jadi mau bebenah nunggu siang dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. enggak ditampung saat malam Mak? di bak atau ember-ember besar? airnya PAM?

      Hapus
  12. ibu-ibu memang ga bisa dipisahkan dari air. alhamdulillaah sudah ngalir lagi airnya mbak. di sini alhamdulillaah air dr pdam masih lancar. sayangnya perumahan di tpt saya tinggal gersang. bukan krn baru tp krn bbrp tahun lalu ada proyek pembetonan jalan kompleks (lebih murah dr ngaspal). tapiii...pohon di kiri-kanan jalan pada ditebang dg alasan melanggar batas. sampe ada drama tetangga nangis krn pohonnya ditebang. pohon mangga yg menyejukkan padahal. sekarang?keluar di siang hari yg ada putiiiih semua. silau. sampe kl jalan kaki sambil merem.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kenapa pohon tetangga ditebang Mbak? aturan pemerintah kah? apa enggak cukup dipangkas saja? kalau enggak ada pohon, rumah saya juga panasnya enggak tahu kayak apa..

      Hapus
  13. Muda2hn susah air segera berlalu seiring datangnys musim ujan y mb

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah, masa itu sudah terlewati. sekarang air semakin melimpah karena musim hujan sudah tiba

      Hapus
  14. Bila membutuhkan jasa service bor air murah di depok bekasi jakarta
    Hubungi saja http://hydocoteknik.com/
    Harga murah dan biaya terjangkau

    BalasHapus
  15. Klo saya saat ini yg mengalami hal serupa,air sumur dirumah saya menguning penuh tanah,dan beberapa bulan kemudian malah tidak ada air sama sekali,setelah saya baca artikel diatas mungkin krena endapan lumpur,thx info nya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. saama-sama. kalau air kuning, saya sedang memerpsiapkan tulisan bagaimana menyaring air yang bermasalah sehingga layak pakai dan layak minum. Tapi lagi p[roses penulisan. jadi pantau-pantau saja blog ini bila terasa berguna :)

      Hapus
  16. Wah ibu Rebellina tinggal dimana? Sampai segitunya ya keringnya. Untung saja ya sekarang debit airnya sudah banyak lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya tinggal di kampung. alhamdulillah, sumurnya kini tetap melimpah

      Hapus

Halo...
Thanks ya uda mau mampir dan kasih komentar di blog Rebellina Santy. Komentar kamu berharga banget buat saya.

Salam
Reni Susanti