saat hujan turun, memandang dari balik jendela |
Kemarau yang panjang tak pelak berimbas pada sumber air yang ada. Sejak beberapa bulan yang lalu, banyak tetangga saya yang sudah harus mengambil air dari kolam kecil di tengah-tengah ladang milik tetangga yang lainnya. Pasalnya, sumber air sumurnya, kering. Alhamdulillah, sumur saya pada saat itu masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Namun, kemarau yang panjang luar biasa ini pada akhrinya berimbas juga pada debit air sumur di rumah. Kalau biasanya alirannya lancar dan melimpah, beberapa waktu terakhir debitnya terasa jauh berkurang. Gerkan hemat air mulai saya lakukan. Termasuk salah satunya dengan menyiram tanaman memakai air bekas cucian sayur, ikan dan cucian piring yang sengaja saya tampung dalam tong tersendiri. Tentu saja saya pilih cairan pencuci piring yang ramah lingkungan agar air bekas bilasannya pun aman untuk tanaman.
Namun pada akhirnya, sumber air di rumah yakni sumur, takluk pada iklim yang sedang tak bersahabat. Sekitar sebulan yang lalu, pompa air di rumah hanya mampu
menyedot air sebanyak 40 liter dalam waktu 1 jam. Padahal biasanya pompa mampu
mengisi toren air berkapasitas 150 liter dalam waktu 30 menit.Untuk mendapatkan
40 liter air berikutnya, saya harus menunggu selama 6 jam agar sumur terisi air
kembali dan pompa mampu menyedot airnya. Benar-benar penuh perjuangan menunggu
air sumur terisi agar pompa mampu menyedotnya. Seisi rumah pun melakukan gerakan hemat air besar-besaran.
Namun nyatanya, kemampuan sumur di rumah saya sampai juga pada titik akhirnya.
Tak cukup air lagi buat di sedot pompa.
Semula saya dan suami mengira, pompa air yang rusak mengingat selama ini air di sumur tidak pernah kering, dan tetap melimpah walau musim kemarau sekalipun. Jadinya, suami mencoba memperbaiki sendiri pompa air kami.
Selama berkutat memperbaiki pompa air (yang dikira rusak), saya
dan suami terpaksa membeli air galon untuk kebutuhan hari-hari, yakni air minum
dan kebutuhan memasak. Untuk mandi dan keperluan cuci piring, saya dan suami
juga berkali-kali membawa 2 tong air
besar dengan masing-masing berkapasitas
20 liter. Dengan motor dan saya diboncengan, kami menuju kantor suami yangn berjarak 6 km dari
rumah. Air di sana masih melimpah, dan kami pun diberi ijin untuk memintanya. Ini cukup membantu, walau memang agak repot.
Mengapa tidak minta air ke tetangga yang terdekat? Justru tetangga sejak awal kemarau, sudah mengalami kekeringan terlebih dahulu dibanding saya.
Untuk cucian pakaian, saya biarkan beberapa saat sembari
menunggu pompa jadi normal kembali, karena semula kami kira masalah tidak adanya air
karena kerusakan pompa. Namun berkali-kali setelah dilakukan perbaikan pompa,
tidak ditemukan kerusakan. Fakta yang terjadi adalah, sumur kami kering!
Akibatnya luar biasa.
Selama fase ketiadaan air sehingga harus mengambil air dari kantor suami, imbasnya pada kesehatan keluarga. Kami sekeluarga mengalami diare. Kemungkinan utama tiada lain
tiada bukan, adalah sanitasi yang kurang karena minimnya air. Akibat diare yang
paling parah terjadi pada putra kedua saya, Fatih yang berkebutuhan khusus.
Muntah di kasur selama 2 hari berturut-turut. Setiap kali dia muntah dan kadang
(maaf) buang air besar di kasur, setiap kali itu pula saya harus mengganti
seprai. Saya pun stress. Anak-anak sakit, air tak ada, cucian menumpuk! Belum
lagi persoalan makanan untuk keluarga.
Suami memutuskan untuk meliburkan diri dari kantor untuk
alasan ini. Untuk masak, kami memilih beli siap, alias warung nasi Padang jadi
andalan. Untuk minum, beli air galon.Sedangkan persoalan utama, yakni air sumur
yang mengering, tak bisa lagi menunggu hujan sebagai pemecahannya. Satu-satunya
pemecahan yang bisa dicoba lakukan adalah menambah kedalaman sumur agar
memperbesar mata air yang ada. Di sini mata air disebutnya dengan tuk.
Mencari penggali sumur di musim kemarau ternyata tidak
gampang. Profesi penggali sumur laris manis di musim ini. Panggilan datang dari
berbagai tempat. Dalam sehari, satu tim penggali sumur yang hanya terdiri dari
dua orang, bisa melakukan penggalian di dua tempat yang berbeda. Setidaknya,
itu hasil pembicaraan saya dengan Mandra, tetangga yang berprofesi sebagai
penggali sumur. Syukurnya, saat saya minta tolong menggunakan jasa Mandra, dia
bersedia mendahulukan saya.
Letak sumur milik keluarga saya berada di halaman depan
rumah, di bawah naungan pohon mangga. Karena posisinya terbuka, dan sejuk,
mempercepat pekerjaan Mandra dan timnya. Proses penambahan kedalaman sumur pun
hanya berlangsung setengah hari. Menjelang waktu makan siang, prose penambahan
kedalaman pun selesai. Hasilnya? Alhamdulillah, ternyata air sumur saya masih
melimpah ruah. Penambahan kedalaman semakin meperbesar debit air yang keluar.
Ketiadaan air selama ini diakibatkan oleh tertutupnya mata air dengan lumpur
yang diakibatkan oleh luruhan tanah di dinding sumur. Memang, sumur di depan
rumah ini baru dibuat dua tahun yang lalu. Sebelumnya sumur saya terletak di
halaman belakang. Namun karena terkontaminasi dengan buangan air dari kamar
mandi, sumur tersebut tidak kami gunakan lagi..
saat proses pendalaman sumur di halaman depan rumah |
Tak terkira senangnya hati saya saat air memancar dengan deras dari keran-keran air yang ada di rumah. Walau air pertama yang keluar masih berwarna coklat tua , air itu saya tampung agar tak terbuang sia-sia. Untuk menyiram kotoran bekas muntahan anak saya dan juga menyiram tanaman disekeliling rumah.
“Rumah Ibu banyak tanamannya. Ini yang membuat tuknya deras
dan melimpah,” kata Mandra saat air pertama yang keluar dari pompa memancar
deras dan melimpah. Dia pun berbagi cerita bahwa ada sumur yang setelah
dilakukan penambahan kedalaman pun, tak menghasilkan debit air yang diharapkan.
Cerita yang sama juga saya dapatkan dari Ibu Minin, yang walau sudah menambah
kedalaman sumurnya sedalam 5 meter, tak menghasilkan air yang cukup untuk
disedot pompa.
Selama dua hari ke depan, air yang mengalir masih belum bisa
dipakai untuk memasak dan minum. Selama dua hari pula saya mencuci pakaian dan seprai. Hasilnya, 9 sprai yang harus saya cuci bersihkan dari kotoran muntah anak saya, dan belum lagi pakaian kotor lainnya yang menumpuk. Makanan? Masih beli karena fokus pada sanitasi pasca ketiadaan air.
Setelah beberapa hari, air menjadi sangat jernih dan layak pakai untuk keperluan masak dan minum. Alhamdulillah, pasokannya juga lancar melimpah. Sempat was-was sebelumnya juga kalau-kalau air yang lancar hanya
berlangsung beberapa saat saja. Namun nyatanya, hingga kini, debit air dari
sumur saya masih lancar dan melebihi cukup untuk kami gunakan. Dan alhamdulillah juga, setelah pasokan air normal, anak-anak kembali sehat dan diare pun menghilang. Ternyata, wabah diare juga menimpa para tetangga lainnya. Pastilah penyebabnya sama, sanitasi yang kurang karena minimnya pasokan air bersih.
Walau air kini telah melimpah, dan musim pun telah memasuki musim hujan, gerakan hemat air tetap harus dilakukan. Tak hanya itu, saya pun semakin cinta pada hobi saya taman menanam, karena terbukti, dengan menanam banyak pohon di sekitar rumah, adalah bagian dari menjaga ketersediaan sumber air.
Ini pengalaman saya saat sumur di rumah kering. Adakah teman-teman punya pengalaman yang serupa?
Ini pengalaman saya saat sumur di rumah kering. Adakah teman-teman punya pengalaman yang serupa?
Wahhh suasana tempat tinggal mba santy masih asri sekali yaa, adeemmm :)
BalasHapusdi kampung mbak Irma.., jadi masih lumayan banyak pohon :)
Hapusalhamdulillah...airnya udah bisa digunakan ya mak
BalasHapusiya Mak. Duh sengsara banget kalau ingat pengalaman 5 hari tanpa air bersih memadai...
Hapusalhamdillah udah keluar lagi airnya, udah hujan juga ya mbak. Anak-anak dan keluarga sehat itu paling utama memang, salam buat keluarga ya mbak :D
BalasHapusAlhamdulillah Mbak, airnya lancar. Terimakasih untuk salamnya :)
Hapusmerana banget kalau ngga ada air a mba, rasanya stres dan ngga bisa ngapa2in, Alhmadulillah udah teratasi masalahnya ya mba...
BalasHapushe eh. Bener banget. kalau mau bahasa lebaynya, sampai stress tingkat dewa saat air bener-bener minim..alhamdulillah, sudah teratasi mbak. Mbak Dewi tidak mengalami kekeringan khan?
HapusJadi makin yakin kalau alam akan memberikan imbalan sebaik yang kita berikan padanya. Alhamdulillah ya mba..menanam pohon banyak untungnya.
BalasHapusBetul Arin. Alam akan memberikan lebih dari yang kita beri. Manusia saja yang serakah dan rakus merampok alam ya Rin. Menanam pohon itu memang luar biasa manfaatnya. Terasa banget saat kemarau...
HapusDi rumah saya juga pake sumur Mak. Alhamdulillah meski kemarau panjang ga kering. Tapi beberapa tetangga sumurnya mengalami kekeringan. Banyak pohon di sekitar rumah, selain adem juga bisa nyimpen air tanah ya Mak.
BalasHapuswah, alhamdulillah kalau sumurnya enggak kering ya Mbak. Banyak pohon itu banyak manfaatnya Mbak, selain menjaga ketersediaan air tanah, adem, juga membuat rumah enggak panas
Hapusair memang penting banget yah mbak, rasanya dalam mengerjakan semua kegiatan rumah tangga pasti membutuhkan air..
BalasHapusalhamdulillah mbak, akhirnya airnya melimpah kembali :)
alhamdulillah, airnya sudah lancar sekarang mbak. enggak ada air, sengsara banget...
HapusTerkadang orang salah persepsi, dikira dng banyak menanam tanaman akan memperbanyak debit air padahal yg seharusnya ditanam itu pohon. Perumahan tempat saya tinggal banyak yg diplester halamannya, memang sih kami masih memakai PDAM tapi kan ya tetep seharusnya harus ada pohon untuk cadangan air bukannya tanaman dalam pot hehehe
BalasHapusTanaman dalam pot sih ok-ok aja, buat mempercantik rumah. tapi untuk cadangan air masa depan, pohon besar tetep utama. sebisa mungkin halaman rumah jangan di plester, tapi diberi coneblock yang bercelah agar air mampu meresap ke dalam tanah
Hapusmusim kemarau panjang seperti ini memang akan berdampak pada kekurangan air ya mba... mudah2an musim penghujan akan segera tiba ya...
BalasHapusalhamdulillah, di tempat saya musim penghujan sudah tiba. dampak kekurangan air sudah teratasi (sementara).semoga tidak ada lagi kekeringan seperti musim kemarau yang baru lalu
HapusSaya pernah mengalami susah air saat di Ambon, mba. Air terkadang tidak mengalir hingga tidak air. Walaupun tidak di musim hujan
BalasHapusdaerah di tempat mbak memang sulit air kah? air dari PAMnya yang tidak lancar?
HapusAduh rumahku kalau pagi suka susah keluar air pam nya, Mak.
BalasHapusJadi mau bebenah nunggu siang dulu
enggak ditampung saat malam Mak? di bak atau ember-ember besar? airnya PAM?
Hapusibu-ibu memang ga bisa dipisahkan dari air. alhamdulillaah sudah ngalir lagi airnya mbak. di sini alhamdulillaah air dr pdam masih lancar. sayangnya perumahan di tpt saya tinggal gersang. bukan krn baru tp krn bbrp tahun lalu ada proyek pembetonan jalan kompleks (lebih murah dr ngaspal). tapiii...pohon di kiri-kanan jalan pada ditebang dg alasan melanggar batas. sampe ada drama tetangga nangis krn pohonnya ditebang. pohon mangga yg menyejukkan padahal. sekarang?keluar di siang hari yg ada putiiiih semua. silau. sampe kl jalan kaki sambil merem.
BalasHapuskenapa pohon tetangga ditebang Mbak? aturan pemerintah kah? apa enggak cukup dipangkas saja? kalau enggak ada pohon, rumah saya juga panasnya enggak tahu kayak apa..
HapusMuda2hn susah air segera berlalu seiring datangnys musim ujan y mb
BalasHapusalhamdulillah, masa itu sudah terlewati. sekarang air semakin melimpah karena musim hujan sudah tiba
HapusBila membutuhkan jasa service bor air murah di depok bekasi jakarta
BalasHapusHubungi saja http://hydocoteknik.com/
Harga murah dan biaya terjangkau
Klo saya saat ini yg mengalami hal serupa,air sumur dirumah saya menguning penuh tanah,dan beberapa bulan kemudian malah tidak ada air sama sekali,setelah saya baca artikel diatas mungkin krena endapan lumpur,thx info nya....
BalasHapussaama-sama. kalau air kuning, saya sedang memerpsiapkan tulisan bagaimana menyaring air yang bermasalah sehingga layak pakai dan layak minum. Tapi lagi p[roses penulisan. jadi pantau-pantau saja blog ini bila terasa berguna :)
HapusWah ibu Rebellina tinggal dimana? Sampai segitunya ya keringnya. Untung saja ya sekarang debit airnya sudah banyak lagi
BalasHapussaya tinggal di kampung. alhamdulillah, sumurnya kini tetap melimpah
Hapus