Setelah Pesta Usai, 13 Tahun Sudah, dan Kita Masih (Akan) Terus Berjuang
Seorang teman begitu tahu aku akan menikah, menghadiahiku sebuah puisi dan buku. Temanku ini, tak sekalipun aku pernah bersua dengannya. Komunikasi hanya dilakukan lewat pembicaraan online yang ngetop saat itu, yakni IRC (Internet Relay Chat). Diskusi tentang apa saja lumayan kerap kami lakukan saat itu, sampai kemudian aku menikah dan memutuskan ikut suami ke Bogor. Dan sejak saat itu, aku putus hubungan komunikasi dengannya.
Aku sangat terkesan dengan puisi yang dia kirimkan. Aku tidak tahu apakah puisi itu hasil karyanya sendiri, atau tidak. Yang pasti dia memberinya judul lain sesuai singkatan nama yang kupakai saat itu. Kini, 13 tahun sudah aku menjalani pernikahan dengan lelaki pilihan hatiku. Dan semua catatan yang terangkum dalam puisi itu. terasa sekali benarnya, sampai kini, dan pun kedepannya kelak. Karena itu pula, kuposting kembali dalam blog sebagai pengingat diriku, bahwa pernikahan itu adalah komitmen seumur hidup yang layak diperjuangkan walau untuk itu kami harus melakukan banyak penyesuaian dan kesepakatan-kesepakatan.
Berikut puisi yang dikirimkan sobatku (AR) itu padaku.
Setelah Pesta Usai
(Catatan Risanty)
Setelah pesta selesai, setelah gaun pengantin ditanggalkan,
Mari bergegas menyadari bahwa perkawinan adalah tugas.
Perkawinan bukanlah cuma pesta, kemesraan dan cinta,
Tapi juga cemburu, sakit hati dan pertengkaran.
Karena tugas terberat perkawinan adalah mencapai seluruh kesepakatan
Padahal berapakah jumlah kesepakatan yang harus kamu taklukkan?
Tak terhingga…
Karena hal-hal yang telah disepakati hari ini, telah bergeser lagi di esok hari
Terang yang kamu peroleh hari ini,
Hanya bagian kecil dari laut kegelapan yang ada di esok hari.
Kesepakatan adalah cerita yang tidak pernah selesai
Lorong tanpa ujung, sumur tanpa dasar.
Makin kamu telusuri, makin terasa jauhnya.
Makin didekati, makin ia tak teraba.
Lorong itu begitu rumitnya, hingga cinta dan kemesraan saja tak sanggup mengurainya.
Untuk hidup didalamnya, hanya ada satu cara: menjadi manusia selengkapnya.
Tapi betapa kita selalu tergoda untuk menjadi manusia yang tak lengkap,
Manusia yang cuma bisa menerima kegembiraan,
Tapi menolak kesedihan.
Manusia yang hanya mencintai kemudahan
Tapi menolak kesulitan
Manusia yang cuma mengerti kemesraan
Tapi menolak pertengkaran
Padahal, ujian kelengkapan itu ada di balik rasa benci
Yang ternyata bisa kamu akrabi,
Kejengkelan yang ternyata bisa kamu sukai,
Kesalahan yang selalu bisa pula kamu maafkan,
Dan tekanan yang bisa kamu lumpuhkan dengan kesabaran.
Maka, setelah pesta ini usai dan setelah gaun pengantin ini ditanggalkan,
Mari bergegas menyambut kenyataan,
Bahwa hal-hal yang tidak kamu suka bisa datang kapan saja,
Pilihan yang tidak pernah kamu pilih bisa nyelonong begitu saja
Dan hal-hal yang tidak kamu sukai bisa memaksa kamu untuk mengambinya.
Pada akhirnya, kamu memang tidak bisa memungut cuma yang kamu suka
Begitulah hidup…
Berat, tapi apa boleh buat…
(Thanks AR, buat puisi indahnya yang sarat makna).
Dan kemarin, genap sudah 13 tahun usia pernikahan kami. Sebuah perjalanan panjang menyatukan dua pribadi yang berbeda dalam wadah bernama keluarga. Perjalanan yang penuh dinamika, airmata , canda dan tawa, serta gelombang yang hampir saja mengkandaskan bahtera rumah tangga.
Sebuah perjalanan dua ego yang coba saling melengkapi dan mengisi kekurangan masing-masing, , tanpa juga menghilangkan identitas kami sebagai individu. Dan segala syukur kami panjatkan pada pemilih hidup, Allah SWT, karena sampai sejauh ini kami masih bertahan, dan insha Allah akan terus berjuang untuk bertahan, bersatu dalam ikatan mitsaqan ghaliza, walau untuk itu kami harus banyak melakukan penyesuaian dan kesepakatan yang sejatinya itu akan berlangsung seumur hidup. Sama halnya dengan ujian yang diberikanNya. Bukankah kesenangan dan kekecewaan, penderitaan dan kebahagiaan, itu semua adalah ujian?
Padamu ya Rabb, kami bersujud syukur untuk 13 tahun yang penuh warna dalam kehidupan kami. Insha Allah, kami akan terus berjuang menjaga janji suci yang telah terikrar di hadapanMu. Amiin.
Happy anniversary mba....semoga selalu bahagia sekeluarga <3
BalasHapusAmiin. Terima kasih untuk do'anya ya :)
Hapussemoga tetap sakinah mawaddah dan penuh ramhat di keluarga mba :)
BalasHapusaamiin Mak Kqania. Samara itu harus dan akan terus diperjuangkan. insha Allah
HapusHepi anniversary pernikahannya, moga senantiasa samara ya mbak :)
BalasHapusMakasih Mbak untuk doanya :)
HapusHappy anniversary mba, semoga bahagia slalu hingga akhir nanti :)
BalasHapusAmin Ya Rabb. Makasih bnayak untuk do'anya ya Mbak Irma :)
Hapusbarokalloh mbaaa, smoga bahagia selalu..:)
BalasHapusAmiin Ya Rabb. bantu do'anya untuk bisa bahaga selalu ya :)
Hapushappy anniversary mba semoga bahagia selalu sampai akhir nanti ...
BalasHapusAmiin, amiin ya Allah. Semoga Allah mengabulkan do'a sahabat saya untuk saya
HapusPuisi yang indah. Foto2 yang indah. Anak2 yang manis. Semoga pernikahannya samara selamanya ya Mak :)
BalasHapusmakasih Mak Mugniar untuk do'a dan kata-kata yang indah :)
HapusWah puisinya bagus banget mbak, juga bisa jadi renungan buat kami. Terima kasih sudah berbagi, semoga keluarga selalu sehat dan bahagia ya mbak... :)
BalasHapusamin. itu puisi dari teman :)
Hapus