.
Bermula dari sebaris status dari seorang teman di Facebook. Mengenai adakah perempuan yang hobi berkebun? Berhubung berkebun memang salah satu hobi yang bikin aku jatuh cinta, maka status itu aku sambut dengan antusias. Ternyata Mbak yang buat status adalah awak media berskala nasional tersebut. Beberapa orang lainnya dengan hobi yang sama juga menyambut status tersebut. Mbak tersebut mencari 4 orang narsum untuk diwawancarai untuk artikel di Leisure Republika dengan tema berkebun. Sayangnya,kriteria narsum harus berusia di bawah 40 tahun.
“Wah Mbak, kalau usia di KTP saya sih sudah diatas 40, dikit. Tapi kalau asli baru 40 nih” santai aja aku bilang begitu, berhubung memang usia di KTP ngikuti ijazah, dimundurkan 1 tahun dari tahun kelahiran yang sebenarnya. Ternyata setelah dikonsultasikan ke redakturnya oleh si Mbak, boleh deh jadi salah satu narsumnya. Yippie…(narsis ah)
Wawancarai dilakukan lewat chat FB. Ada sekitar 12 – 13 pertanyaan seputar berkebun. Kujawab sesantainya dan sejujur yang aku lakoni. Mbaknya kemudian minta foto aku lagi berkebun. Ini yang aku belum punya (yg sreg maksudnya, hehehe). Kebetulan pisang ambon lagi panen, jadi kupikir ini moment tepat juga buat foto yang baru sambil narsis pamer panen pisang ambon, hihihi. Jadinya aku janjiin ke Mbak tersebut fotonya aku kirimi 2 hari kemudian.
Akhirnya, kubuat repot deh si ayah sebagai fotograper handalan keluarga. Dari sekian foto yang diambil, jepret sana jepret sini, pakai gaya ala model plus pegangannya sereh dan setandan pisang, yang sreg cuma beberapa foto doang. Bismillah…, dikirim deh beberapa foto hasil jepretan ayah.
Dah selesai, nanya deh ke si Mbak reporter, “Ini buat Leisure yang terbit kapan?”
“ Tanggal 22 Oktober, Mbak,” jawabnya. Mbak reporternya ramah loh.
Akhirnya, saat tanggal 22 Oktober tiba, sepulang ngantar kakak ke sekolah, mampir deh di warung penjual majalah dan koran. Beli Republika, dan enggak sabar pengen cepet-cepet sampai rumah. Dan, begitu dibuka, inilah penampakannya… Senang deh, bisa narsis di Leisure
Leisure Republika 22 Oktober 2013 |
Nah, sorenya lihat di hp, kok ada missed call. bernomor Jakarta, 021-55xxxxxxx. waduh, siapa ya yang nelpon. tanya si Mbak reporter apakah kantor yang nelpon, tapi kata si Mbak, no kantornya bukan itu. Jadi no siapa ya?
Sempat terbersit di hati, jangan-jangan ini no..., tapi masih enggak yakin. ya sudahlah, kalau penting, pasti khan nelpon lagi. ternyata, enggak ada lagi telepon dari no tersebut.
Kembali ke cerita narsis, aku sih berharap, untuk selanjutnya, hasil karya tulisanku yang bisa nampang di media-media nasional. berharap dan bermimpi, boleh khan? :)
Kebayang hebohnya sesi pemotretan... Selamat ya, Mbak... ira
BalasHapushehe, iya. sesi pemotretan jadi tontonan tetangga, hihihi.
Hapus