Dengan al-Qur’an Kumenata Hidupku Kembali

(Curhatan seorang ibu korban child abuse )

Fenomena bullying akhir-akhir ini semakin banyak mencuat. Banyak peristiwa tragis yang diakibatkan oleh bullying. Yang tidak kuat menghadapinya, berakhir pada kasus yang menyedihkan, bunuh diri salah satunya. Sebagian mungkin berhasil melewatinya, namun sebagian besar lainnya, akan membawa trauma akibat bullying itu seumur hidupnya.

Saya, salah satu diantara korban bullying sejak kecil yang tumbuh dalam trauma yang berkepanjangan. Tepatnya korban child abuse, karena yang saya alami bukan sekedar bullying, tetapi lebih jauh dari itu. Tak perlulah saya ungkapkan bagaimana dan siapa pelakunya, biar saja hanya Allah, saya, dan beberapa orang yang saya percayai saja yang mengetahui hal ini. Tak hanya kekerasan fisik yang pernah saya peroleh, tetapi juga kekerasan psikis yang justru membenam kuat sampai ke alam bawah sadar saya. Trauma psikis itulah yang menghantui saya sampai kini, bahkan setelah menjadi seorang ibu dari 4 anak-anak yang luar biasa.

Di tengah-tengah kepedihan saya sebagai korban dari child abuse, saya masih beruntung diberi Allah orang-orang yang melindungi dan mencintai saya sepenuh hati. Kakek saya yang luar biasa cerdas dan teman diskusi yang asyik, nenek saya yang walau cerewet namun sangat melindungi dan menyayangi saya, Tante Ana, Om Alex dan Pakde Nuang saya. Mereka itulah sosok yang membuat saya bisa tegar menghadapi hidup.




Pernah melakukan tindakan nekad
Jujur saja, saya pernah hampir mati sesat karena tak tahannya dengan apa yang saya alami. Di usia 20, saya sempat melakukan tindakan yang kalau itu sukses terjadi, saya tidak akan ada di sini untuk menuliskan kisah ini. Saya menyilet nadi saya memakai cutter. Tidak ada niatan bunuh diri sebenarnya, hanya saja bentuk pelampiasan kemarahan saya yang terpendam bertahun-tahun lamanya.  Akibatnya fatal sekali, sekaligus juga menyentak kesadaran saya. Ternyata, di tengah-tengah ‘sakitnya’ bathin yang saya rasakan, masih ada orang-orang yang sangat menyayangi saya dan bermaksud melindungi saya.

Sejak itu saya bertekad, tak akan pernah lagi tindakan sesat itu saya lakukan. Saya akan buktikan kepada yang menyakiti bathin saya bahwa saya bisa survive, dan saya akan menjadi pribadi yang jauh lebih mulia daripada apa yang pelaku child abuse lakukan terhadap saya.

Kasus itu membuat saya sedikit banyak mengerti mengapa ada orang yang melakukan bunuh diri. Dari sudut pandang saya yang pernah mengalami hal tersebut, tindakan itu sebenarnya bukanlah benar-benar dimaksudkan untuk itu. Tetapi karena merasa tidak ada yang peduli dan mengerti apa yang mereka alami. Minimnya orang-orang sekeliling yang memperhatikan hal tersebut, serta tipisnya iman, akan memudahkan terjadinya tindakan itu. Dari kacamata saya, sebenarnya tindakan itu dimaksudkan sebagai ‘ teriakan minta tolong’, tetapi tidak ada yang memahaminya sampai kemudian terlambat. Ini cuma pendapat saya saja.

Fase perubahan
Saya memang bisa melalui masa-masa sulit tersebut, tetapi belum berhasil lulus dari trauma sakit masa lalu. Walau pernah sukses mengelola usaha beromset ratusan juta rupiah perbulannya, tetapi bathin saya tetap merasa sepi yang teramat sangat. Beruntung kemudian saya memutuskan hijrah dengan menikah. Hijrah dalam artian sebenarnya. Hijrah tempat dan hijrah pemikiran. Walau untuk itu saya mengorbankan usaha yang memberi penghasilan yang sangat lebih dari cukup untuk saya saat itu.

Menikah sedikit banyak membawa perubahan pada bathin saya.  Dengan bimbingan suami yang membawa saya lebih dekat pada Allah dibanding sebelumnya. Saya pun belajar kembali agama saya dari mula. Bacaan Qur’an saya pun mulai saya perbagus dengan mempelajari kembali cara membaca Alqur’an yang benar. Trauma yang saya alami, mulai berkurang sedikit demi sedikit.

Dulu, saat awal-awal menikah, setiap malam saya terbangun dengan menjuerit-jerit histeris. Dan suami sayalah yang berperan besar menjadi teman yang setia mendampingi saya melewati masa-masa sulit tersebut. Sekarang ini, mimpi buruk tengah malam itu sudah sangat amat jarang terjadi. Alhamdulillah..
Namun, efek child abuse yang saya terima begitu membekas. Walau mimpi-mimpi buruk itu sudah sangat berkurang, efek lainnya begitu mempengaruhi hubungan saya dengan keluarga. Saya sukar mengontrol emosi, dan kalau marah, bisa menjadi pribadi yang berbeda. Kalau kata suami, dalam kondisi seperti itu, saya bukan lah bunda yang ceria, menyenangkan, hangat dan penyayang seperti biasanya.
Tetapi saya menjelma menjadi sosok lain yang mengambil alih fisik saya, sosok yang dalam keadaan ‘rage’  sehingga mereka menarik diri untuk sementara dari saya, sampai saya pulih kembali menjadi diri saya kembali seperti semula. Bunda yang hangat, menyenangkan, dan penyayang. Itulah pengakuan suami dan anak-anak saya, betapa berbedanya sosok saya saat dalam keadaan normal dan marah.

Tentu saja  saya sangat sedih dengan keadaan diri saya sendiri. Beberapa waktu dalam kehidupan saya setelah menikah, saya banyak menyalahkan diri sendiri untuk sikap saya, terutama saat saya marah. Saya tidak ingin melukai hati anak-anak dan suami yang begitu menyintai saya. Saya ingin menjadi bunda bagi mereka, yang tidak hanya menyediakan rumah yang nyaman untuk fisik mereka, tetapi juga kedamaian bagi bathin mereka. Apa jadinya tumbuh kembang mereka bila saya memendam sakit masa lalu seperti ini? Saya tidak akan mewariskan ‘sakit’ ini pada anak-anak saya. Itu tekad saya.

Ujian itu datang lagi
Saya mulai mencari penyembuhan bagi diri saya. Berbagai literatur saya baca terkait masalah ini. Begitu juga metode pengobatan apa yang sekiranya cocok dengan saya. Salah satunya adalah dengan mencoba aktif kembali menulis. Namun di tengah-tengah usaha saya untuk sembuh, lagi-lagi Allah menguji saya dengan masalah lain yang melukai bathin saya lebih dalam lagi.

Saya kembali menjadi peribadi yang terpuruk. Selama beberapa bulan saya kembali menjadi si pemarah yang sensitif. Anak-anak pun menjadi korbannya, apalagi suami. Memang, tudingan si kerabat terhadap saya cuma salah satu dari beberapa sikapnya yang selama ini menyakiti hati saya. Tetapi, puncak kemarahan saya adalah tudingannya yang bagi saya adalah fitnah. Apa yang kerabat tersebut lakukan seperti mengulang kembali apa yang pernah saya terima ketika kecil dulu, dan membuka luka lama dari orang terdekat yang pernah melakukan child abuse ke saya. Hal itu sangat  menyakiti bathin saya sehingga membuat saya seperti mahkluk yang tidak berharga di mata kerabat tersebut.

Saya menarik diri dari pergaulan. Bahkan saya sempat menyesali pernikahan saya, karena saya beranggapan, menikah dengan suami seperti masuk kembali ke dalam  mulut buaya selepas dari mulut harimau. Karena saya merasa tidak diterima di lingkungan pernikahan saya ini, sementara di lingkungan keluarga saya, semenjak wafatnya nenek, kakek, dan Pakde Nuang, saya memilih menjauh.
Imbas lainnya adalah masalah kedekatan saya denganNYa. Ada beberapa waktu saya cuma sholat sekedarnya hanya untuk menggugurkan kewajiban, sementara di sudut hati saya yang lain saya malah tidak terima dengan ujian yang diberikanNya.

Mencoba bangkit kembali
Saya menyadari, apa yang saya rasakan dan lakukan (kemarahan saya), sudah tidak benar. Saya merasa tersiksa karenanya. Suami pun sangat sedih, apalagi anak-anak. Mereka seperti tertekan saat berdekatan dengan saya,. Mereka jadi serba takut, karena khawatir itu akan membuat kemarahan saya meledak. Melihat ini semua bathin saya lebih hancur lagi. Antara rasa tak berdaya, marah, terluka, dendam, semua campur aduk di hati, sampai saya kerap drop secara fisik.  Alhamdulillah, sesulit apapun, suami dan anak-anak tak pernah meninggalkan saya. Mereka mendukung saya dan tetap memberi cintanya pada saya walau saya dalam kedaan depressi seperti itu.

Di suatu maghrib, selepas sholat berjamaah, saya memeluk suami saya dan meminta maafnya. Lalu saya katakan pada suami, “Ayah…, Bunda ingin sembuh. Bantulah Bunda, Ayah..”

Suami saya sambil memeluk saya, ikut bergulir airmatanya. Tetesan air matanya jatuh mengenai punggung tangan saya. “Apa yang bisa Ayah lakukan untuk Bunda? Ayah pasti akan  bantu sebisanya..”

Saya katakan ingin ikut terapi hypnosis. Saya benar-benar ingin terbebas dari perasaan marah dan dendam ini. Saya sadari betul bahwa apa yang saya rasakan ini juga bentuk manifestasi perasaaan sakit yang terpendam bertahun-tahun lamanya.  Tetapi untuk ikut terapi hypnosis, biayanya tidak murah.  Ayah berjanji akan mengusahakan biayanya, salah satunya adalah dengan menjual kamera DSLRnya.

Lalu, saya memanggil putri-putri saya. Masing-masing berusia 9 tahun dan 5 tahun. Dari 4 anak saya, mereka berdualah yang kami anggap sudah bisa diajak untuk mengerti kondisi orang tuanya, karena anak saya yang kedua, adalah penyandang autis dan yang bungsu baru berusia 2,5 tahun.
 Dengan bahasa yang sederhana, saya minta dukungan anak-anak agar Bundanya bisa kembali ceria. Saya minta agar mereka membaguskan sholatnya dan mendo’akan Bundanya lebih khusuk, mengurangi potensi membuat keributan (karena telinga saya sangat sensitif terhadap suara keras) yang memancing kemarahan, serta belajar mandiri.

Pada diri suami, saya minta agar dia lebih khusus mendo’akan kesembuhan untuk saya. Dan pada diri saya sendiri, saya bertekad untuk menjadi hambaNya yang lebih baik, tidak menunda-nunda waktu sholat, merajinkan diri untuk shaum dan shalat sunnah, serta menghafal ayat-ayat Qur’an sebanyak yang saya mampu. Saya berharap, dengan usaha itu bisa membantu meringankan penderitaan bathin saya sembari menunggu adanya biaya untuk bisa ikut terapi hypnosis.

Saya pun mulai mencoba menulis lagi.  Dimulai dengan kembali membuka akun FB dengan nama baru, dan belajar membuat blog. Ternyata, nama baru (nama pena) ini membuat saya malah merasa terbebas dari kungkungan. Perlahan-lahan, saya kembali bisa menulis walau masih cuma (saat ini)  sebatas ngisi blog. Itu sudah saya syukuri karena sebelumnya saya banyakan bengong di depan komputer.

Qur’an yang menyembuhkan
Kedekatan padaNya pun saya tingkatkan. Insa Allah selepas sholat subuh saya baca Arrahman dan Alwaqiah. Begitu juga selepas dhuha. Berharap kasih sayang Allah melingkupi bathin saya yang luka. Alhamdulillah, saat ini Alwaqiah sudah hampir 100% saya hafal, menyusul surat Arrahman sebagai target selanjutnya.

Alhamdulillah.., semenjak komitmen itu saya lakukan, dan ditambah dukungan suami dan anak-anak, perlahan-lahan kemampuan saya menahan emosi mengalami peningkatan. Saya masih gampang tersulut, tetapi tidak lagi meledak-ledak seperti semula. Hafalan ayat Qur’an sangat membantu saya merem emosi amarah untuk tidak berkelanjutan. Setiap kali amarah itu muncul, di dalam hati ini seperti muncul bacaan-bacaan ayat-ayat yang saya hafal, sehingga meredam emosi ini untuk tidak berketerusan dan meledak-ledak seperti dulu. Suami sendiri sampai heran namun bersyukur dengan perubahan ini. Begitu juga anak-anak. Mereka jauh lebih kooperatif dan bahagia serta nyaman dekat dengan bundanya.

Saya tahu, proses penyembuhan bathin ini tidak semulus seperti penyembuhan luka fisik. Ke depannya, pasti akan ada ujian-ujian dariNya lagi. Walau saya tidak tahu ujian apa lagi yang akan mendera, saya tetap bertekad akan terus menghafal ayat Qur’an sebanyak yang saya mampu.

Masalah penyembuhan dengan hypnoterapi, untuk sementara saya abaikan dulu. Saat ini ujian lain sedang mendera saya dan keluarga. Suami saya  beberapa bulan yang lalu di PHK. Dan yang membuat suami (dan juga  saya) surprise adalah, saya menyikapinya dengan lebih tenang dan sabar.  Saya juga dalam proses menanamkan di diri saya untuk memaafkan diri ini dan juga memaafkan mereka, orang-orang terdekat yang telah menorehkan luka di bathin saya.

Saya yakin.., tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya. Jalan ke depan pastilah masih panjang dan  berliku. Tetapi dengan berpegang teguh padaNya, dan terus menghafal ayat-ayatNya, saya yakin pasti bisa menghadapi ini semua dengan lebih baik. Semoga, seiring banyaknya bacaan Qur’an yang saya hafal, akan semakin membantu saya mengatasi trauma luka bathin saya ini.

Ya Rabb, Tuhanku.., bantulah aku menata hidupku kembali. Hanya dengan berpegang teguh pada aturanMu, dan menghadirkan sabar dan iklash selalu di hatiku, semoga Engkau luluskan aku dari ujianMu. Dan Engkau angkat dosa-dosaku. Kau karuniakan aku dan keturunanku, generasi yang sholih-sholihah dan tangguh, dan masukkanlah kami ke dalam barisan orang-orang yang bertaqwa. Aamiin…












Rebellina Santy

Author, Blogger, Crafter, and Gardener. Informasi pemuatan artikel, Sponsored Post, Placement, Job Review, dan Undangan Event, email ke : rebellinasanty@gmail.com. Twitter/IG: @rebellinasanty

72 komentar:

  1. A good decision, mbak. I believe you can do it. Big hug

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mbak. Tidak ada sebaik-baik penolong selain Allah. Terima kasih sudah mampir ya Mbak.

      Hapus
  2. luar biasa bunda, salut, mudah2an Allah mendengar & mengabulkan doa2 bunda. Amin2 Ya Robbal Alamin

    BalasHapus
  3. Speechless *juga*. Semoga tetap berada dalam lindunganNya selalu. Peluk erat :).

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih Mbak Jihan. pelukmu sudah meringankan bathinku. Aamiin untuk do'anya

      Hapus
  4. lika-liku kehidupan yg membuatmu makin kuat dan dekat denganNya mba *peyuuukk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dibantu do'a ya Mbak. terima kasih untuk dukungannya..

      Hapus
  5. Oh mbak Passy, tak kusangka kamu mengalami hal ini, yang kuat ya mbak, aku akan doain mbak selalu:) tetap dekat pada Yang Maha Kuasa. percayalah bahwa Ia sanggup memberikan kesembuhan yang prima. sembuh dari luka batin, ampuni masa lalu mbak, dan mulai hdp baru. Aku yakin semua akan membaik..dan berkat Tuhan akan selalu menyertai mbak:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tq Mbak Susan..salah satu senangnya punya sahabat di dunmay , walau tak bersua, bisa saling menguatkan. terima kasih untuk do'anya ya

      Hapus
  6. Big hug mbak!! You are a strong woman XOXO

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insha Allah, I'am. Semoga di luaran sana, yang tak menuliskan kisahnya tapi banyak mengalami hal serupa, juga diberi kekuatan dariNya untuk melewati semua ini dengan sabar dan iklash

      Hapus
  7. I proud of you, sis..you're strong n tough woman. Please always kept in your faith. Allah always protect all of you. Big Big hug ^_^

    BalasHapus
  8. Semoga Allah memudahkan selalu langkah Mbak.. Doaku untukmu, Mbak. Salam kenal ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin. terima kasih untuk do'anya Mbak Ofi, dan salam kenal juga

      Hapus
  9. yuukkk mbaakk, .. bangkit.

    Demi samudera cinta bagi anak2 kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insha Allah tetap kuat dan semangat. Demi anak-anak yang hebat, kan kuwariskan keteguhan dan ketangguhan sikap dalam menghadapi kehidupan. Bukan kelemahan dan keterpurukan. Bantu do'a ya..

      Hapus
  10. hebat mbak...saya salut. saya juga mengalami masa kecil yang tidak mudah meskipun yang dialami mba rebellinasanty saya rasa jauh lebih berat, tapi sedikit banyak saya tahu rasanya sulit menghilangkan trauma. mudah-mudahan Allah selalu menjaga mbak sekeluarga ya. aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Allah menguji hambaNya sesuai kemampuan. mungkin bagi Mbak ujian saya lebih berat, tetapi bagi saya bisa jadi ujian mbak lebih berat dari pada saya. Semoga Allah menjaga kita semua ya. Aamiin. terima kasih untuk do'anya

      Hapus
  11. big hug...Allahuakbar....allah adalah sebaik - baik tempat kembali mak...sampai saat ini saya juga ga pernah berani seterbuka mak Rebelilina...tapi alhamdulillah kita punya Allah ya Mak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. salah satu terapi luka bathin adalah dengan menulis. dan itu memang membantu mak, walau tetap nomor satu adalah campur tangan Allah sebagai tempat meminta segalanya. terima kasih ya mak sudah mampir..

      Hapus
  12. Tidak mudah memang bebas dari trauma masa lalu, namun Mba Santy harus tetap berjuang ya, jangan sampai menyerah. saya tahu bagaimana rasanya itu...peluk dari jauh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insha Allah tetap semangat berjuang Mbak. Terima kasih dukungannya ya. Salam kenal dan peluk dari jauh juga..

      Hapus
  13. Terimakasaih sharingnya mbak. Terharu bacanya, insyaAllah semua akan bisa dilewati mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah keyakinan yang sama juga tertanam di hati saya. Semua pasti akan bisa saya lalui sepanjang teguh berpegang padaNya. terima kassih sudah mampir ya...

      Hapus
  14. saya juga pernah terpuruk karena suatu masalah mbak dan ini saya sedang berusaha bangkit. cerita mbak jadi mengingatkan saya utk lebih dekat pada tuhan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertolongan apa pun caranya bila jauh dariNya tidak akan begitu manjur Mbak. Hanya padaNya lah tempat kita mengadu dan memohon. Semoga kuat dan tabah ya, serta mendekat kembali padaNya. bantu do'a danpeluk dari jauh...

      Hapus
  15. Assalamu'alaikuum... salam kenal mbak.. :) saya newbie dalam dunia blog.Senang bisa 'bertemu' mba...

    Sabar ya mb,, meski beda kasus saya pun mengalami hal yang kurang lebih sama kayak mba. Dan saya pun juga mengikuti program tahfidz- hafalan qur'an. Karena mmg betul seperti yang mb rasakan.. hafalan Qur'an itu menyembuhkan, menyehatkan dan menguatkan jiwa juga raga qta. Subhanallah...

    Semoga qta semua mampu menjalani hidup, ujian2 dari Nya dengan baik dan kelak khusnul khotimah. Aamiin,, Semangaatt ya mb.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikum salam. salam kenal kembali. semoga istiqamah dalam program tahfidznya ya. Qur'an itu memang as syfa, obat segala penyakit. Aamiin untuk do'anya

      Hapus
  16. Duh mbak, sedih bacanya
    Semoga selalu sabar dalam segala kondisi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin. terima kasih sudah mampir ya. kesabaran itu kalau kata suami saya tak ada batasnya. insha Allah mencoba menerapkan hal itu dalam hidup, walau suka jatuh bangun juga...

      Hapus
  17. Terima kasih sharingnya, Mbak. Subhanalloh, saya terharu dengan cara mbak menyelesaikan masalah seperti melakukan hapalan Al qur'an. Insya Allah menjadi motivasi buat saya. Semoga mbak diberi kekuatan oleh Allah swt. Amiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah bila ada sedikit hal kebaikan yang saya lakukan menjadi motivasio bagi yang lainnya. Terima kasih untuk dukungan dan do'anya Mbak..

      Hapus
  18. Don't need the hypnoterapi.... Al Quran dan as Sunnah yang syar'i adalah pegangan hidup yang nyata bagi kita...insyaa ALLAH kita berusaha menggapai keridhoan ALLAH dengan menghafal dan mengamalkannya... Insyaa ALLAH al Quran dapat menjadi mukjizat penyembuh bagi batin2 kita yang terluka... Ana sedikit dpt memahami kondisi ukhti...karena sempat pernah terjadi pada diri ana walau tidak lama dan terjadi di saat ana telah dewasa... Tadinya ana tidak berani marah sama siapa pun (kecuali adik ana, berantem biasa ala anak2 gitu hehehee...) ...namun setelah kejadian itu sempat ada perasaan tertolak dan amarah yang terpendam sehingga terkadang bisa meletup2..padahal tadinya tidak... Alhamdulillah ALLAH TA'ALA menyadarkan ana untuk mengambil hikmah positif dr kejadian tsb, krn ana mencoba mengerti bahwa kerabat yg keras tsb sebenarnya bermaksud baik, hanya caranya yg terlalu berlebihan. Alhamdulillah sekarang kerabat ana tsb juga sudah lebih tenang... Ana juga berjuang keras untuk melawan letupan tersebut agar tidak menyakiti suami dan anak2 ana... Mudah2an ALLAH mudahkan segala urusan kita, ya ukhti... Aamiinn...

    BalasHapus
    Balasan
    1. setiap peristiwa pasti ada hikmahnya ya Mbak. saya pun masih terus belajar menata diri. terima kasih untuk sharingnya, sangat melegakan. salam kenal..

      Hapus
  19. semoga ALlah melimpahi keberkahan untuk pernikahan kalian, jangan pernah menyesalinya lagi ya, itu akan berefek pada perlakuan ke anak2,...
    semoga engkau senantiasa menjadi pribadi yang bersyukur atas nikmat dan sabar dalam ujian-Nya (big hug)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. ya Mbak Vet, makanya saya banyak minta maaf ke suami, padahal dialah sahabat terbaik saya di dunia ini selain DIA. Alhamdulillah diingatkan oleh dirimu. Terima kasih untuk peduli mengingatkan dalam kebaikan.

      Hapus
  20. Mak, semoga Allah selalu melindungimu selamanya, dan mengganti semua derita dan perjuanganmu dengan kebahagiaan dan keberkahan dunia akhirat *peluk erat*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Terima kasih Mak Sary untuk do'a dan dukungannya. Semoga Allah melindungi kita semua dari kejahatan mahkluknya.

      Hapus
  21. Aku sampe berkaca-kaca membacanya mbak... turut mendoakan kebahagianmu dan kluarga dari jauh *bighug

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tiada jawaban yang sanggup saya utarakan untuk dukungan Mbak selain Aamiin Allahuma aamiin. terima kasihya Mbak...

      Hapus
  22. Saya menangis membaca tulisan ini. Tiba-tiba saya merindukan almarhum nenek yang sangat saya cintai.
    Syukur alhamdulillah Mbak tetap kuat untuk bangkit. Dukungan suami dan anak-anak memang sangat membantu. Saya juga mengalami child abuse (verbal dan fisik), dan masih terus berjalan hingga kini secara verbal, setiap hari. Saya tidak boleh menyerah karena ada anak-anak yang masih kecil dan sangat membutuhkan ibunya. Sesekali saya juga tidak bisa menahan emosi dan meluapkannya pada anak-anak. Lalu saya buru-buru istighfar dan meminta maaf. Saya tidak ingin mereka seperti saya, dibesarkan dengan penuh kemarahan.Saya kemudian belajar mengaji dan mendapatkan kekuatan dan kesadaran untuk tetap semangat melanjutkan hidup.
    Salam kenal, Mbak. Semoga Mbak Rebellina Santy dan keluarga selalu bahagia dan dilindungi Allah SWT. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. menangis itu sangat perlu mbak, untuk melepaskan beban di hati, kalautidak menjadi penyakit bagi fisik dan jiwa kita. Insha Allah, kedekatan kita padaNya akan sangat membantu kit auntuk kuat dan tegar menghadapi hidup. salam sayang untukmu dan anak-anak. kuyakin dirimu adalah ibu yang tangguh dan peyayang terhadap buah hatimu. terima kasih sudah mampir ya Mbak...

      Hapus
  23. Sesungguhnya Allah ta'ala bersama orang-orang yang sabar. Saya sampai menangis membacanya. Ditinggikan derajat kita di hadapan-NYA dengan berbagai ujian dan cobaan. Sesuai dengan janji-NYA, Dia tidak akan menguji hamba-NYA di luar kemampuan hamba itu.

    Peluk Mbak, jadikan Al-Qur'an sebagai penenang. Tetap semangat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. insha Allah, semangat tetap dijaga, karena kalau sampai terpuruk, anak-anak dan suami jadi korbannya. bantu dengan do'a ya Mbak..

      Hapus
  24. Balasan
    1. Insha Allah...Terima kasih sudah mampir. salam kenal

      Hapus
  25. Alqur'an adalah asyifa, penyembuh segala penyakit terutama penyakit hati. Mempelajari, memahami dan mengimani Alqur'an, Insya Alloh akan mampu menentramkan hati.
    Semangat mak, semoga lebih baik lagi dan istiqomah dengan jalan yang sudah dipilih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin. Istiqamah memang berat, tapi bukan tidak bisa. Qur'an memang obat paling baik sedunia. Terima kasih ya mak untuk do'a dan sharing semangatnya..

      Hapus
  26. Mbak, aku ga bisa ngebayangin gimana jadinya klo aku dirimu masa kecil :(
    Tapi mbak hebat! Punya kemauan tinggi untuk berubah! Aku dukung, Mbak! :)

    Btw, kena gempa, ga? Semoga baik2 aja, ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. setiap orang punya garis hidupnya masing-masing. kuncinya adalah penerimaan terhadap ketentuanNya pada hidup kita. Terima kasih untuk dukungannya ya. Di Medan kena gempa, tapi di Bogor, enggak ada terasa Mbak...

      Hapus
  27. mbak saya menangis membaca postingan ini, teringat juga akan masa lalu saya.. semoga tidak ada lagi child abuse yang berdampak luar biasa ini... salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga berharap para korban child abuse di luaran sana, yang menyimpan kisahnya masing-masing dalam diam, semoga diberi kekuatan, kesabaran, kelapangan, dan keteguhan hati untuk tetap menjalani hidup ini. Memang dampaknya fatal, karena ditanggung penderita seumur hidupnya. terima kasih ya Mbak, sudah mampir. dan salam kenal kembali.

      Hapus
  28. semoga selalu dalam lindungan dan ridhoNya mba...

    salam :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin. terima kasih untuk dukungan dan do'anya ya. salam kenal kembali..

      Hapus
  29. Semoga niat baik mbak untuk sembuh dari trauma segera terwujud ya mbak. Al Qur'an juga menjadi obat penyembuh ampuh yang juga menyelamatkanku dari trauma child abuse. Membuatku percaya bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita, apapun itu. Setiap nangis, pasti kulampiaskan dengan baca Al Quran. Alhamdulillah, hati tenang dan perlahan-lahan dengan cinta suami, mertua dan anak2, aku udah lebih baik sekarang *peluuuukkkk*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak. Qur'an itu asyfa yang sangat ampuh. saya merasakan efeknya yang dahsyat. untuk sembuh memang selain tekad kuat dari diri sendiri, juga dukungan keluarga sangat membantu sekali. Terima kasih sudah mampir dan membantu dengan dukungan do'a. Salam kenal mbak...

      Hapus
  30. subhanalloh Mbak, saya sangat terharu membaca postingan ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal mbak. terima kasih untuk apresiasinya..

      Hapus
  31. Balasan
    1. kok rasanya baru baca yang ini ya. maaf baru jawab nih. tetap semangat, insha Allah

      Hapus
  32. teraru, Mbak. Al-Qur'an memang penolong bagi kita, ya

    BalasHapus
  33. Mak, aku yakin dirimu akan mampu menghadapi semua ini. Yakinlah, dan hakkul yakin bahwa Allah tak hanya menguji hambaNya dengan cobaan2, namun Allah juga membekali kita SENJATA untuk menghadapi ujian itu. Hanya saja, tinggal kitanya, seberapa aware kita dalam menyadari dan memberdayakan SENJATA yang dibekaliNya itu.

    Alquran, memang sebaik-baiknya obat dan terapi bagi jiwa. Aku percaya itu, karena pernah dan bahkan sering menggunakannya dalam menyembuhkan penyakit batiniah. Satu lagi, positive thinking dan kemauan untuk mengobati diri sendiri, kemauan untuk memaafkan dan berlapang dada demi mencapai kesembuhan, adalah juga variabel penting dalam proses ini, menurut saya, Mak.

    Doaku, semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan, kesabaran dan kelapangan hati bagi dirimu, juga suami dan anak2 dalam melalui proses ini, ya, Mak. Yang sabar dan tetap semangat ya, mak sayang. #Warmest Hug and Kiss.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih Mak Alaika buat supportingnya. Semoga Allah senantiasa menjadi sumber kekuatan kita. Aamiin

      Hapus
  34. Speechless...Semoga bisa terus bangkit melupakan trauma masa lalu, menjadi wanita yg tangguh dan kuat. Doaku untukmu.Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ya Mbak untuk do'anya. Insha Allah berjuang selalu setiap harinya

      Hapus
  35. Pahit ya buah kehidupan itu. Hidup dalam kubangan amarah sangat tak nyaman. Saya ingin belajar dari kisah Mak Santy agar bisa tegar menata hidup juga. Makasih ya. :)
    Semoga tetap semangat melalui fase kehidupan. Merasa senasib.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nanti kelak ada masa di mana kita mensyukuri segala ujian yang diberikanNya, melalui rasa sakit,kecewa, dan perih. karena kemudian, Allah tidak pernah abai pada hambaNya yang sabar. dan dia beri reward yang luar biasa dari jalan yangtidak terduga. percayalah.., karena itu janjiNya

      Hapus
  36. Ini lembaran pertama yang saya baca dari blog Mbak. So touching!
    Seperti membaca kisah keponakan saya. Insya Allah bila segala kesusahan di kembalikan pd Allah, Dia akan menggantinya dengan kebahagiaan yang nampak maupun yg tersembunyi. Bersyukur, mbak di beri pendamping dan anak-anak yg shaleh...doa saya buat Mbak dan keluarga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasihuntuk doanya ya. saling mendoakan sesama muslim memang sangat dianjurkan

      Hapus

Halo...
Thanks ya uda mau mampir dan kasih komentar di blog Rebellina Santy. Komentar kamu berharga banget buat saya.

Salam
Reni Susanti