(Curhatan seorang ibu korban child abuse )
Fenomena bullying akhir-akhir ini semakin banyak mencuat. Banyak
peristiwa tragis yang diakibatkan oleh bullying. Yang tidak kuat menghadapinya,
berakhir pada kasus yang menyedihkan, bunuh diri salah satunya. Sebagian mungkin
berhasil melewatinya, namun sebagian besar lainnya, akan membawa trauma akibat
bullying itu seumur hidupnya.
Saya, salah satu diantara korban bullying sejak kecil yang
tumbuh dalam trauma yang berkepanjangan. Tepatnya korban child abuse, karena
yang saya alami bukan sekedar bullying, tetapi lebih jauh dari itu. Tak
perlulah saya ungkapkan bagaimana dan siapa pelakunya, biar saja hanya Allah,
saya, dan beberapa orang yang saya percayai saja yang mengetahui hal ini. Tak
hanya kekerasan fisik yang pernah saya peroleh, tetapi juga kekerasan psikis
yang justru membenam kuat sampai ke alam bawah sadar saya. Trauma psikis itulah
yang menghantui saya sampai kini, bahkan setelah menjadi seorang ibu dari 4
anak-anak yang luar biasa.
Di tengah-tengah kepedihan saya sebagai korban dari child
abuse, saya masih beruntung diberi Allah
orang-orang yang melindungi dan mencintai saya sepenuh hati. Kakek saya yang
luar biasa cerdas dan teman diskusi yang asyik, nenek saya yang walau cerewet
namun sangat melindungi dan menyayangi saya, Tante Ana, Om Alex dan Pakde Nuang
saya. Mereka itulah sosok yang membuat saya bisa tegar menghadapi hidup.
Pernah melakukan tindakan nekad
Jujur saja, saya pernah hampir mati sesat karena tak
tahannya dengan apa yang saya alami. Di usia 20, saya sempat melakukan tindakan
yang kalau itu sukses terjadi, saya tidak akan ada di sini untuk menuliskan
kisah ini. Saya menyilet nadi saya memakai cutter. Tidak ada niatan bunuh diri
sebenarnya, hanya saja bentuk pelampiasan kemarahan saya yang terpendam
bertahun-tahun lamanya. Akibatnya fatal
sekali, sekaligus juga menyentak kesadaran saya. Ternyata, di tengah-tengah
‘sakitnya’ bathin yang saya rasakan, masih ada orang-orang yang sangat menyayangi
saya dan bermaksud melindungi saya.
Sejak itu saya bertekad, tak akan pernah lagi tindakan sesat itu saya lakukan. Saya akan buktikan kepada yang menyakiti bathin saya bahwa saya bisa survive, dan saya akan menjadi pribadi yang jauh lebih mulia daripada apa yang pelaku child abuse lakukan terhadap saya.
Sejak itu saya bertekad, tak akan pernah lagi tindakan sesat itu saya lakukan. Saya akan buktikan kepada yang menyakiti bathin saya bahwa saya bisa survive, dan saya akan menjadi pribadi yang jauh lebih mulia daripada apa yang pelaku child abuse lakukan terhadap saya.
Kasus itu membuat saya sedikit banyak mengerti mengapa ada
orang yang melakukan bunuh diri. Dari sudut pandang saya yang pernah mengalami hal
tersebut, tindakan itu sebenarnya bukanlah benar-benar dimaksudkan untuk itu.
Tetapi karena merasa tidak ada yang peduli dan mengerti apa yang mereka alami.
Minimnya orang-orang sekeliling yang memperhatikan hal tersebut, serta tipisnya
iman, akan memudahkan terjadinya tindakan itu. Dari kacamata saya, sebenarnya
tindakan itu dimaksudkan sebagai ‘ teriakan minta tolong’, tetapi tidak ada
yang memahaminya sampai kemudian terlambat. Ini cuma pendapat saya saja.
Fase perubahan
Saya memang bisa melalui masa-masa sulit tersebut, tetapi
belum berhasil lulus dari trauma sakit masa lalu. Walau pernah sukses mengelola
usaha beromset ratusan juta rupiah perbulannya, tetapi bathin saya tetap merasa
sepi yang teramat sangat. Beruntung kemudian saya memutuskan hijrah dengan
menikah. Hijrah dalam artian sebenarnya. Hijrah tempat dan hijrah pemikiran.
Walau untuk itu saya mengorbankan usaha yang memberi penghasilan yang sangat
lebih dari cukup untuk saya saat itu.
Menikah sedikit banyak membawa perubahan pada bathin
saya. Dengan bimbingan suami yang
membawa saya lebih dekat pada Allah dibanding sebelumnya. Saya pun belajar
kembali agama saya dari mula. Bacaan Qur’an saya pun mulai saya perbagus dengan
mempelajari kembali cara membaca Alqur’an yang benar. Trauma yang saya alami,
mulai berkurang sedikit demi sedikit.
Dulu, saat awal-awal menikah, setiap malam saya terbangun
dengan menjuerit-jerit histeris. Dan suami sayalah yang berperan besar menjadi
teman yang setia mendampingi saya melewati masa-masa sulit tersebut. Sekarang
ini, mimpi buruk tengah malam itu sudah sangat amat jarang terjadi.
Alhamdulillah..
Namun, efek child abuse yang saya terima begitu membekas.
Walau mimpi-mimpi buruk itu sudah sangat berkurang, efek lainnya begitu
mempengaruhi hubungan saya dengan keluarga. Saya sukar mengontrol emosi, dan
kalau marah, bisa menjadi pribadi yang berbeda. Kalau kata suami, dalam kondisi
seperti itu, saya bukan lah bunda yang ceria, menyenangkan, hangat dan
penyayang seperti biasanya.
Tetapi saya menjelma menjadi sosok lain yang mengambil alih fisik saya, sosok yang dalam keadaan ‘rage’ sehingga mereka menarik diri untuk sementara dari saya, sampai saya pulih kembali menjadi diri saya kembali seperti semula. Bunda yang hangat, menyenangkan, dan penyayang. Itulah pengakuan suami dan anak-anak saya, betapa berbedanya sosok saya saat dalam keadaan normal dan marah.
Tetapi saya menjelma menjadi sosok lain yang mengambil alih fisik saya, sosok yang dalam keadaan ‘rage’ sehingga mereka menarik diri untuk sementara dari saya, sampai saya pulih kembali menjadi diri saya kembali seperti semula. Bunda yang hangat, menyenangkan, dan penyayang. Itulah pengakuan suami dan anak-anak saya, betapa berbedanya sosok saya saat dalam keadaan normal dan marah.
Tentu saja saya
sangat sedih dengan keadaan diri saya sendiri. Beberapa waktu dalam kehidupan
saya setelah menikah, saya banyak menyalahkan diri sendiri untuk sikap saya,
terutama saat saya marah. Saya tidak ingin melukai hati anak-anak dan suami
yang begitu menyintai saya. Saya ingin menjadi bunda bagi mereka, yang tidak
hanya menyediakan rumah yang nyaman untuk fisik mereka, tetapi juga kedamaian
bagi bathin mereka. Apa jadinya tumbuh kembang mereka bila saya memendam sakit
masa lalu seperti ini? Saya tidak akan mewariskan ‘sakit’ ini pada anak-anak
saya. Itu tekad saya.
Ujian itu datang lagi
Saya mulai mencari penyembuhan bagi diri saya. Berbagai literatur
saya baca terkait masalah ini. Begitu juga metode pengobatan apa yang sekiranya
cocok dengan saya. Salah satunya adalah dengan mencoba aktif kembali menulis. Namun
di tengah-tengah usaha saya untuk sembuh, lagi-lagi Allah menguji saya dengan
masalah lain yang melukai bathin saya lebih dalam lagi.
Saya kembali menjadi peribadi yang terpuruk. Selama beberapa
bulan saya kembali menjadi si pemarah yang sensitif. Anak-anak pun menjadi
korbannya, apalagi suami. Memang, tudingan si kerabat terhadap saya cuma salah
satu dari beberapa sikapnya yang selama ini menyakiti hati saya. Tetapi, puncak
kemarahan saya adalah tudingannya yang bagi saya adalah fitnah. Apa yang
kerabat tersebut lakukan seperti mengulang kembali apa yang pernah saya terima
ketika kecil dulu, dan membuka luka lama dari orang terdekat yang pernah
melakukan child abuse ke saya. Hal itu sangat menyakiti bathin saya sehingga membuat saya
seperti mahkluk yang tidak berharga di mata kerabat tersebut.
Saya menarik diri dari pergaulan. Bahkan saya sempat
menyesali pernikahan saya, karena saya beranggapan, menikah dengan suami seperti
masuk kembali ke dalam mulut buaya
selepas dari mulut harimau. Karena saya merasa tidak diterima di lingkungan pernikahan saya ini,
sementara di lingkungan keluarga saya, semenjak wafatnya nenek, kakek, dan
Pakde Nuang, saya memilih menjauh.
Imbas lainnya adalah masalah kedekatan saya denganNYa. Ada
beberapa waktu saya cuma sholat sekedarnya hanya untuk menggugurkan kewajiban,
sementara di sudut hati saya yang lain saya malah tidak terima dengan ujian
yang diberikanNya.
Mencoba bangkit kembali
Saya menyadari, apa yang saya rasakan dan lakukan (kemarahan
saya), sudah tidak benar. Saya merasa tersiksa karenanya. Suami pun sangat
sedih, apalagi anak-anak. Mereka seperti tertekan saat berdekatan dengan saya,.
Mereka jadi serba takut, karena khawatir itu akan membuat kemarahan saya
meledak. Melihat ini semua bathin saya lebih hancur lagi. Antara rasa tak
berdaya, marah, terluka, dendam, semua campur aduk di hati, sampai saya kerap
drop secara fisik. Alhamdulillah,
sesulit apapun, suami dan anak-anak tak pernah meninggalkan saya. Mereka mendukung
saya dan tetap memberi cintanya pada saya walau saya dalam kedaan depressi
seperti itu.
Di suatu maghrib, selepas sholat berjamaah, saya memeluk
suami saya dan meminta maafnya. Lalu saya katakan pada suami, “Ayah…, Bunda
ingin sembuh. Bantulah Bunda, Ayah..”
Suami saya sambil memeluk saya, ikut bergulir airmatanya. Tetesan
air matanya jatuh mengenai punggung tangan saya. “Apa yang bisa Ayah lakukan
untuk Bunda? Ayah pasti akan bantu
sebisanya..”
Saya katakan ingin ikut terapi hypnosis. Saya benar-benar
ingin terbebas dari perasaan marah dan dendam ini. Saya sadari betul bahwa apa
yang saya rasakan ini juga bentuk manifestasi perasaaan sakit yang terpendam
bertahun-tahun lamanya. Tetapi untuk
ikut terapi hypnosis, biayanya tidak murah. Ayah berjanji akan mengusahakan biayanya,
salah satunya adalah dengan menjual kamera DSLRnya.
Lalu, saya memanggil putri-putri saya. Masing-masing berusia
9 tahun dan 5 tahun. Dari 4 anak saya, mereka berdualah yang kami anggap sudah
bisa diajak untuk mengerti kondisi orang tuanya, karena anak saya yang kedua, adalah
penyandang autis dan yang bungsu baru berusia 2,5 tahun.
Dengan bahasa yang
sederhana, saya minta dukungan anak-anak agar Bundanya bisa kembali ceria. Saya
minta agar mereka membaguskan sholatnya dan mendo’akan Bundanya lebih khusuk,
mengurangi potensi membuat keributan (karena telinga saya sangat sensitif
terhadap suara keras) yang memancing kemarahan, serta belajar mandiri.
Pada diri suami, saya minta agar dia lebih khusus mendo’akan
kesembuhan untuk saya. Dan pada diri saya sendiri, saya bertekad untuk menjadi
hambaNya yang lebih baik, tidak menunda-nunda waktu sholat, merajinkan diri
untuk shaum dan shalat sunnah, serta menghafal ayat-ayat Qur’an sebanyak yang
saya mampu. Saya berharap, dengan usaha itu bisa membantu meringankan
penderitaan bathin saya sembari menunggu adanya biaya untuk bisa ikut terapi
hypnosis.
Saya pun mulai mencoba menulis lagi. Dimulai dengan kembali membuka akun FB dengan
nama baru, dan belajar membuat blog. Ternyata, nama baru (nama pena) ini
membuat saya malah merasa terbebas dari kungkungan. Perlahan-lahan, saya
kembali bisa menulis walau masih cuma (saat ini) sebatas ngisi blog. Itu sudah saya syukuri
karena sebelumnya saya banyakan bengong di depan komputer.
Qur’an yang menyembuhkan
Kedekatan padaNya pun saya tingkatkan. Insa Allah selepas
sholat subuh saya baca Arrahman dan Alwaqiah. Begitu juga selepas dhuha. Berharap
kasih sayang Allah melingkupi bathin saya yang luka. Alhamdulillah, saat ini
Alwaqiah sudah hampir 100% saya hafal, menyusul surat Arrahman sebagai target
selanjutnya.
Alhamdulillah.., semenjak komitmen itu saya lakukan, dan ditambah
dukungan suami dan anak-anak, perlahan-lahan kemampuan saya menahan emosi
mengalami peningkatan. Saya masih gampang tersulut, tetapi tidak lagi
meledak-ledak seperti semula. Hafalan ayat Qur’an sangat membantu saya merem
emosi amarah untuk tidak berkelanjutan. Setiap kali amarah itu muncul, di dalam
hati ini seperti muncul bacaan-bacaan ayat-ayat yang saya hafal, sehingga
meredam emosi ini untuk tidak berketerusan dan meledak-ledak seperti dulu. Suami
sendiri sampai heran namun bersyukur dengan perubahan ini. Begitu juga
anak-anak. Mereka jauh lebih kooperatif dan bahagia serta nyaman dekat dengan
bundanya.
Saya tahu, proses penyembuhan bathin ini tidak semulus
seperti penyembuhan luka fisik. Ke depannya, pasti akan ada ujian-ujian dariNya
lagi. Walau saya tidak tahu ujian apa lagi yang akan mendera, saya tetap
bertekad akan terus menghafal ayat Qur’an sebanyak yang saya mampu.
Masalah penyembuhan dengan hypnoterapi, untuk sementara saya
abaikan dulu. Saat ini ujian lain sedang mendera saya dan keluarga. Suami saya beberapa bulan yang lalu di PHK. Dan yang
membuat suami (dan juga saya) surprise
adalah, saya menyikapinya dengan lebih tenang dan sabar. Saya juga dalam proses menanamkan di diri saya
untuk memaafkan diri ini dan juga memaafkan mereka, orang-orang terdekat yang
telah menorehkan luka di bathin saya.
Saya yakin.., tidak ada masalah yang tidak ada jalan
keluarnya. Jalan ke depan pastilah masih panjang dan berliku. Tetapi dengan berpegang teguh
padaNya, dan terus menghafal ayat-ayatNya, saya yakin pasti bisa menghadapi ini
semua dengan lebih baik. Semoga, seiring banyaknya bacaan Qur’an yang saya
hafal, akan semakin membantu saya mengatasi trauma luka bathin saya ini.
Ya Rabb, Tuhanku.., bantulah aku menata hidupku kembali.
Hanya dengan berpegang teguh pada aturanMu, dan menghadirkan sabar dan iklash
selalu di hatiku, semoga Engkau luluskan aku dari ujianMu. Dan Engkau angkat dosa-dosaku.
Kau karuniakan aku dan keturunanku, generasi yang sholih-sholihah dan tangguh,
dan masukkanlah kami ke dalam barisan orang-orang yang bertaqwa. Aamiin…
A good decision, mbak. I believe you can do it. Big hug
BalasHapusTerima kasih Mbak. Tidak ada sebaik-baik penolong selain Allah. Terima kasih sudah mampir ya Mbak.
Hapusluar biasa bunda, salut, mudah2an Allah mendengar & mengabulkan doa2 bunda. Amin2 Ya Robbal Alamin
BalasHapusaamin. makasih dukungannya
HapusSpeechless *juga*. Semoga tetap berada dalam lindunganNya selalu. Peluk erat :).
BalasHapusterima kasih Mbak Jihan. pelukmu sudah meringankan bathinku. Aamiin untuk do'anya
Hapuslika-liku kehidupan yg membuatmu makin kuat dan dekat denganNya mba *peyuuukk
BalasHapusDibantu do'a ya Mbak. terima kasih untuk dukungannya..
HapusOh mbak Passy, tak kusangka kamu mengalami hal ini, yang kuat ya mbak, aku akan doain mbak selalu:) tetap dekat pada Yang Maha Kuasa. percayalah bahwa Ia sanggup memberikan kesembuhan yang prima. sembuh dari luka batin, ampuni masa lalu mbak, dan mulai hdp baru. Aku yakin semua akan membaik..dan berkat Tuhan akan selalu menyertai mbak:)
BalasHapusTq Mbak Susan..salah satu senangnya punya sahabat di dunmay , walau tak bersua, bisa saling menguatkan. terima kasih untuk do'anya ya
HapusBig hug mbak!! You are a strong woman XOXO
BalasHapusInsha Allah, I'am. Semoga di luaran sana, yang tak menuliskan kisahnya tapi banyak mengalami hal serupa, juga diberi kekuatan dariNya untuk melewati semua ini dengan sabar dan iklash
HapusI proud of you, sis..you're strong n tough woman. Please always kept in your faith. Allah always protect all of you. Big Big hug ^_^
BalasHapusthanks alot Mbak Christanty...
HapusSemoga Allah memudahkan selalu langkah Mbak.. Doaku untukmu, Mbak. Salam kenal ^_^
BalasHapusaamiin. terima kasih untuk do'anya Mbak Ofi, dan salam kenal juga
Hapusyuukkk mbaakk, .. bangkit.
BalasHapusDemi samudera cinta bagi anak2 kita.
Insha Allah tetap kuat dan semangat. Demi anak-anak yang hebat, kan kuwariskan keteguhan dan ketangguhan sikap dalam menghadapi kehidupan. Bukan kelemahan dan keterpurukan. Bantu do'a ya..
Hapushebat mbak...saya salut. saya juga mengalami masa kecil yang tidak mudah meskipun yang dialami mba rebellinasanty saya rasa jauh lebih berat, tapi sedikit banyak saya tahu rasanya sulit menghilangkan trauma. mudah-mudahan Allah selalu menjaga mbak sekeluarga ya. aamiin..
BalasHapusAllah menguji hambaNya sesuai kemampuan. mungkin bagi Mbak ujian saya lebih berat, tetapi bagi saya bisa jadi ujian mbak lebih berat dari pada saya. Semoga Allah menjaga kita semua ya. Aamiin. terima kasih untuk do'anya
Hapusbig hug...Allahuakbar....allah adalah sebaik - baik tempat kembali mak...sampai saat ini saya juga ga pernah berani seterbuka mak Rebelilina...tapi alhamdulillah kita punya Allah ya Mak..
BalasHapussalah satu terapi luka bathin adalah dengan menulis. dan itu memang membantu mak, walau tetap nomor satu adalah campur tangan Allah sebagai tempat meminta segalanya. terima kasih ya mak sudah mampir..
HapusTidak mudah memang bebas dari trauma masa lalu, namun Mba Santy harus tetap berjuang ya, jangan sampai menyerah. saya tahu bagaimana rasanya itu...peluk dari jauh..
BalasHapusInsha Allah tetap semangat berjuang Mbak. Terima kasih dukungannya ya. Salam kenal dan peluk dari jauh juga..
HapusTerimakasaih sharingnya mbak. Terharu bacanya, insyaAllah semua akan bisa dilewati mbak.
BalasHapusInsya Allah keyakinan yang sama juga tertanam di hati saya. Semua pasti akan bisa saya lalui sepanjang teguh berpegang padaNya. terima kassih sudah mampir ya...
Hapussaya juga pernah terpuruk karena suatu masalah mbak dan ini saya sedang berusaha bangkit. cerita mbak jadi mengingatkan saya utk lebih dekat pada tuhan
BalasHapusPertolongan apa pun caranya bila jauh dariNya tidak akan begitu manjur Mbak. Hanya padaNya lah tempat kita mengadu dan memohon. Semoga kuat dan tabah ya, serta mendekat kembali padaNya. bantu do'a danpeluk dari jauh...
HapusAssalamu'alaikuum... salam kenal mbak.. :) saya newbie dalam dunia blog.Senang bisa 'bertemu' mba...
BalasHapusSabar ya mb,, meski beda kasus saya pun mengalami hal yang kurang lebih sama kayak mba. Dan saya pun juga mengikuti program tahfidz- hafalan qur'an. Karena mmg betul seperti yang mb rasakan.. hafalan Qur'an itu menyembuhkan, menyehatkan dan menguatkan jiwa juga raga qta. Subhanallah...
Semoga qta semua mampu menjalani hidup, ujian2 dari Nya dengan baik dan kelak khusnul khotimah. Aamiin,, Semangaatt ya mb.. :)
waalaikum salam. salam kenal kembali. semoga istiqamah dalam program tahfidznya ya. Qur'an itu memang as syfa, obat segala penyakit. Aamiin untuk do'anya
HapusDuh mbak, sedih bacanya
BalasHapusSemoga selalu sabar dalam segala kondisi :)
aamiin. terima kasih sudah mampir ya. kesabaran itu kalau kata suami saya tak ada batasnya. insha Allah mencoba menerapkan hal itu dalam hidup, walau suka jatuh bangun juga...
HapusTerima kasih sharingnya, Mbak. Subhanalloh, saya terharu dengan cara mbak menyelesaikan masalah seperti melakukan hapalan Al qur'an. Insya Allah menjadi motivasi buat saya. Semoga mbak diberi kekuatan oleh Allah swt. Amiin...
BalasHapusalhamdulillah bila ada sedikit hal kebaikan yang saya lakukan menjadi motivasio bagi yang lainnya. Terima kasih untuk dukungan dan do'anya Mbak..
HapusDon't need the hypnoterapi.... Al Quran dan as Sunnah yang syar'i adalah pegangan hidup yang nyata bagi kita...insyaa ALLAH kita berusaha menggapai keridhoan ALLAH dengan menghafal dan mengamalkannya... Insyaa ALLAH al Quran dapat menjadi mukjizat penyembuh bagi batin2 kita yang terluka... Ana sedikit dpt memahami kondisi ukhti...karena sempat pernah terjadi pada diri ana walau tidak lama dan terjadi di saat ana telah dewasa... Tadinya ana tidak berani marah sama siapa pun (kecuali adik ana, berantem biasa ala anak2 gitu hehehee...) ...namun setelah kejadian itu sempat ada perasaan tertolak dan amarah yang terpendam sehingga terkadang bisa meletup2..padahal tadinya tidak... Alhamdulillah ALLAH TA'ALA menyadarkan ana untuk mengambil hikmah positif dr kejadian tsb, krn ana mencoba mengerti bahwa kerabat yg keras tsb sebenarnya bermaksud baik, hanya caranya yg terlalu berlebihan. Alhamdulillah sekarang kerabat ana tsb juga sudah lebih tenang... Ana juga berjuang keras untuk melawan letupan tersebut agar tidak menyakiti suami dan anak2 ana... Mudah2an ALLAH mudahkan segala urusan kita, ya ukhti... Aamiinn...
BalasHapussetiap peristiwa pasti ada hikmahnya ya Mbak. saya pun masih terus belajar menata diri. terima kasih untuk sharingnya, sangat melegakan. salam kenal..
Hapussemoga ALlah melimpahi keberkahan untuk pernikahan kalian, jangan pernah menyesalinya lagi ya, itu akan berefek pada perlakuan ke anak2,...
BalasHapussemoga engkau senantiasa menjadi pribadi yang bersyukur atas nikmat dan sabar dalam ujian-Nya (big hug)
Aamiin. ya Mbak Vet, makanya saya banyak minta maaf ke suami, padahal dialah sahabat terbaik saya di dunia ini selain DIA. Alhamdulillah diingatkan oleh dirimu. Terima kasih untuk peduli mengingatkan dalam kebaikan.
HapusMak, semoga Allah selalu melindungimu selamanya, dan mengganti semua derita dan perjuanganmu dengan kebahagiaan dan keberkahan dunia akhirat *peluk erat*
BalasHapusAamiin. Terima kasih Mak Sary untuk do'a dan dukungannya. Semoga Allah melindungi kita semua dari kejahatan mahkluknya.
HapusAku sampe berkaca-kaca membacanya mbak... turut mendoakan kebahagianmu dan kluarga dari jauh *bighug
BalasHapusTiada jawaban yang sanggup saya utarakan untuk dukungan Mbak selain Aamiin Allahuma aamiin. terima kasihya Mbak...
HapusSaya menangis membaca tulisan ini. Tiba-tiba saya merindukan almarhum nenek yang sangat saya cintai.
BalasHapusSyukur alhamdulillah Mbak tetap kuat untuk bangkit. Dukungan suami dan anak-anak memang sangat membantu. Saya juga mengalami child abuse (verbal dan fisik), dan masih terus berjalan hingga kini secara verbal, setiap hari. Saya tidak boleh menyerah karena ada anak-anak yang masih kecil dan sangat membutuhkan ibunya. Sesekali saya juga tidak bisa menahan emosi dan meluapkannya pada anak-anak. Lalu saya buru-buru istighfar dan meminta maaf. Saya tidak ingin mereka seperti saya, dibesarkan dengan penuh kemarahan.Saya kemudian belajar mengaji dan mendapatkan kekuatan dan kesadaran untuk tetap semangat melanjutkan hidup.
Salam kenal, Mbak. Semoga Mbak Rebellina Santy dan keluarga selalu bahagia dan dilindungi Allah SWT. Aamiin
menangis itu sangat perlu mbak, untuk melepaskan beban di hati, kalautidak menjadi penyakit bagi fisik dan jiwa kita. Insha Allah, kedekatan kita padaNya akan sangat membantu kit auntuk kuat dan tegar menghadapi hidup. salam sayang untukmu dan anak-anak. kuyakin dirimu adalah ibu yang tangguh dan peyayang terhadap buah hatimu. terima kasih sudah mampir ya Mbak...
HapusSesungguhnya Allah ta'ala bersama orang-orang yang sabar. Saya sampai menangis membacanya. Ditinggikan derajat kita di hadapan-NYA dengan berbagai ujian dan cobaan. Sesuai dengan janji-NYA, Dia tidak akan menguji hamba-NYA di luar kemampuan hamba itu.
BalasHapusPeluk Mbak, jadikan Al-Qur'an sebagai penenang. Tetap semangat.
insha Allah, semangat tetap dijaga, karena kalau sampai terpuruk, anak-anak dan suami jadi korbannya. bantu dengan do'a ya Mbak..
Hapussemangat :)
BalasHapusInsha Allah...Terima kasih sudah mampir. salam kenal
HapusAlqur'an adalah asyifa, penyembuh segala penyakit terutama penyakit hati. Mempelajari, memahami dan mengimani Alqur'an, Insya Alloh akan mampu menentramkan hati.
BalasHapusSemangat mak, semoga lebih baik lagi dan istiqomah dengan jalan yang sudah dipilih.
Amiin. Istiqamah memang berat, tapi bukan tidak bisa. Qur'an memang obat paling baik sedunia. Terima kasih ya mak untuk do'a dan sharing semangatnya..
HapusMbak, aku ga bisa ngebayangin gimana jadinya klo aku dirimu masa kecil :(
BalasHapusTapi mbak hebat! Punya kemauan tinggi untuk berubah! Aku dukung, Mbak! :)
Btw, kena gempa, ga? Semoga baik2 aja, ya...
setiap orang punya garis hidupnya masing-masing. kuncinya adalah penerimaan terhadap ketentuanNya pada hidup kita. Terima kasih untuk dukungannya ya. Di Medan kena gempa, tapi di Bogor, enggak ada terasa Mbak...
Hapusmbak saya menangis membaca postingan ini, teringat juga akan masa lalu saya.. semoga tidak ada lagi child abuse yang berdampak luar biasa ini... salam kenal
BalasHapussaya juga berharap para korban child abuse di luaran sana, yang menyimpan kisahnya masing-masing dalam diam, semoga diberi kekuatan, kesabaran, kelapangan, dan keteguhan hati untuk tetap menjalani hidup ini. Memang dampaknya fatal, karena ditanggung penderita seumur hidupnya. terima kasih ya Mbak, sudah mampir. dan salam kenal kembali.
Hapussemoga selalu dalam lindungan dan ridhoNya mba...
BalasHapussalam :)
aamiin. terima kasih untuk dukungan dan do'anya ya. salam kenal kembali..
HapusSemoga niat baik mbak untuk sembuh dari trauma segera terwujud ya mbak. Al Qur'an juga menjadi obat penyembuh ampuh yang juga menyelamatkanku dari trauma child abuse. Membuatku percaya bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita, apapun itu. Setiap nangis, pasti kulampiaskan dengan baca Al Quran. Alhamdulillah, hati tenang dan perlahan-lahan dengan cinta suami, mertua dan anak2, aku udah lebih baik sekarang *peluuuukkkk*
BalasHapusIya Mbak. Qur'an itu asyfa yang sangat ampuh. saya merasakan efeknya yang dahsyat. untuk sembuh memang selain tekad kuat dari diri sendiri, juga dukungan keluarga sangat membantu sekali. Terima kasih sudah mampir dan membantu dengan dukungan do'a. Salam kenal mbak...
Hapussubhanalloh Mbak, saya sangat terharu membaca postingan ini...
BalasHapussalam kenal mbak. terima kasih untuk apresiasinya..
HapusSemangat terus Emak.. :'(
BalasHapuskok rasanya baru baca yang ini ya. maaf baru jawab nih. tetap semangat, insha Allah
Hapusteraru, Mbak. Al-Qur'an memang penolong bagi kita, ya
BalasHapusiya Mbak. Terima kasih sudah mampir :)
HapusMak, aku yakin dirimu akan mampu menghadapi semua ini. Yakinlah, dan hakkul yakin bahwa Allah tak hanya menguji hambaNya dengan cobaan2, namun Allah juga membekali kita SENJATA untuk menghadapi ujian itu. Hanya saja, tinggal kitanya, seberapa aware kita dalam menyadari dan memberdayakan SENJATA yang dibekaliNya itu.
BalasHapusAlquran, memang sebaik-baiknya obat dan terapi bagi jiwa. Aku percaya itu, karena pernah dan bahkan sering menggunakannya dalam menyembuhkan penyakit batiniah. Satu lagi, positive thinking dan kemauan untuk mengobati diri sendiri, kemauan untuk memaafkan dan berlapang dada demi mencapai kesembuhan, adalah juga variabel penting dalam proses ini, menurut saya, Mak.
Doaku, semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan, kesabaran dan kelapangan hati bagi dirimu, juga suami dan anak2 dalam melalui proses ini, ya, Mak. Yang sabar dan tetap semangat ya, mak sayang. #Warmest Hug and Kiss.
makasih Mak Alaika buat supportingnya. Semoga Allah senantiasa menjadi sumber kekuatan kita. Aamiin
HapusSpeechless...Semoga bisa terus bangkit melupakan trauma masa lalu, menjadi wanita yg tangguh dan kuat. Doaku untukmu.Aamiin
BalasHapusTerima kasih ya Mbak untuk do'anya. Insha Allah berjuang selalu setiap harinya
HapusPahit ya buah kehidupan itu. Hidup dalam kubangan amarah sangat tak nyaman. Saya ingin belajar dari kisah Mak Santy agar bisa tegar menata hidup juga. Makasih ya. :)
BalasHapusSemoga tetap semangat melalui fase kehidupan. Merasa senasib.
nanti kelak ada masa di mana kita mensyukuri segala ujian yang diberikanNya, melalui rasa sakit,kecewa, dan perih. karena kemudian, Allah tidak pernah abai pada hambaNya yang sabar. dan dia beri reward yang luar biasa dari jalan yangtidak terduga. percayalah.., karena itu janjiNya
HapusIni lembaran pertama yang saya baca dari blog Mbak. So touching!
BalasHapusSeperti membaca kisah keponakan saya. Insya Allah bila segala kesusahan di kembalikan pd Allah, Dia akan menggantinya dengan kebahagiaan yang nampak maupun yg tersembunyi. Bersyukur, mbak di beri pendamping dan anak-anak yg shaleh...doa saya buat Mbak dan keluarga...
terima kasihuntuk doanya ya. saling mendoakan sesama muslim memang sangat dianjurkan
Hapus