Olala.., Pengalaman Memalukan Saat Salah Masuk Toko

Terpaksa potonya ini dulu. Soalnya, poto saya saat ke sini, masih tanpa hijab :)
 Pernah memiliki pengalaman memalukan yang tak terlupakan dalam hidup? Duh.., saya banyak. Salah satunya yang pernah terjadi belasan tahun silam saat ikut travelling tour ke Singapura bersama rekan-rekan usaha. 
Di Singapura saya bersama rombongan berjumlah 5 orang menginap di Hotel Phoenix   yang terletak di kawasan Orchard Road. Saat  masuk kamar hotel, yang yang saya cari pertama kali adalah letak kiblat. Ini penting buat saya, agar tidak lalai dalam kewajiban utama itu.

Saya telusuri keseluruhan kamar hotel, mencari tanda-tanda penunjuk letak kiblat. Tapi tidak ketemu juga.. Sempat berprasangka, wah jangan-jangan negara ini memang tidak ramah terhadap turis muslim. Saat duduk di kursi karena lelah, tanpa sengaja tangan saya menarik laci meja, dan ternyata…Penunjuk  arah letak kiblat itu ternyata ada di laci meja tersebut. Berupa gambar anak  panah dan tulisan Kiblat di bawahnya. Lengkap juga dengan sebuah Alqur’an di dalamnya. Lega deh.

Sarapan pagi pun hampir bermasalah. Saat memilih hidangan, saya hampir saja mengambil daging yang ternyata adalah daging babi. Saya memang belum paham saat itu kalau bacon itu adalah nama lain dari daging babi. maklum, udik :) Untung teman sekamar saya, sekaligus ketua rombongan memberitahu kalau daging itu tidak halal buat saya. Beliau sendiri bukan muslim.  Saya justru tahunya ketika saya ajak sholat berjamaah, dia menolak  dan bilang kalau dia nasrani. Duh…, telat banget saya tahunya. Padahal saya sering ngobrol dengan teman ini, karena beliau adalah perwakilan dari perusahaan tempat saya bekerja sama.
Oh ya, balik ke cerita sarapan pagi tersebut, karena khawatir dengan kehalalan makanannya---berhubung tidak ada label halal yang jelas, saya akhirnya memilih roti. Padahal roti pun bisa jadi mengandung komponen yang tidak halal ya dalam pembuatannya. Tapi apa mau dikata. Saat itu kesadaran dan informasi mengenai makanan halal di negri orang, masih sulit ditemui. Akhirnya, segelas kopi dan roti, cukuplah sebagai sarapan pagi saya selama di hotel tersebut.

Yang namanya ikut tour, tentu saja jadwal sudah diatur ketat. Namun  tetap saja ada waktu-waktu bebas untuk kita, anggota rombongan tour ini untuk mengeksplorasi sendiri tempat-tempat yang ingin kita kunjungi. Namun  jamnya dibatasi, sehingga kita pun memilih untuk window shopping sepanjang Orchard Road. Selain dekat dengan hotel, bukankah kawasan ini merupakan surganya untuk berbelanja?
Beberapa teman sudah merencanakan untuk membeli kamera DSLR. Menurut info yang mereka survey, harga kamera DSLR saat itu, jauh lebih murah di Singapura ketimbang beli di Jakarta. Saya sendiri enggak minat membeli barang-barang elektronik. saya lebih tertarik mencari benda-benda unik buat oleh-oleh  untuk keluarga dan teman. Namun karena diantara anggota rombongan cuma saya dan ketua rombongan saja yang bisa sedikit berbahasa Inggris, jadilah saya yang dirayu teman-teman untuk menemani mereka berbelanja barang elektronik.
“Selain bisa Nginglis, tampang kamu  mirip warga asli Singapura sini, Ren. Jadi mereka pasti khawatir kalau mau tipu-tipu kita,” kata Mbak Jane, salah seorang anggota rombongan. Mata sipit saya dianggap bisa membantu memperoleh barang incarannya dengan harga yang miring.
Ya sudahlah, saya pun rela membantu mereka ngubek-ngubek jejeran toko elektronik, mencari kamera, tawar sana tawar sini dengan saya penerjemahnya.Akhirnya, benda yang diinginkan teman tersebut  bisa diperoleh juga dengan harga yang tidak jauh dari yang diperkirakan semula.
Sekarang, giliran saya yang ingin mengeksplorasi lebih jauh seputaran kawasan Orchard Road ini. Lha, dilalanya, teman-teman yang saya bantuin nawarin barang kelelahan. Curang nggak? Grrrhhh.., geramnya sampai di sini #tunjuk dada J. Mereka memilih duduk ngaso di bangku-bangku taman di dekat pertokoan, dan membiarkan saya cuci mata sendirian.
Akhirnya, saya pilih jalan kaki cuci mata sendirian. Masuk toko keluar toko hanya sekedar ingin melihat-lihat.  Barangkali ada barang-barang unik yang nyantol di hati buat dibeli. Saya  memang bukan tipe ‘kalap’ kalau melihat barang-barang di toko, walau dengan label “Sale’ sekalipun di depannya.  Saya lebih suka memilih barang-barang unik yang tidak ada di jual di tempat asal saya. Kalau sekedar baju, sepatu, tas, saya sih mikirnya semua itu bisa dibeli di negara sendiri. Jadi untungnya, jalan-jalan kemanapun, enggak bakalan kantong jebol untuk hal fashion, hehehe.
Satu demi satu toko-toko di sepanjang kawasan Orchard Road saya samperi. Ternyata isinya hampir sama semua. Kalau tidak barang elektronik, ya aneka produk fashion. Sampai kemudian mata saya tertarik pada sebuah toko yang tidak biasa.
Toko ini letaknya agak turun ke bawah dari jalan, alias agak-agak masuk ke bawah tanah gitu.  Jadi bila toko lainnya terletak di pinggir jalan, yang satu ini untuk masuk ke dalamnya, kita harus menuruni tangga menuju ke bawah tanah.  Rasa penasaran menuntun saya ke sana.
Penjaganya cuma ada seorang pria muda. Duduk di depan etalase yang berisikan barang-barang ‘aneh’. 
Sumpah! Saya baru sekali itu melihat barang-barang  dengan bentuk yang unik-unik seperti itu.  Pria itu memandangi saya dengan tatapan yang sukar saya deskripsikan. Antara pandangan mata penuh penasaran, ingin tahu, dan heran. Mungkin itulah sedikit yang bisa saya tangkap dari tatapan mata si pemuda saat melihat saya memasuki tokonya.
Saya celingak celinguk memperhatikan isi etalase. Benda-benda di dalamnya benar-benar unik. Ada sebentuk cincin dari besi, namun sekelilingnya penuh dengan bulu-bulu. Dalam hati mikir, benda apan sih ini? Bentuknya aneh. Apa fungsinya ya?
Di dinding, dipajang juga cambuk kecil, mirip seperti cambuk yang dipakai kusir delman di tempat saya. Hanya saja lebih pendek dan kecil. Lalu, beragam tali dan ah.., aneh-aneh lah pokoknya. Sempat saya kira ini toko untuk pecinta hewan kuda. Namun pemikiran saya berubah saat mata saya melirik ke pojokan toko.
Di sana ,  dalam lemari kaca, ada boneka perempuan. Tampilannya persis seukuran wanita dewasa. Cantik banget. Ini toko benar-benar aneh, pikir saya. Bukan toko boneka, tapi jual boneka.Bukan pula toko buat pecinta kuda atau yang hobi berkuda.
Otak saya masih belum sadar mengenai toko ini sampai mata saya tertuju ke salam satu benda yang dipajang di dinding. Bentuknya seperti tongkat. Semakin saya perhatikan bentuknya, semakin saya sadar, benda ini merupakan replika dari (maaf) alat kelamin pria. Dan..Jreng! Seketika otak saya seperti terbuka, mengolah data penglihatan saya dan menyimpulkan hasilnya.
Bergegas saya ke luar toko dengan perasaan malu yang teramat sangat. Muka saya sampai terasa panas rasanya. . Dan perasaan panas itu seperti bertambah saat saya melihat ke papan nama toko tersebut. S**  Toy Shop!  Ya Ampuuunn, berarti yang saya lihat dan sebut dengan benda-benda unik itu adalah…
Saya buru-buru meninggalkan tempat itu dengan setengah berlari. Seumur-umur baru kali itu saya lihat benda-benda ‘aneh’ itu. Saat saya menemui teman-teman yang menunggu saya, mereka bilang wajah saya seperti kepiting rebus. Saat saya ceritakan apa yang saya lihat dan alami,  mereka tertawa terbahak-bahak. “Itu tandanya, kamu harus segera menikah, Ren,” kata Mbak Astri. Saat itu, saya sendiri anggota rombongan yang belum menikah. Dan itu adalah pengalaman pertama ke luar negeri, sekaligus pengalaman pertama dan terakhir masuk ke S** Toy Shop.
Enggak deh kalau terulang lagi. Amit-amit!!! 


Rebellina Santy

Author, Blogger, Crafter, and Gardener. Informasi pemuatan artikel, Sponsored Post, Placement, Job Review, dan Undangan Event, email ke : rebellinasanty@gmail.com. Twitter/IG: @rebellinasanty

8 komentar:

  1. kebayang mbaa... aku tahu toko itu. liat dr luar aja udh horor, apalagi masuk hii

    BalasHapus
    Balasan
    1. teledornya aku, enggak lihat-lihat dulu, langsung main masuk toko.

      Hapus
  2. hahaha pengalaman banget mbaaak, duh aku gak kebayang kalo aku sampe masuk situ *tutup mata*

    salam
    nia

    BalasHapus
  3. Ngakak deh, karena pernah ngalamin hal yang sama, persis di tempat yang sama :( :DDD

    Salam,
    Gianta

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi, kayak kepiting rebus juga enggak mukanya :)

      Hapus
  4. hahaha.... lucu nih :P
    Ngebayangin muka penjaga toko yang cengok gituuuu. Bingung liat perempuan berjilbab masuk ke Sex shops :P

    Anw, bener tuuuh temennya curang nggak mau nemenin. hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. saat itu saya mah belum berjilbab, tetapi tetep aja kelihatan muka polosnya, hahahaha

      Hapus

Halo...
Thanks ya uda mau mampir dan kasih komentar di blog Rebellina Santy. Komentar kamu berharga banget buat saya.

Salam
Reni Susanti