Ini adalah sebuah acara Kompetisi Blogger ShopCoupons X MatahariMall. Yang diselenggarakan oleh ShopCoupons. voucher mataharimall dan hadiah disponsori oleh MatahariMall.

Bila di dompet hanya tersisa uang logam recehan dan lembaran seribuan rupiah, sedangkan nilai angka di rekening bank cuma menunjukkan saldo minimum sekedar untuk membayar administrasi bank saja, berarti itu pertanda kalender di rumah sudah menunjukkan tanggal tua!
Namun nyatanya, hampir setiap hari hal itu saya alami, berarti setiap hari-hari saya adalah tanggal tua dong...
Setiap kali penanggalan di kalender sudah menunjukkan ke arah tanggal 25-an ke atas, mulai deh hati saya kebat -kebit. Kira-kira nanti di awal bulan, saya dapet bonus komisi berapa ya? Cukup enggak untuk menanggulangi kebutuhan sebulan ke depannya?. Padahal deretan tagihan sudah menanti di depan mata. Mulai dari bayar gaji karyawan, bayar segala tagihan ; listrik, air, telepon dan internet, cicilan mobil, motor, rumah, dan tentu saja tidak ketinggalan kebutuhan keluarga saya, serta kebutuhan saya pribadi. Jangan lupa pula untuk pos dana jaga-jaga untuk dua bulan ke depan , dan tabungan.
Untuk mengantisipasi bila di bulan mendatang ternyata bonus saya tidak
cukup besar untuk menutupi semua biaya-biaya tersebut, saya pun mulai pasang
ikat pinggang. Program pengetatan anggaran harus dimulai, sampai nanti saya
yakin betul bonus komisi saya untuk
bulan depan sedikitnya nilainya setara
dengan semua kebutuhan saya sebulannya.
Selain mengetatkan anggaran keluar, termasuk memangkas dana
hiburan yakni jalan-jalan (yang akan menambah
biaya bensin mobil), shopping-shopping, nonton, dan berpetualang rasa,
alias nyobain tempat makan yang baru, saya juga mulai sibuk di belakang meja
dan mantengi layar komputer untuk mengawasi grafik penjualan. Dari situ bisa terpantau kira-kira bonus
komisi saya di bulan mendatang sesuai target atau malah sebaliknya.
Jadilah tanggal tua
sukses selalu membuat saya stress!
Padahal saya belum menikah, dan masih tinggal di rumah
orangtua walau sudah punya rumah mungil sendiri. Tak heran saya lambat jodoh, karena wajah
saya tegang mulu mikirin bonus, hahahaha…
Tanggal tua itu tak melulu momok
bagi pekerja. Pemilik usaha juga bisa kacau moodnya menghadapi tanggal tua.
Tapi itu kisah belasan tahun silam. Saat saya masih menjadi
perempuan lajang yang mandiri .
Lalu, saya menikah.
Mendadak setelah
menikah semua penanggalan di kalender rumah saya menjadi tanggal tua!
Penghasilan suami
yang berprofesi sebagai freelancer design dan utak atik web tidak menentu. Kadang dapat gede, kadang sepi job berhari-hari, bahkan bisa sampai hitungan minggu.
Bila di waktu single dan mandiri setiap tanggal 25 ke atas
hati saya sudah kebat kebit, setelah menikah malah kebat kebitnya setiap hari.
Berkali-kali tanya suami, “Yah, ada proyek enggak?”
Atau, “Yah, cek rekening. Kali Si Anu udah transfer pembayarannya.”
Begitu cek rekening ada dana masuk, langsung deh belanja
segala kebutuhan, terutama kebutuhan dapur dan kebutuhan anak yang masih
balita. Lalu, mulai lagi momok ‘tanggal tua’ berlaku lagi. Begitulah hari-hari
berlalu dalam kehidupan rumah tangga saya selama belasan tahun.
Bagi saya sebagai seorang istri dari
suami yang kerjanya freelancer, setiap tanggal adalah tanggal tua, kecuali saat
transferan pembayaran masuk ke rekening.
Stress enggak?
Bohong kalau saya jawab tidak.
Masalah keuangan merupakan salah satu masalah krusial yang
menyebabkan satu rumah tangga retak. Dan itu pernah saya alami loh. Kalau suami
dan saya sama-sama tidak memiliki komitmen untuk terus melaju dengan bahtera
rumah tangga ini, pastilah anak-anak sudah kehilangan salah satu figur orangtua
dalam tumbuh kembangnya. Alhamdulillah, sejauh ini Allah selalu memberi jalan
keluar untuk permasalahan keluarga.
Ada masanya suami ingin memberikan rasa nyaman buat istri
tercintanya ini. Cie..cie. Maka,
kerjalah dia secara resmi di kantor yang memberikan gaji bulanan. Lenyap dong
masalah tanggal tua?
Siapa bilang…
Tanggal tua tetap menjadi momok mengerikan. Kerja di
Jakarta, tinggal di Bogor, tentu butuh dana tersendiri buat ongkos dan
lain-lain. Walau sudah penuh perhitungan, tetap saja banyak hal-hal tak terduga
yang muncul, yang seringkali menguras dana cadangan. Nah kalau begini,
hari-hari menunggu gajian semuanya adalah tanggal tua.
Jadi, saya
catet lagi nih di memori kehidupan saya, bahwa mempunyai seorang suami yang
kerja kantoran pun, tetap saja momok tanggal tua selalu ada!
Karena dipikir-pikir kerja kantoran dengan freelancer momok
tanggal tua selalu ada, belum lagi dampak terhadap hubungan dengan keluarga (suami-istri, ayah ke anak-anak), maka suami pun balik lagi dah jadi freelancer.
Tanggal tua itu menakutkan! Tapi itu dulu. Kini, tidak lagi.
![]() |
salah satu alasan memilih jadi freelancer adalah agar lebih dekat dengan keluarga. sumber foto: picturequotes.com |
Intinya, momok tanggal tua akan selalu ada, untuk segala profesi , mau sebagai boss pemilik usaha, freelancer atau pekerja lepas, ibu rumah tangga, bahkan pekerja kantoran.
Momok tanggal tua memang membuat hidup terasa tidak nyaman. Sebentar-sebentar,
cek rekening. Sedikit-sedikit, menimbang-nimbang mau beli ini itu enggak ya.
Lain waktu, ketika mau ngasih infaq, mikir, ada enggak ya ongkos buat ini itu
kalau uangnya saya infaqkan. Lalu, untuk besok, darimana? Belum lagi kalau banyak kepinginnya.
Untuk orang yang merasa setiap hari dalam hidupnya adalah tunggal tua karena penghasilan yang tidak menentu, tanggal tua bener-bener menakutkan.
Untuk orang yang merasa setiap hari dalam hidupnya adalah tunggal tua karena penghasilan yang tidak menentu, tanggal tua bener-bener menakutkan.
Bener-bener bikin capek hati dan hidup jadi berraat..!
Karena sudah terlalu sering menghadapi syndrom tanggal tua, akhirnya saya malah jadi kebal dengan istilah tersebut. Dihadapkan pada ketidakpastian selama tahunan, tak harus membuat saya jatuh. Justru saya harus tetap bisa bertahan karena tidak ada pilihan lain. Suami saya bukan pekerja kantoran yang gajinya tetap, sedangkan saya sendiri setelah resign, memutuskan menjadi ibu rumah tangga yang hobi ngeblog. Terus kalau saya mengeluh dengan beratnya tanggal tua yang harus saya jalani setiap hari, percuma juga. Malah membuat stress saya bertambah-tambah, hidup jadi beban saja.
Ternyata, merasakan tanggal tua tidak lagi menakutkan, itu mudah. Setelah menerapkannya, beban hidup saya terasa jauh lebih ringan, dan sekarang malah saya tetap santai saat belanja ini itu walau penghasilan tidak menentu alias tanggal tua melulu. Mau tahu? Cek tips ala saya menyikapi momok tanggal tua.
Ternyata, merasakan tanggal tua tidak lagi menakutkan, itu mudah. Setelah menerapkannya, beban hidup saya terasa jauh lebih ringan, dan sekarang malah saya tetap santai saat belanja ini itu walau penghasilan tidak menentu alias tanggal tua melulu. Mau tahu? Cek tips ala saya menyikapi momok tanggal tua.
Tips tetap santai dan masih belanja-belanja di tanggal tua,
ala istri seorang freelancer, karena bagi istri seorang freelancer, setiap hari
adalah tanggal tua.
- Mindset alias pola pikir
Ini yang pertama kali harus diubah.
Hidup ini harus disyukuri baik saat
ada uang di kantong dan rekening, maupun saat tidak ada. Dengan rasa syukur
pada Yang Maha Pemberi Rejeki, hidup jadi lebih lapang walaupun setiap hari
adalah tanggal tua (setidaknya untuk saya nih). Dengan pola pikir bahwa
pengatur rejeki adalah Tuhan Semesta Alam, hidup jadi lebih tenang karena kita
yakin kalau kita meminta padaNya, pasti Dia akan memberi.
Sebaliknya, kalau Allah sudah berkenan memberimu rejeki yang berlimpah ruah, sentuhanmu layaknya sentuhan Midas. Apapun yang kita usahakan, pasti jadi. Tidak melakukan apapun terkadang justru semesta rejeki yang mendatangi kita. Kalau ini yang terjadi, tetap bersyukur, sabar, dan iklash. Syukur saat Allah melapangkan jalan rejeki, sabar untuk tidak berlaku sombong dan foya-foya serta berlaku kufur nikmat, serta iklash dan sadar bahwa hakekatnya limpahan materi dan rejeki adalah ujian . Banyak orang lain yang gagal ketika diberi ujian nikmat hidup berupa limpahan rejeki.
Dalam menyikapi rejeki yang masih pas-pasan, saya belajar dari suami yang menganggap bahwa pemanfaatan rejeki seperti air di sumur. Kalau pun airnya sedikit, tetapi ketika diambil, airnya tetap akan selalu keluar. Tidak diambil pun tak membuat air di sumur itu melimpah sampai ruah. Begitu juga ketika Allah memberimu rejeki yang menurutmu masih sedikit, gunakan sesuai kebutuhanmu (bukan keinginan, ya), karena Allah akan mencukupkan kebutuhanmu.
Kalau tidak digunakan, juga tidak bertambah-tambah, bila Allah masih hanya berkenan memberimu aliran rejeki yang kecil namun cukup. Saat berada di situasi seperti ini. biasanya usaha apapun yang kita lakukan tidak memberikan hasil seperti yang kita harapkan. Namun tetap mencukupi asal bersyukur, sabar dan iklash. Tiga kata ini penting untuk mendamaikan hati dan meringankan hidup dalam kondisi apapun, baik tanggal muda, tanggal tua, maupun sepanjang waktu tanggal tua melulu. SYUKUR, SABAR dan IKLASH. Itu harus selalu ada di dalam hati.
Dalam menyikapi rejeki yang masih pas-pasan, saya belajar dari suami yang menganggap bahwa pemanfaatan rejeki seperti air di sumur. Kalau pun airnya sedikit, tetapi ketika diambil, airnya tetap akan selalu keluar. Tidak diambil pun tak membuat air di sumur itu melimpah sampai ruah. Begitu juga ketika Allah memberimu rejeki yang menurutmu masih sedikit, gunakan sesuai kebutuhanmu (bukan keinginan, ya), karena Allah akan mencukupkan kebutuhanmu.
Kalau tidak digunakan, juga tidak bertambah-tambah, bila Allah masih hanya berkenan memberimu aliran rejeki yang kecil namun cukup. Saat berada di situasi seperti ini. biasanya usaha apapun yang kita lakukan tidak memberikan hasil seperti yang kita harapkan. Namun tetap mencukupi asal bersyukur, sabar dan iklash. Tiga kata ini penting untuk mendamaikan hati dan meringankan hidup dalam kondisi apapun, baik tanggal muda, tanggal tua, maupun sepanjang waktu tanggal tua melulu. SYUKUR, SABAR dan IKLASH. Itu harus selalu ada di dalam hati.
Seperti yang pernah saya alami. Ketika suami memperoleh upahnya, eh saya coba hemat-hemat supaya punya dana lebih nantinya. Padahal anak-anak tetap butuh susu, makanan pendamping dan kebutuhan yang memang penting lainnya. Takaran susu dikurangi, begitu juga makanan pendamping. Tapi hasilnya tidak ada sama sekali. Tidak juga membuat tabungan bertambah, malah ternyata, Allah pun menahan pemasukan suami sampai akhirnya uang yang direncanakan untuk dana tabungan akhirnya habis juga terpakai untuk kebutuhan.
Kejadian itu menyadarkan saya untuk tidak mau terlalu
irit dengan kebutuhan hidup yang memang perlu (misalnya kebutuhan makan tiga
kali sehari). Jadi begitu ada uang, langsung deh belanja- belanja sesuai
kebutuhan termasuk bahan pangan untuk keluarga. Paling-paling menyisakan uang
untuk ongkos dan bensin. Pasti enggak berapa
lama, ada orderan kerjaan baru dan upah pun masuk ke rekening lagi. Begitu selalu. Suami bilang, itu namanya putaran rejeki.
Absurd ya?
Tetapi tidak ada yang absurd kalau menyangkut kekuasaan dan kehendakNya.
Tetapi tidak ada yang absurd kalau menyangkut kekuasaan dan kehendakNya.
Itu nyata lho. Dan bertahun-tahun
saya mengalaminya. Yang paling saya
perhatikan, bila kebutuhan itu menyangkut kebutuhan anak, misalnya kebutuhan
gizi dan sekolah, Allah pasti penuhi, bahkan dengan jalan yang kita sendiri
akan takjub karena tidak disangka-sangka.
Dengan pola pikir seperti ini,
momok tanggal tua akan sirna, karena setiap hari adalah sama saja. Jadi kalau memang butuh harus belanja, belanja aja. Mau tanggal muda atau tunggal tua, belanja saja!
- Buat daftar kebutuhan
menurut skala prioritas.
Walau penghasilan tidak tetap,
bukan berarti tidak teratur loh. Buat daftar kebutuhan selama sebulan. Urutkan
mulai pertama kali yang sangat amat penting untuk didahulukan, misalnya
kebutuhan pangan dan sekolah anak-anak untuk keluarga kami adalah urutan
pertama. Lalu selanjutnya tagihan listrik dan internet (internet buat seorang
freelancer itu, wajib!), dan seterusnya.
Eit, jangan lupa bayar hak orang lain sebelum
keringatnya kering ya (bila ada), seperti gaji asisten rumah tangga, tukang
sampah yang bantu-bantu kita angkat sampah, dan sebagainya. Bayar kos bagi anak kos, atau bayar kontrakan bagi yang ngontrak rumah, atau utang kita dengan orang lain. Bila ini belum bisa dilakukan, komunikasikan dengan yang bersangkutan, terutama masalah utang, agar bisa diberi keringanan waktu.
Namun untuk pembayaran yang terkait upah, jadikan ini skala prioritas yang penting. Jadi walau tanggal tua, tetap saja usahakan bayar dulu hak orang lain, entah bagaimana caranya. Karena kalau kita mendahulukan hak orang lain untuk ditunaikan sebelum keringatnya kering sebagai salah satu skala prioritas penting kita, Allah pun akan memudahkan kita dalam berbagai urusan. Termasuk urusan tanggal tua tidak akan buat pening lagi.
Namun untuk pembayaran yang terkait upah, jadikan ini skala prioritas yang penting. Jadi walau tanggal tua, tetap saja usahakan bayar dulu hak orang lain, entah bagaimana caranya. Karena kalau kita mendahulukan hak orang lain untuk ditunaikan sebelum keringatnya kering sebagai salah satu skala prioritas penting kita, Allah pun akan memudahkan kita dalam berbagai urusan. Termasuk urusan tanggal tua tidak akan buat pening lagi.
- Cari tempat belanja yang
sesuai kebutuhanmu dan harganya terjangkau. Salah satunya, yang sering beri diskon besar-besaran.
Nah ini nih. Seperti yang saya katakan, kalau itu menyangkut kebutuhan, terutama kebutuhan anak, beli saja. Jangan tahan-tahan. Jangan terlalu irit. Setiap anak punya rejekinya sendiri. Tapi sesuaikan dengan budget yang ada. Tetap berpegang pada pola pikir ‘beli sesuai kebutuhan dan sesuai dana’, bukan sesuai keinginan, apalagi gengsi. Sekaligus hal ini juga mendidik anak untuk tahu betapa proses mencari nafkah orangtuanya tidak mudah, dan mengajarkan anak membeli barang sesuai kebutuhan.
Bagaimana dengan kualitas barang yang dibeli? Tetap jadi perhatian, kok. Seperti belanja kebutuhan dapur berupa sayur mayur. Saya lebih rela sedikit capek jalan kaki ke tempat sayur langganan yang menjual sayur segar dengan harga wajar, dibanding belanja sayur di dekat rumah namun kualitasnya buruk sekali walau harganya sedikit murah.
Maaf, saya menyakini, kalau saya berniat memberikan yang terbaik buat keluarga saya, pun melalui makanan, pasti Allah akan mengabulkan. Jangan kikir pada kebutuhan keluarga sendiri sehingga terlalu irit untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Akan selalu ada rejeki yang mengalir untuk itu. Percaya deh. Tapi sekali lagi ingat, asal berupa kebutuhan, bukan keinginan, tidak berlebihan, dan bukan pula karena gaya hidup tinggi alias gengsi. Jadi, tidak tepat juga kalau terlalu boros untuk sesuatu yang belum masuk pada skala prioritas penting untuk dipenuhi. Jauhi dan hindari berutang untuk memenuhi kebutuhan, apalagi yang tidak utama.
Kalau kebutuhan sekolah anak-anak pun, saya tidak segan cari barang-barang bermutu dengan harga terjangkau. Jadi walau tanggal tua, kalau anak-anak butuh dan penting, tetap belanja. Salah satu triknya, cari diskonan online di MatahariMall. Toko online yang satu ini sering banget bikin diskonan di saat tanggal tua, termasuk kebutuhan sekolah anak-anak. Mulai dari peralatan sekolah, salah satunya tas sekolah. Diskonannya gede loh, sampai 75% (cegluk)
Nah, kalau kebutuhan penting begini buat anak, enggak ada alasan khan enggak belanja, walau di tanggal tua. Tetap santai-santai belanja, karena memang itu kebutuhan. Dengan pintar-pintar mencari diskonan, barang di dapat, kualitas pun ok. Anggaran belanja bisa hemat banyak. Jadi masih bisa belanja kebutuhan yang lain.
Seperti Budi nih. Dia mah tetap belanja, dan harus belanja karena butuh. Cek videonya kalau tidak percaya
4. Berpikir dan Bertindak Kreatif
Menyikapi tanggal tua, apalagi setiap hari seperti saya nih, tidak perlu stress dan pening. Bisa tetap makan enak tanpa perlu ke restoran, misalnya. Cukup belanja bahan-bahannya saja, dan olah kreatifitas saya meraciknya ala restoran. Resep tinggal cari di majalah atau media maya. Dan respon yang saya dapatkan dari anak-anak adalah pelukan dan ucapan terima kasih mereka. Belum lagi tatapan mesra suami saat menikmati racikan cinta istrinya ini, hehehe.
Pengen punya baju bagus, enggak kuat beli yang mahal? Cari yang lagi diskon. Lumayan potongan harganya bisa bikin saya belanja yang lain. Atau, beli saja bahan bermutu tinggi dan jahit sendiri kalau memang memiliki keahlian. Hasilnya pasti bikin puas dan bangga diri sendiri. namun untuk jahit sendiri, saya enggak bisa. Malah lebih hemat dan cantik kalau beli jadi.
Enggak bisa masak dan jahit? Jangan putus asa. Gunakan kelebihan lain yang kamu miliki. Bila berbakat dagang, beli barang-barang berkualitas yang sedang di diskon. Lalu jual ulang ke tetangga atau teman yang membutuhkan. Bisa dijual kontan, atau pun dikreditkan. Keuntungan yang kamu peroleh masih tetap bisa kamu gunakan untuk belanja-belanja yang lain lagi sesuai kebutuhan. Iya enggak? Atau manfaatkan hobi dan kemampuan yang kita miliki, misalnya menulis buku atau blog.
Saya beberapa kali mendapat rejeki lewat blog. Sebagian hasilnya saya buat belanja-belanja loh. Atau waktu masih SMA, koleksi buku cerita saya, saya sewakan. Hasilnya lumayan banget, melebihi anggaran uang jajan.
Tidak punya bakat dagang dan masak? Tak apa. Pintar mengaji, Bahasa Inggris, Matematika, atau bahkan mengasuh anak? Ambil kesempatan itu untuk menambah penghasilan agar tetap bisa belanja-belanja santai tanpa pening. Lumayan loh hasilnya.
Enggak mau melakukan itu semua karena sudah capek ngurusi rumah tangga? Santai aja. Enggak paksaan kok. Itu hanya alternatif lain untuk menjadi kreatif menyikapi tanggal tua. Lagi pula kerjaan ibu rumah tangga memang hampir 24 jam. Jadi kalau memilih ikut suami tanpa harus sibuk mencari tambahan, it's ok. Kuncinya, iklash dulu dengan situasi yang ada, dan bersabar. Belanja? Ya tetap dong. Karena memang butuh!
Kan tetap butuh makan, butuh bebersih rumah, belum lagi kebutuhan sekolah dan lainnya. Jadi santai aja belanjanya, enggak usah mikirin tanggal tua. Kalau dipikirin, malah tambah stress jadinya. Gimana kalau uangnya sedang enggak ada? Minta sama yang memberi rejeki. Kalau itu memang kebutuhan kita, pasti ada jalannya. Yakin dulu deh, lalu diikuti ikhtiar, dan tunggu hasilnya.
Hikmah Menghadapi Tanggal Tua Setiap Hari
Selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Begitu juga hikmah tanggal tua yang setiap hari kami hadapi. Selain hidup terasa ringan, tanggal tua pun bisa jadi pelajaran yang kita tanamankan pada anggota keluarga yang lain, termasuk anak-anak.
Berikut hikmah yang saya petik dari tanggal tua yang saya hadapi
1. Meletakkan keyakinan utama bahwa satu-satunya pemberi rejeki adalah Tuhan Semesta Alam, bukan manusia, bukan pula perusahaan. Keyakinan ini fundamental banget karena membuat hidup jadi tenang dan ringan. Setiap orang punya jalan rejekinya masing-masing, serta putaran hidup seperti roda, itu sesuatu yang wajar. Jadi saat kita di bawah dengan rejeki yang kurang atau pas-pasan, nikmati dengan rasa syukur , sabar dan iklash. Saat di atas, tetap bersyukur.
2. Membuat hubungan antar anggota keluarga semakin dekat dan akrab. Tanggal tua juga mengajarkan anak-anak hidup mandiri dan prihatin serta memahami proses dan tidak gengsi
3. Melatih mental daya lenting dan tahan banting
4. Mengasah kreatifitas dan melatih berfikir cepat dan produktif.
5. Mengasah kepekaan, simpati dan empati terhadap orang lain, karena kita pun mengalami hal yang sama.
6. Tanggal tua yang dihadapi setiap hari semakin mengajarkan untuk terus menghidupkan putaran roda rejeki dengan tidak menahan-nahan belanja kebutuhan hidup. Ingat, kebutuhan, bukan keinginan. Dengan membelanjakan uang, kita juga menghidupkan roda rejeki orang lain, para pedagang, toko online, petugas parkir, dan banyak lagi.
7. Dan lain-lain.
Bagaimana dengan #KisahTanggalTuamu?
begitu tgl tuaa sudah bisa diatasi, menyambut tgl tua santai aja ya mba... :)
BalasHapusdibawa stress makin berat hidup nantinya :)
HapusWaah super sekali nih tulisan mbak. Saya jadi merasa tertohok. Soalnya kalau sudah tanggal tua pasti sudah kebingungan sendiri. Nggak bisa makan diluar pas weekend saat tanggal tua. Ternyata kalau freelancer sudah pintar-pintar baginya ya Mbak, nggak seperti karyawan tetap.
BalasHapusfreelancer udah enggak kenal tanggal muda, semua tanggal tua. Jadi rubah aja mindsetnya, bahwa semua tanggal sama aja, hehehe :)
HapusJusteru kalau kerja kantoran, tanggal tuanya malah semakin berasa
BalasHapusTapi kalau pengusaha, tanggal tua muda malah hampir sama kayaknya... heheh
hahaha, waktu masih berstatus wirausaha, kenal juga kok dengan tanggal tua, sibuk mikirin gaji karyawan buat bulan depan,:)
HapusBetul Mba, buat freelancer semua tgl tua kecuali pas ada transferan, hehehe.
BalasHapussama freelancer ya? toss deh :)
HapusTanggal tua biasanya receh dicari2. Hehe. Klo biasa pakai skala prioritas pasti tanggal tua ga bingung ya, mak. Yang sering terjadi belanja ga sesuai kebutuhan. Itu yang bikin dompet jebol. Hehe
BalasHapusbetul. intinya, sesuai dengankebutuhan
HapusTanggal tua ala freelancer beda lagi ya mbak...
BalasHapusbetul. setidaknya ala saya nih
HapusSetuju soal membayar hak orang lain sebelum keringatnya kering. Dan waa..jd tercerahkan, diirit2 malah rezekinya tertahan. Tp bukan berarti boros ya Mba? Hihi.. Ini perlu pengalaman pribadi utk membuktikan sendiri. :D
BalasHapusbetul Arin. salah satu cara mempermudah mengadapi tanggal tua, adalah tunaikan hak orang lain sebelum kering keringatnya
Hapusmakasih tips kecenya ya mbk, brmnaat bgd nih bwt aku yg masih sering bgd didatengij si tanggal tua, momok bener dah ah
BalasHapusgimana lagi dengan aku yang setiap hari tanggal tua. yuk dibawa santai aja :)
Hapuswah, makasih sharenya mak, perlu banget saya diingatkan untuk selalu bersyukurr. bukankah kalo kita bersyukur Allah SWT akan menambah nikmat kita?
BalasHapusBetul mak Kania. rasanya aku udah jawab postingan ini, tapi kok enggak ada ya. Kayaknya terlewat. Maaf ya
Hapustrims sharenya mba...tanggal tua yang tetap bahagia...menginspirasi.
BalasHapussukses selalu mba :)
terima kasih :)
Hapus