Narsis di media sosial? Sepertinya sudah jamak ya. Tetapi muncul di salah satu rubrik surat kabar berskala nasional, mengutip kata-kata Syarini, “rasanya sesuatu gitu”. Emang sih yang muncul masih secuil profile dan kegiatan menyangkut tema yang diangkat, tetapi bagi aku, dampaknya menambah semangat lho. Next time, karya-karyaku yang muncul , begitu janji hati ini menyemangati diri. Aamiin.
.
Pages
▼
Senin, 18 November 2013
Kamis, 14 November 2013
Hujan, Semangkuk Bakso, dan …Posting!
Hujan menderas hampir selalu di penghujung hari. Tidak kira-kira,
diselingi pula oleh kilat dan guntur yang menggegap gempita. Kalau sudah
begitu, kegiatan yang paling enak dilakukan adalah bergelung dibalik selimut
hangat di atas kasur empuk. Plus semangkok bakso panas mengepul dengan cocolan
sambal super pedas sebagai temannya. Sayangnya, saat selera ingin makan bakso
muncul, cekki kulkas tak ada persediaan bakso dan teman-temannya untuk
menjadikan hidangan impian itu tersaji di atas meja.
Jumat, 08 November 2013
Selamat Jalan Papa…
Firasat itu sudah ada, tetapi tidak pernah kumenduga
bahwa papa akan berpulang kepadaNya dengan cara yang sedemikian cepat, tanpa
pesan. Justru meninggalkan kesan yang mendalam buat kami keluarganya, terutama
bagiku, anak sulungnya. Papaku, berpulang keharibaanNya, Jumat, 25 Oktober
lalu, sekitar pukul 9 pagi, setelah terjatuh saat membangunkan adik bungsuku.
Hanya 2 menit kemudian, dia sudah tidak ada lagi di dunia ini…
Kamis, 10 Oktober 2013
Cinta Dalam Sepotong Cemilan
Bermula dari Si Bungsu yang keranjingan makan roti , baik roti tawar mau pun jenis roti lainnya. Enggak tahu nih kenapa anak saya yang usianya baru menjelang 3 tahun Desember mendatang ini suka banget dengan roti. Tengah malam terbangun pun yang dimintanya juga roti. Padahal makannya sih alhamdulillah, enggak masalah. Artinya, Si Bungsu ini makannya normal, 3x sehari dan lahap pula. Tetapi untuk cemilan, anak-anak memang tidak saya ijinkan jajan sembarangan. Paling-paling biskuit, atau snack yang saya buat sendiri, dan roti.
Jumat, 20 September 2013
Ada Hantu Di Rumahku
Malam Jumat, hujan-hujan, nulis tentang hantu pula..Hiiii
Berurusan dengan hantu mungkin pernah dialami oleh sebagian orang, termasuk aku. Sebenarnya menurut pemahamanku hantu ini adalah perwujudan jin yang usil. Sukanya mengganggu manusia dengan iseng menampakkan wujudnya yang menyerupai orang yang sudah meninggal, atau pun makhluk-makhluk aneh yang tidak biasa. Dan entah mengapa, di beberapa fase hidupku, aku kerap bersinggungan dengan si jin usil ini, dan seterusnya dibagian ceritaku ini kusebut dengan hantu.
Waktu masih tinggal di Medan, aku pernah sampai terbirit-birit keluar kamar dengan gaya kungfu (mata terpejam sambil menendang pintu), karena tidak tahan digoda hantu. Bermula dari tiduran santai di kamar sambil baca buku. Malam sih masih sekitar jam 8-an, dan keluarga yang lain pada asyik nonton tv di ruang keluarga merangkap ruang tamu. Lalu, terdengar suara-suara berat seperti suara orang yang sesak nafas di kamarku. Kututup buku sejenak dan aku konsentrasi mendengarkan suar itu lebih jauh. Suara itu masih terdengar, dan semakin berat menggaung di kamarku
Berurusan dengan hantu mungkin pernah dialami oleh sebagian orang, termasuk aku. Sebenarnya menurut pemahamanku hantu ini adalah perwujudan jin yang usil. Sukanya mengganggu manusia dengan iseng menampakkan wujudnya yang menyerupai orang yang sudah meninggal, atau pun makhluk-makhluk aneh yang tidak biasa. Dan entah mengapa, di beberapa fase hidupku, aku kerap bersinggungan dengan si jin usil ini, dan seterusnya dibagian ceritaku ini kusebut dengan hantu.
Waktu masih tinggal di Medan, aku pernah sampai terbirit-birit keluar kamar dengan gaya kungfu (mata terpejam sambil menendang pintu), karena tidak tahan digoda hantu. Bermula dari tiduran santai di kamar sambil baca buku. Malam sih masih sekitar jam 8-an, dan keluarga yang lain pada asyik nonton tv di ruang keluarga merangkap ruang tamu. Lalu, terdengar suara-suara berat seperti suara orang yang sesak nafas di kamarku. Kututup buku sejenak dan aku konsentrasi mendengarkan suar itu lebih jauh. Suara itu masih terdengar, dan semakin berat menggaung di kamarku
Mudik On The Road
Lebaran memang sudah usai. Arus mudik pun sudah tak lagi ramai. Namun, setiap kali melihat pemberitaan tentang riuhnya persiapan dan perjalanan mudik ini, saya jadi teringat akan perjalanan mudik saya 2 tahun yang lalu.
Awalnya, saya dan suami merencanakan untuk pulang ke kampung halaman saya (Medan) dengan naik pesawat. Ternyata, setelah memantau beberapa situs penerbangan online, kami membatalkan keinginan kami tersebut. Harga tiket pulang pergi untuk kami sekeluarga (6 orang), ternyata melewati anggaran yang tersedia. Maklum, saat-saat tersebut dikategorikan high season, sehingga harga tiket pun bisa melambung 2x lipat. Belum lagi persoalan dengan anak ke dua kami yang istimewa. Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan perjalanan darat dengan mobil.
Selanjutnya baca di sini...
![]() |
| ilustrasi di ambil dari : hizbut-tahrir.or.id |
Awalnya, saya dan suami merencanakan untuk pulang ke kampung halaman saya (Medan) dengan naik pesawat. Ternyata, setelah memantau beberapa situs penerbangan online, kami membatalkan keinginan kami tersebut. Harga tiket pulang pergi untuk kami sekeluarga (6 orang), ternyata melewati anggaran yang tersedia. Maklum, saat-saat tersebut dikategorikan high season, sehingga harga tiket pun bisa melambung 2x lipat. Belum lagi persoalan dengan anak ke dua kami yang istimewa. Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan perjalanan darat dengan mobil.
Selanjutnya baca di sini...
Kamis, 12 September 2013
Maafkan Ibumu, Nak...
Aku seorang ibu yang baru saja kehilangan suami dan seorang anak dalam suatu kecelakaan lalu lintas beberapa bulan yang lalu. Karena kecelakaan itu, kini yang kupunyai hanya si bungsu yang berusia 6 tahun kurang. Dia belum bersekolah. Rencananya, tahun depan akan kumasukkan ke SD dekat rumah saja, supaya bisa kuawasi sambil aku bekerja mengerjakan pesanan jahitan dari pelanggan.
Semenjak suami dan seorang anakku meninggal, aku memang harus mencari nafkah sendirian, demi menghidupi aku dan anakku. Kedua orangtua kami, baik dari pihakku dan almarhum suami berdiam di seberang pulau. Aku memilih tidak pulang kampung, karena aku ingin berdekatan selalu dengan makam suami dan anakku. Jadi, di sinilah aku, hidup berdua dengan anak semata wayang di pinggir kota yang tenang.
Sejak kehilangan suami dan seorang anak membuatku menjadi obsesif terhadap putra semata wayangku kini. Apalagi marak berita tentang penculikan anak, baik untuk dimintai tebusan, ataupun di gunakan sebagai pengemis jalanan. Jadinya, aku akui aku sedikit mengekang kebebasan bermain dirinya dengan anak-anak sekitar. Aku hanya mengijinkan dia bermain sejauh mataku masih bisa memandangnya. Kalau dia mau bermain agak jauh bersama teman-temannya, harus minta ijin dulu padaku. Syukurlah, anakku bocah yang penurut pada ibunya, sehingga aku tidak terlalu kerepotan mengawasinya.
Pagi ini, saat aku masih berkutat di dapur untuk makan siang kami, dia menghampiriku. “Bu, Adek mau main sepeda ama Syahid. Boleh ya, Bu?” tanyanya penuh harap.
Semenjak suami dan seorang anakku meninggal, aku memang harus mencari nafkah sendirian, demi menghidupi aku dan anakku. Kedua orangtua kami, baik dari pihakku dan almarhum suami berdiam di seberang pulau. Aku memilih tidak pulang kampung, karena aku ingin berdekatan selalu dengan makam suami dan anakku. Jadi, di sinilah aku, hidup berdua dengan anak semata wayang di pinggir kota yang tenang.
Sejak kehilangan suami dan seorang anak membuatku menjadi obsesif terhadap putra semata wayangku kini. Apalagi marak berita tentang penculikan anak, baik untuk dimintai tebusan, ataupun di gunakan sebagai pengemis jalanan. Jadinya, aku akui aku sedikit mengekang kebebasan bermain dirinya dengan anak-anak sekitar. Aku hanya mengijinkan dia bermain sejauh mataku masih bisa memandangnya. Kalau dia mau bermain agak jauh bersama teman-temannya, harus minta ijin dulu padaku. Syukurlah, anakku bocah yang penurut pada ibunya, sehingga aku tidak terlalu kerepotan mengawasinya.
Pagi ini, saat aku masih berkutat di dapur untuk makan siang kami, dia menghampiriku. “Bu, Adek mau main sepeda ama Syahid. Boleh ya, Bu?” tanyanya penuh harap.
Selamat Ulang Tahun Mama..
Tanggal 9 September
2013 lalu, genap usia 58 tahun untuk mamaku. Dan terakhir aku bertemu beliau di
tahun 2011 lalu. Aku dan mama tidak tinggal sekota, melainkan dipisahkan oleh
Selat Sunda. Aku di Bogor, sedangkan mama di Medan. Jadi, walau komunikasi
masih terjalin lewat telepon, aku belum pernah lagi melihat raut wajah mamaku. Dan
saat aku telpon mama untuk mengucapkan selamat padanya, kudengar isak tangis di
seberang sana. Katanya, hanya akulah satu-satunya dari 8 anaknya yang selalu
mengingat hari kelahirannya. Ada nada kesepian sebuah hati terwakili dari
kata-kata wanita itu, dan aku yang mendengarnya, ikut menitikkan air mata.
Aku dan mama, bukanlah pinang di belah dua. Walau sama-sama
berkulit putih, tapi mataku mewarisi garis darah kakek yang berdarah Tionghoa,
sedangkan mamaku matanya bulat indah. Wajah mama cantik dan cenderung mengikuti
garis darah buyutku yang peranakan Jerman. Tidak heran waktu mudanya mamaku di
panggil dengan Ida Jerman. Itu dari sisi
fisik yang bisa dilihat. Tapi kata papaku, karakter ‘keras hati’ kami berdua itulah yang layak dikatakan pinang di belah
dua. Mama keras hati, aku pun demikian.
Dan terkadang, tak satu pun dari kami mau mengalah. Sehingga selalu saja
ada benturan-benturan setiap kali berinteraksi dengan mama.
Jumat, 06 September 2013
Pengalaman Pertama....
Kali ini aku mau cerita. Tentang pengalaman pertama. Eits..., jangan berfikir yang aneh-aneh dulu. Aku cuma ingin berbagi, bagaimana rasanya pertama kali melihat sesuatu, tepatnya makhluk Allah yang lain di luar manusia. Bukan hewan lho....
Terjadinya ketika aku masih kecil, sekitar umur 5 tahunan. Sudah lazim di masa itu kalau asyik bermain sampai lupa waktu. Kalau anak zaman sekarang mainnya kebanyakan di depan komputer atau asyik dengan gadgetnya, beda dengan zamanku. Main karet gelang, patok lele, bekel, guli (atau kelereng ), alip cendong dan banyak lagi yang sekarang sudah langka dimainkan anak-anak masa kini. Dan kalau sudah main, selalu sampai lupa waktu.Kalau soal lupa waktu sepertinya dari zaman ke zaman sama aja ya...Tidak anak masa dulu, mau pun masa kini.
Nah, seperti biasa aku keasyikan main sampai lupa waktu, bahkan lupa mandi sore sampai nenekku datang dengan omelannya. "Sudah mau maghrib, pulang!" katanya galak. Nenekku emang cerewet, tetapi dia sangat sayang padaku. Dan aku pun dengan takjim mengikuti langkah kaki nenekku menuju rumah, yang jaraknya cuma sekitar 10 meter saja dari tempatku main.
Terjadinya ketika aku masih kecil, sekitar umur 5 tahunan. Sudah lazim di masa itu kalau asyik bermain sampai lupa waktu. Kalau anak zaman sekarang mainnya kebanyakan di depan komputer atau asyik dengan gadgetnya, beda dengan zamanku. Main karet gelang, patok lele, bekel, guli (atau kelereng ), alip cendong dan banyak lagi yang sekarang sudah langka dimainkan anak-anak masa kini. Dan kalau sudah main, selalu sampai lupa waktu.Kalau soal lupa waktu sepertinya dari zaman ke zaman sama aja ya...Tidak anak masa dulu, mau pun masa kini.
Nah, seperti biasa aku keasyikan main sampai lupa waktu, bahkan lupa mandi sore sampai nenekku datang dengan omelannya. "Sudah mau maghrib, pulang!" katanya galak. Nenekku emang cerewet, tetapi dia sangat sayang padaku. Dan aku pun dengan takjim mengikuti langkah kaki nenekku menuju rumah, yang jaraknya cuma sekitar 10 meter saja dari tempatku main.
The Haunted House..(1)
Selama menjadi kontraktor beberapa tahun, alias ngontrak rumah dari satu tempat ke tempat yang lain ,cuma satu rumah yang meninggalkan kenangan terdalam. Rumah yang kami sewa itu masuk dalam komplek yang terletak di jalan strategis di kota Bogor. Hanya saja memang rumah yang kami tempati itu posisinya di bagian belakang komplek, karena jujur saja saat itu pertimbangan harga yang murah yang membuat kami (terpaksa)memilih rumah tersebut.
Waktu itu tahun 2005, dan aku masih mempunyai anak 1 yang masih berusia 7 bulan dan lagi hamil muda anak ke dua. Saat pertama kali pindah ke rumah tersebut, blok yang kami tempati cuma diisi oleh beberapa keluarga. Rumah-rumah yang kosong sangat tidak terawat, rusak parah, dan dipenuhi semak belukar. Rumah yang kami sewa diapit oleh rumah kosong. Di sisi yang kanan rumah kosongnya sangat rusak parah dan dipenuhi oleh tumbuhan liar. Sedangkan di sisi kiri, walau hanya dikunjungi sekali-kali, masih lumayan terawat. Di ujung blok, ada sungai besar yang sekaligus menjadi pemisah antara batas komplek perumahan dengan penduduk kampung sekitar komplek. Total dari sekitar 20 rumah di blok tersebut, yang terisi permanen hanya sekitar 5 rumah.
![]() |
| ilustrasi |
Waktu itu tahun 2005, dan aku masih mempunyai anak 1 yang masih berusia 7 bulan dan lagi hamil muda anak ke dua. Saat pertama kali pindah ke rumah tersebut, blok yang kami tempati cuma diisi oleh beberapa keluarga. Rumah-rumah yang kosong sangat tidak terawat, rusak parah, dan dipenuhi semak belukar. Rumah yang kami sewa diapit oleh rumah kosong. Di sisi yang kanan rumah kosongnya sangat rusak parah dan dipenuhi oleh tumbuhan liar. Sedangkan di sisi kiri, walau hanya dikunjungi sekali-kali, masih lumayan terawat. Di ujung blok, ada sungai besar yang sekaligus menjadi pemisah antara batas komplek perumahan dengan penduduk kampung sekitar komplek. Total dari sekitar 20 rumah di blok tersebut, yang terisi permanen hanya sekitar 5 rumah.
The X-Files2: Darimana Uangnya?
Dalam kehidupan kita, ada beberapa kejadian yang mungkin mennurut kita tidak bisa dijelaskan dengan nalar. Begitu juga dengan saya. Fase-fase ini pernah terjadi saat saya masih berseragam putih abu-abu. Seperti ini ceritanya.
Kamis, 29 Agustus 2013
Review Buku : Rainbow.., 20 Flash Fiction Twist Ending
Judul : Rainbow, 20 Flash Fiction Twist Ending
Editor : Umma Azura
Penerbit : RinRa Publishing
Cetakan : Juli, 2013
Tebal : 121 hlm
“Morning, Cantik!”
Laki-laki ini, selalu membangunkanku dengan ciuman-ciuman panas di leherku. Selalu leher. Mengapa bukan wajahku? Supaya aku bisa membalas dengan sama panasnya. Hmm, mungkin pagi hari mulut kami sama-sama bau. Atau, barangkali ia teramat menyukai leherku. (hal 1)
Kalimat itu menjadi pembuka cerita di kumpulan Flash Fiction (FF) yang terdiri dari 20 cerita. Ditulis oleh Okie Noor, salah satu dari 20 penulis yang ikut berkontribusi dalam buku ini. Aku dan Lelakiku, pilihan yang tepat sebagai pembuka cerita. Narasi yang menggoda, menggiring imajinasi pembaca menjelajah lebih jauh lembar demi lembar lagi kumpulan cerita FF ini . Siapa sosok aku akan tersingkap dengan cara yang manis di ending ceritanya. Layak disebut sebagi FF yang twisting ending sesuai dengan judul buku ini : Rainbow, 20 Flash Fiction Twist Ending.
Lalu, di dalam cerita Jahe Hangat Untuk Dul, pembaca seperti terbawa suasana yang digambarkan dalam cerita tersebut. Kemesraan dan kasih sayang dalam suasana gerimis di sore hari, dan dialog-dialog yang mengalir lancar, membuat pembaca seolah berada di sana, ikut menikmati bagaimana pasngan suami istri setengah baya menghabiskan senja gerimis dengan pertanyaan menyangkut cinta.
“Apa cintamu akan menghilang seiring lenyapnya senja?”
“Senja akan selalu menghilang saat waktunya menghilang.”
“Bagaimana denganmu,Bu?”
“Bukankah Ibu selalu di sini? Di samping Bapak setiap waktu?” (hal. 41)
Mengenal Halua, Manisan Khas Puak Melayu..
Halua atau halwa, adalah manisan yang terbuat dari
buah-buahan dan anek ragam sayuran. Rasanya manis, namun tetap terasa garing
saat di gigit, dan tampilannya yang cantik menggoda itulah yang menjadi ciri
khas dari halua. Bentuk halua yang indah dipandang mata kadang membuat kita
malah sayang untuk memakannya. Butuh ketrampilan dan kesabaran untuk membuat
halua ini. Mulai dari proses membentuk buahnya menjadi potongan-potongan yang
elok dipandang mata, sampai menjadikannya manisan yang bisa awet sampai
berbulan-bulan lamanya.
![]() |
| Berbagai bentuk Halua dari Betik (Pepaya Mengkal). sumber photo : di sini. |
Halua ini adalah salah satu kuliner khas Melayu. Dulu kerap
dijumpai menjadi suguhan saat perayaan Idul Fitri atau pun pesat-pesta adat
Melayu dan pernikahan. Kalau kini, keberadaan halua sudah semakin jarang
terlihat di rumah-rumah puak Melayu. Kalau pun ada, itu pun karena dibeli,
bukan dibuat sendiri. Hanya segelintir generasi muda Melayu yang mengenal dan
mampu membuat halua ini. Hal ini karena untuk membentuk halua menjadi tidak
sekedar suguhan yang enak dimakan, tetapi juga mempunyai nilai seni tinggi,
bukanlah hal yang mudah. Butuh ketelatenan, kesabaran, dan ketrampilan khusus
untuk itu. Dan hal itu yang generasi kini tidak miliki. Generasi masa kini
maunya melakukan sesuatu dengan cepat dan praktis
Jumat, 23 Agustus 2013
Yang Mana Suaminya?
Cerita ini terjadi di suatu desa yang indah. Di desa
tersebut tinggal seorang lelaki beserta istri dan dua anak perempuan mereka.
Kehidupan mereka sederhana, namun cinta melingkupi rumah kecil mereka.
![]() |
| A village in Slovenia. sumber di sini : |
Sang Lelaki bekerja sebagai penebang kayu di hutan. Setiap kali
dia hendak bekerja, dia selalu melewati jalan setapak yang melewati sebuah
rumah. Rumah itu di kelilingi oleh tanaman bunga mawar yang berbau harum dan
indah oleh warnanya yang merah menyala. Setiap kali si lelaki melewati rumah
tersebut, dia selalu tergoda oleh harum mawar yang mekar dan warna merahnya
yang menyala. Rasanya, ingin sekali dia memetik beberapa kuntum bunga mawar itu
untuk diberikan kepada istrinya tercinta, karena dia tahu istrinya sangat
menyukai bau harum bunga mawar. Sayangnya,
dia terlalu takut untuk meminta ijin ke pada pemilik tanaman bunga mawar
tersebut, karena pemilik tanaman bunga mawar tersebut dikenal sebagai seorang
penyihir.
![]() |
| ilustrasi cerita. sumber di sini |
Selasa, 20 Agustus 2013
Tuhan, Inilah Proposal Mimpi-Mimpiku…
Berani bermimpi? Mengapa tidak? Hampir tiap malam saat tidur saya selalu bermimpi, hehehe. Tapi bukan itu sih yang ingin saya jadikan point dalam tulisan ini. Tetapi tentang harapan, keinginan, cita-cita yang belum namun dalam proses akan terwujud. Insha Allah.
Saya sangat yakin akan kekuatan mimpi, jauh sebelum jargon ini berkembang satu dasawarsa terakhir ini. Waktu saya masih duduk di bangku SD, saya sangat menginginkan satu buah sepeda yang bisa saya pakai untuk ikutan bermain dengan teman-teman. Padahal, secara realita, penghasilan orangtua jauh dari mencukupi untuk memenuhi keinginan saya tersebut.
![]() |
| sumber foto: di sini |
Lalu, mimpi saya lainnya adalah sebuah mesin tik. Waktu itu saya SMA, dan saya senang banget menulis .Karena enggak enak dengan salah satu mahasiswa yang kos di rumah nenek saya karena selalu saya pinjam mesin tiknya, agar saya bisa menerima job mengetikkan tugas makalah dari sekolah, saya bertekad ingin punya mesin tik sendiri. Berkat hasil nabung karena job mengetikkan tugas makalah dari sekolah untuk teman-teman, mesin tik impian saya berhasil saya wujudkan. Mereknya Brother, dan lagi-lagi bekas. Mana hurup a-nya kalau diketikkan melompat agak ke atas, tetap saja itu sudah membuat hati saya senang. Dengan mesin tik yang hurup a-nya ini lompat ke atas, cerpen saya berhasil menembus majalah Anita Cemerlang dan koran lokal Waspada untuk cerita anak-anak.
![]() |
| sumber foto, di sini |
Banyak mimpi-mimpi saya lainnya yang terwujud. Mulai dari keinginan travelling melihat daerah-daerah lain, bahkan sampai luar negeri, punya rumah sesuai kriteria, bahkan suami yang harus berasal dari luar pulau, semua tercapai. Tetapi, satu hal yang pasti dari terwujudnya semua mimpi-mimpi saya tersebut, adalah campur tangan Tuhan. Karena kalau tidak dengan seijinNya, maka mimpi-mimpi itu cuma sekedar angan kosong belaka.
Kini, di fase kedua hidup saya, yakni kehidupan dalam pernikahan, saya mengajukan kembali proporsal mimpi-mimpi saya padaNya. Berharap Dia mau menyetujui semua yang menjadi cita-cita,keinginan, dan harapan saya, sebelum maut memanggil saya kembali ke haribaanNya.
Maka, dalam penyerahan totalitas saya padaNya, saya ajukan padaNya daftar keinginan saya yang ingin Dia untuk menyetujuinya.
“Tuhan…,Inilah proposal mimpi-mimpiku..”
![]() |
| sumber foto :di sini |
Minggu, 18 Agustus 2013
Waiting 4 The Knight With The Shinning Armour..(1)
“Kapan lagi nih undangannya?”
“Jangan milih-milih…”
“Awas, jangan sampai terlangkah lho dengan adikmu. Ntar jadi
sulit jodoh…”
Kebal sudah kuping ini menerima ucapan semacam itu. apalagi
kalau lagi menghadiri undangan pernikahan teman. Saya yang semula percaya diri habis
untuk hadir ke pesta pernikahan sahabat, bisa jadi lunglai pulangnya karena
tidak tahan mendengar segala macam nasehat yang mampir ke telinga. Nasehat itu
datangnya dari kerabat ataupun juga dari teman-teman orang tua. Namun
begitupun, saya menyikapinya dengan mencoba berbesar hati dan pasang senyum di
bibir demi alasan sopan santun. Padahal di hati saya pengen teriak…,”Apa yang
salah dengan diri saya kalau saya memang milih-milih jodoh saya?”
Ya, saya akui saya memang pemilih dalam hal jodoh. Apa itu
salah? Ah.., pikiran saya jadi mengembara mengenai masalah pilih-pilih jodoh
ini.
Kamis, 01 Agustus 2013
Saat Putriku Bertanya...
![]() |
| poto pribadi rebellina |
Pertanyaannya cukup membuat aku tercenung sejenak, berpikir
untuk menjawab tapi bukan dengan asal jawab. Kemudian aku berkata padanya, " Kakak, walau pun kakak belum
balig, tetapi apa yang kakak lakukan saat ini seperti menanam bibit pohon yang terbungkus kulit yang keras. Bibit itu
akan tumbuh menjadi menjadi pohon membutuhkan waktu yang lama, karena dia harus
memecahkan dulu kulit pembungkusnya yang keras. Dan untuk itu butuh tanah yang
subur dan air yang cukup.
| Kakak N Adik. Photo Pribadi Rebellina |
Pohon Alpukat Pembawa Harapan..
![]() |
| Pohon Alpukat 2008 |
Setiap hari pohon alpukat itu kusirami dengan air bekas cucian beras dan ikan/daging. Tidak sampai setahun, pohon itu tumbuh subur dengan batang yang semakin besar dan cabang yang semakin rimbun. Halaman belakang yang gersang menjadi teduh dan menjadi tempat yang nyaman untuk kami sekeluarga mengisi hari libur dengan kegiatan luar ruang. Aku berkebun, suamiku berkutat dengan lepinya, dan anak-anak bermain ayunan dari sebilah papan yang diikat tali tambang di salah satu rantingnya yang kokoh.
Senin, 22 Juli 2013
Bermula Dari Alamanda
![]() |
| Alamanda, sumber foto: di sini |
Jengkel! Itulah yang kurasakan
pertama kali saat ibu mertua datang ke rumah dengan ‘setumpuk tanaman’.
Sebagian dalam pot, dan sebagian lagi dalam polibag. Terus terang, aku
tidak begitu tertarik dengan urusan tanam menanam kala itu. Wong kesibukan mengurus anak dan rumah tangga saja
sepertinya tidak ada habis-habisnya, boro-boro harus ngurusin tanaman. Tapi tentu saja tidak pantas aku menunjukkan
perasaanku kepada Nin, panggilankukepada Ibu Mertua. Jadilah dengan setengah hati aku menerima amanah harus mengurus tanaman yang sudah Beliau bawa jauh-jauh dari Serang.
“Biar
rumah kalian terlihat lebih indah dan asri. Rumah yang banyak tanamannya pasti indah dipandang
mata,” tutur Beliau.
Aku
manggut-manggut dengan pikiran lain yang berkecamuk di benakku. Duh…, bertambah
deh kerjaan dengan ngurusin tanaman.
Tapi tak kupungkiri kata-kata Nin benar. Setiap kali berkunjung ke rumah
Nin, selalu mata ini tertambat pada jejeran tanaman yang tumbuh subur dalam
pot-pot bunga yang di tata asri. Selain
terlihat indah, rasa teduh dan perasaan
tentram pun turut hadir di tengah suasana. “ Tapi Nin dan Aki khan sudah tidak
punya anak lagi buat diurusi,” bathinku ,mencari-cari alasan pembenaran
kejengkelanku terhadap titipan tanaman tersebut. Tetap saja akhirnya aku harus
menerima bahwa sekarang di rumah yang kami tempati , selain urusan keluarga ,
bertambah lagi beban yang harus kuurus. Setumpuk
tanaman hias dari Nin!
Selasa, 02 Juli 2013
Dengan al-Qur’an Kumenata Hidupku Kembali
(Curhatan seorang ibu korban child abuse )
Fenomena bullying akhir-akhir ini semakin banyak mencuat. Banyak
peristiwa tragis yang diakibatkan oleh bullying. Yang tidak kuat menghadapinya,
berakhir pada kasus yang menyedihkan, bunuh diri salah satunya. Sebagian mungkin
berhasil melewatinya, namun sebagian besar lainnya, akan membawa trauma akibat
bullying itu seumur hidupnya.
Saya, salah satu diantara korban bullying sejak kecil yang
tumbuh dalam trauma yang berkepanjangan. Tepatnya korban child abuse, karena
yang saya alami bukan sekedar bullying, tetapi lebih jauh dari itu. Tak
perlulah saya ungkapkan bagaimana dan siapa pelakunya, biar saja hanya Allah,
saya, dan beberapa orang yang saya percayai saja yang mengetahui hal ini. Tak
hanya kekerasan fisik yang pernah saya peroleh, tetapi juga kekerasan psikis
yang justru membenam kuat sampai ke alam bawah sadar saya. Trauma psikis itulah
yang menghantui saya sampai kini, bahkan setelah menjadi seorang ibu dari 4
anak-anak yang luar biasa.
Di tengah-tengah kepedihan saya sebagai korban dari child
abuse, saya masih beruntung diberi Allah
orang-orang yang melindungi dan mencintai saya sepenuh hati. Kakek saya yang
luar biasa cerdas dan teman diskusi yang asyik, nenek saya yang walau cerewet
namun sangat melindungi dan menyayangi saya, Tante Ana, Om Alex dan Pakde Nuang
saya. Mereka itulah sosok yang membuat saya bisa tegar menghadapi hidup.
Selasa, 25 Juni 2013
Pak, Saya lagi Hamil…
Peristiwa ini terjadi saat saya pulang ke Medan karena ada
urusan yang harus segera di selesaikan. Kondisi saya lagi hamil memasuki usia
kehamilan 3 minggu. Saya pulang sendiri. Suami tidak bisa menemani karena urusan
saya ini mendadak, dan dia tidak bisa
mengambil cuti dari kantornya. Jadilah saya sibuk ke sana kemari mengurus
persoalan ini sendirian.
Untuk memudahkan urusan, saya meminjam motor adik saya. Saya bolak balik ke Medan - Belawan
dengan naik motor. Nekad juga karena lalu lintas ke arah Belawan tersebut sangat padat dan dipenuhi
truk-truk besar yang seliweran menuju pelabuhan. Keder juga hati ini
sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi. Urusan yangn harus saya selesaikan sangat
mendesak untuk dituntaskan, dan saya sudah sangat ingin pulang kembali ke Bogor.
Jadi saya bela-belain deh berpanas-panas di bawah terik matahari jalan Medan –
Belawan agar urusan itu kelar.
Namun, yang membuat hati saya selalu was-was di jalan justru
kalau ada razia oleh Polantas. Sejak masih belum menikah, saya selalu tidak
beruntung kalau ada razia di jalan. Pasti kena stop Polisi. Ya jelaslah, wong
saya tidak pernah punya sim motor. Yang saya miliki justru Sim A. Untuk urusan ini mama saya sampai bilang,
“Wah, mama sudah seumur begini kalau bawa motor tidak pernah kena tilang. Kok
kamu selalu kena ya. Padahal mama tidak punya SIM lho..”
Minggu, 23 Juni 2013
The Haunted House: Siapa Yang Menemani Saya Nonton '' Mirror?'
| Photo Pribadi Rebellina |
Suatu malam, saya nonton film Indonesia, temanya horor pula. Sebenarnya, tayangan itu rerun, alias sudah diputar ulang, dan untuk yang ini pun sudah kali ke dua saya menontonnya. Tentunya ditemani suami dong.
Oh ya, film tersebut judulnya Mirror. Pemerannya, yang saya kenal cuma si Nirina Zubir. Menurut saya sih ceritanya tidak terlalu istimewa, tetapi karena seingat saya tidak ada tontonan lain yang asyik di nikmati dari layar tv, terpaksalah saya menonton ulang tayangan film ini.
Jumat, 21 Juni 2013
Mengambang...
Pernah mengalami ketindihan atau istilahnya erep-erep? Pastinya dari beberapa kalian pernah mengalaminya. Tetapi aku tidak. Aku belum pernah mengalami ketindihan seperti itu. Yang kualami, justru berbeda sekali. dan itu terjadi sejak aku kecil sampai aku duduk di SMA.
Aku tidak tahu apa istilahnya untuk menggambarkan apa yang kualami. Baiknya kukisahkan saja di sini. Siapa tahu, ada yang mempunyai pengalaman serupa, dan bisa memberiku jawaban.
Aku tidak tahu apa istilahnya untuk menggambarkan apa yang kualami. Baiknya kukisahkan saja di sini. Siapa tahu, ada yang mempunyai pengalaman serupa, dan bisa memberiku jawaban.
Minggu, 16 Juni 2013
THE X-FILES 1: TUYUL??
![]() |
| sumber poto di sini |
MG (makhluk gaib) yang satu ini menurut cerita para tetua di kampung kami berasal dari jenazah bayi yang meninggal sebelum sempat menyusu dari ibunya. Maksudnya, mayat bayi tersebut hanyalah sarana bersemayamnya jin tuyul yang melakukan perjanjian dengan manusia yang tersesat (demi menjadi kaya mendadak). Tentu saja untuk jasanya, akan ada bayaran yang harus ditunaikan oleh si manusia yang melakukan perjanjian. Bentuknya bisa jadi berupa tumbal, kadang berupa nyawa dari keturunan si pelaku.
Sabtu, 15 Juni 2013
Bukan Sekedar Halal, Tetapi Juga Berkah...
| di bawah rindang Alpukat Rebellina |
Namun, semua itu kini hampir tidak bisa lagi kami lakukan. Sebabnya, bau menyengat dari kotoran ayam milik tetangga sebelah rumah. Walau dibatasi tembok setinggi 2 meter, bau itu tetap sangat mengganggu. Apalagi semenjak tembok belakang rubuh karena kontruksi pembangunannya yang tidak beres, halaman belakang sudah tidak nyaman lagi bagi kami untuk tempat berkumpul. Bukan hanya bau busuk menyengat, tetapi juga lalat-lalat yang menjijikkan pun membuat kami harus selalu menutup pintu belakang. Sungguh, 2 tahun sampai kini kami kehilangan udara segar pagi hari, semilir angin yang biasa kami nikmati kala hari menjelang senja, bahkan hangatnya sinar mentari pagi. Plus, hobi berkebunku yang mau tak mau menjadi terbengkalai karena bau busuk kotoran ayam ini.
| penampakan kandang ayam. poto Rebellinasanty |
Kalau cuma memelihara ayam beberapa ekor saja sih tidak akan menimbulkan bau busuk mengganggu ini. Tetapi masalahnya, memelihara ayam ini untuk skala bisnis menengah, dan jumlahnya di atas 500 ekor. Pastinya memang ada aturan khusus yang mengatur soal tempat memelihara hewan untuk usaha. Yang aku pelajari dulu waktu sekolah adalah dilarang mendirikan kandang hewan di belakang rumah, karena tidak baik untuk kesehatan. Apalagi hewan untuk usaha. Tetapi, itu tidak berlaku di sini, di daerah tempatku tinggal.
Jumat, 14 Juni 2013
Si Ungu Cantik Pencegah Kanker (Ipomea Batatas Poiret)
Lagi belanja di pasar tradisional, mata ini langsung tertambat pada tumpukan ubi jalar di salah satu lapak pedagang. Dan salah satu jenis ubi jalar yang dijual adalah ubi jalar ungu. Benar-benar ungu, baik kulitnya sampai isinya.
Ahai..., saya memang suka dengan ubi jalar atau kalau orang Medan bilang ubi rambat. Selain rasanya yang manis legit. Ubi rambat ini juga mengingatkan saya pada orang yang saya sayangi (missed you much Grandpa). Kenangan saat makan ubi rambat ungu rebus bersama beliau saat saya masih kecil, sangat membekas. Dengan telatennya beliau akan mengupaskan kulit luar ubi ungu ini untuk saya, dan meniup-niup asap panas yang masih mengepul dari ubi ini agar saya yang sudah tak sabaran ini bisa segera memakannya.
Terus terang, itu terakhir saya melihat ubi rambat ungu (yang benar-benar ungu ya). Sampai besar dan kemudian menikah, ubi ungu itu tidak pernah terlihat lagi di depan mata. Entah mama yang tidak pernah membelinya, ataukah memang ubi ungu sudah sulit ditemukan. Setelah menikah, saya berkali-kali cari di pasar, dan nanya ke penjual ubi jalar, namun tidak pernah ketemu. Yang ada ubi rambat putih,kuning, oranye, merah dan yang kulitnya berwarna putih tetapi isinya berwarna keunguan. Atau sebaliknya, kulitnya berwarna ungu tapi isinya malah putih. yang benar-benar ungu baik isi dan kulitnya, hanya bisa saya lihat di tv, itu pun baru sekitar 2 tahun terakhir. Makanya, begitu melihat ada ubi rambat ungu yang di jual, saya langsung mampir dan membelinya.
![]() |
| Sumber foto, di sini |
Ahai..., saya memang suka dengan ubi jalar atau kalau orang Medan bilang ubi rambat. Selain rasanya yang manis legit. Ubi rambat ini juga mengingatkan saya pada orang yang saya sayangi (missed you much Grandpa). Kenangan saat makan ubi rambat ungu rebus bersama beliau saat saya masih kecil, sangat membekas. Dengan telatennya beliau akan mengupaskan kulit luar ubi ungu ini untuk saya, dan meniup-niup asap panas yang masih mengepul dari ubi ini agar saya yang sudah tak sabaran ini bisa segera memakannya.
Terus terang, itu terakhir saya melihat ubi rambat ungu (yang benar-benar ungu ya). Sampai besar dan kemudian menikah, ubi ungu itu tidak pernah terlihat lagi di depan mata. Entah mama yang tidak pernah membelinya, ataukah memang ubi ungu sudah sulit ditemukan. Setelah menikah, saya berkali-kali cari di pasar, dan nanya ke penjual ubi jalar, namun tidak pernah ketemu. Yang ada ubi rambat putih,kuning, oranye, merah dan yang kulitnya berwarna putih tetapi isinya berwarna keunguan. Atau sebaliknya, kulitnya berwarna ungu tapi isinya malah putih. yang benar-benar ungu baik isi dan kulitnya, hanya bisa saya lihat di tv, itu pun baru sekitar 2 tahun terakhir. Makanya, begitu melihat ada ubi rambat ungu yang di jual, saya langsung mampir dan membelinya.
Sabtu, 08 Juni 2013
The Memory Of Jimboo
![]() |
| seperti inilah kira-kira wujud fisik Jimboo. hanya saja bulunya lebih coklat. sumber foto: Google |
Lolongan itu terdengar begitu sedih, bukan seperti lolongan yang sering digambarkan dalam cerita atau pun film-film spooky. Dan lolongan itu mengikuti panggilan azan yang dikumandangkan lewat pengeras suara. Begitu azan usai,lolongan itu pun berhenti. Aneh,ya.
Selasa, 21 Mei 2013
Bersedekah Tak Harus Menunggu Kaya
“Kalau kaya, kita akan lebih mudah beramal sholih, misalnya bersedekah......”
Beberapa waktu yang lalu, wacana sejenis ini wara wiri di
laman fesbuk, di posting beberapa orang
dalam waktu yang hampir bersamaan, walau tidak seratus persen sama redaksinya. Latar belakangnya, ketika itu ramai
diperbincangkan gaya hidup hedonis
anggota DPR . Dan pihak-pihak yang gerah tergerak untuk ramai-ramai
memberi opini untuk menjustifikasi bahwa menjadi kaya itu sangat perlu. Lengkap
juga dengan kutipan dalil dan contoh kehidupan sahabat nabi.
Saya tidak
ingin membahas tentang gaya hidup hedonis orang lain. Apalagi dari mana sumber
uang yang di dapatnya untuk bisa bergaya hidup mewah tersebut. Logika saya hanya terusik saat wacana itu (saat merebaknya) demikian
menekankan betapa pentingnya untuk menjadi kaya, karena dengan kaya bisa
berbuat kebaikan dan amal sholih lebih besar. Pendapat seperti ini selaras
dengan yang tercantum dalam al-Qur’an surat At Taubah; 75 , “Dan di antara
mereka ada orang yang berikrar kepada Allah:"Sesungguhnya jika Allah
memberikan sebahagian dari karunia-Nya kepada kami, pasti kami akan bersedekah
dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh".
Sedemikian pentingnya untuk menjadi kaya
sehingga meghalalkan segala cara, bukan juga cara yang baik untuk dilakukan. Apalagi
untuk ditiru. Bahkan bisa jadi kekayaan itu malah jadi bumerang buat
pemiliknya, karena apa pun yang diberikannya dengan alasan amal sholih, akan
tertolak kalau sumbernya tidak halal.
Lalu, kalau tidak kaya, bagaimana dong? Enggak bisa beramal
shalih, tidak bisa bersedekah, tidak bisa bangun mesjid de el el...
Senin, 20 Mei 2013
Saat Maut Menjemput….
Panggil namanya Pak Kliwon (nama samaran). Sosoknya kurus
kecil, dan berkulit hitam. Rambutnya selalu disisir klimis dengan minyak rambut
cap Mandom ( aku hafal betul baunya,
karena kakekku juga pakai Mandom). Dan kalau berpakaian rapih sekali,
menampakkan bekas lipatan strikaan pada celana panjangnya. Penampilan Pak
Kliwon sebenarnya biasa saja, seperti orang yang lainnya. Tapi yang tidak biasa
adalah tatapan matanya yang mencorong
dingin, ditambah sikapnya yang tidak hanya dingin tetapi juga kaku terhadap orang lain. Pak
Kliwon pelit akan kata-kata. Apalagi terhadap
anak-anak, seperti padaku yang mengenalnya sejak usia 6 tahun . Aku
pernah terbirit-birit kabur dari hadapannya saat dengan mata mencorongnya dia
menegurku yang masuk ke bagian tengah rumahnya tanpa sengaja.
Aku tahu Pak Kliwon ini karena nenekku dan mamaku menyewa masing-masing sepetak kamar di belakang rumah mereka. Beliau kerja di suatu perusahaan perkebunan.
Istrinya dipanggil dengan Nek Wiji (nama samaran juga). Kalau Nek Wiji lumayan
ramah terhadap siapa pun, berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Pak
Kliwon. Rumah yang kami tempati itu termasuk rumah tua, dibangun sekitar tahun
1960-an dan bisa dibilang rumah paling
tua di jalan P tempat aku tinggal di Medan .
Kamis, 16 Mei 2013
Kekayaan Materi Bukanlah Ukuran Tuhan Menyayangimu Lebih
Wah panjang juga judulnya ya. Tapi tidak apa-apalah, habis susah juga mau cari judul yang menggambarkan isi hati saya
Tulisan ini terinspirasi dari bincang-bincang saya dengan salah satu anggota keluarga. Tepatnya pembicaraan satu arah, karena yang ngomong melulu adalah orang yang dituakan dalam keluarga besar kami. Dan saya, karena alasan kepatutan dan etika, lebih memilih diam dengan gempuran emosi di dada yang berusaha saya redam sekuat mungkin.
Bagaimana redaksional pembicaraan satu arah itu tidak usahlah saya tuliskan. Intinya, sang pembicara menekankan berkali-kali, bahwa Tuhan demikian sayangnya pada beliau, dibuktikan oleh kelimpahan materi yang dimiliki oleh beliau saat ini. Dan sebaliknya, bila rejeki masih seret, maka harus banyak-banyak introspeksi diri, jangan-jangan yang bersangkutan penuh dosa dan Tuhan sedang murka pada yang bersangkutan.
Saya setuju pada kata beliau soal harus introspeksi diri. Dan itu berlaku bagi siapa pun, di mana pun, tak peduli berapa banyak materi yang dimiliki, atau kere sekalipun. Lalu, apakah bentuk wujud sayang Tuhan pada hambaNya adalah harus selalu dalam bentuk kelimpahan materi? Apakah juga orang yang sholih mudah terlihat karena hartanya yang melimpah sebagai ‘hadiah’ dari Tuhan karena ke sholihannya dan sebaliknya, yang miskin harta adalah para pendosa di hadapan Tuhannya Wah…, kalau begitu manusia akan mudahnya mengkotak-kotakkan ke shalihan seseorang berdasarkan berapa banyak harta yang dia miliki dong. Hmmm…, untuk hal ini saya katakan tidak setuju. Baik dari sisi pembahasan logika, maupun dari sisi agama.
Tulisan ini terinspirasi dari bincang-bincang saya dengan salah satu anggota keluarga. Tepatnya pembicaraan satu arah, karena yang ngomong melulu adalah orang yang dituakan dalam keluarga besar kami. Dan saya, karena alasan kepatutan dan etika, lebih memilih diam dengan gempuran emosi di dada yang berusaha saya redam sekuat mungkin.
Bagaimana redaksional pembicaraan satu arah itu tidak usahlah saya tuliskan. Intinya, sang pembicara menekankan berkali-kali, bahwa Tuhan demikian sayangnya pada beliau, dibuktikan oleh kelimpahan materi yang dimiliki oleh beliau saat ini. Dan sebaliknya, bila rejeki masih seret, maka harus banyak-banyak introspeksi diri, jangan-jangan yang bersangkutan penuh dosa dan Tuhan sedang murka pada yang bersangkutan.
Saya setuju pada kata beliau soal harus introspeksi diri. Dan itu berlaku bagi siapa pun, di mana pun, tak peduli berapa banyak materi yang dimiliki, atau kere sekalipun. Lalu, apakah bentuk wujud sayang Tuhan pada hambaNya adalah harus selalu dalam bentuk kelimpahan materi? Apakah juga orang yang sholih mudah terlihat karena hartanya yang melimpah sebagai ‘hadiah’ dari Tuhan karena ke sholihannya dan sebaliknya, yang miskin harta adalah para pendosa di hadapan Tuhannya Wah…, kalau begitu manusia akan mudahnya mengkotak-kotakkan ke shalihan seseorang berdasarkan berapa banyak harta yang dia miliki dong. Hmmm…, untuk hal ini saya katakan tidak setuju. Baik dari sisi pembahasan logika, maupun dari sisi agama.
Rabu, 15 Mei 2013
Suburkan Tanaman Dengan Pupuk Organik Dari Dapur
Tidak ada yang lebih diinginkan para pecinta tanaman selain melihat tanamannya tumbuh subur. Daun-daun yang hijau mengilat, kuntum bunga yang mekar sempurna, atau untuk tanaman buah tentunya menghasilkan buah yang baik mutunya. Tentunya semua itu tidak diperoleh dengan begitu saja membiarkan tanaman tumbuh apa adanya. Pastinya harus ada perawatan sesuai karakteristik tanaman.
Tidak semua tanaman bisa diperlakukan sama. Ada tanaman yang hanya bisa tumbuh dalam air. Contoh seperti ini adalah teratai. Ada pula yang butuh sinar matahari penuh dan penyiraman yang cukup dilakukan seminggu sekali. Untuk tanaman hias jenis ini kalau lagi musim hujan, lebih baik ditempatkan terlindung dari limpahan air hujan. Contoh jenis tanaman hias ini adalah salah satunya Kamboja Jepang (Adenium) dan Euphorbia. Ada pula jenis tanaman yang akan tumbuh subur di bawah naungan, atau tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Contoh tanaman jenis ini adalah Sri Rejeki, Sirih, dan banyak lagi. Sedangkan untuk tanaman berbatang keras dan menghasilkan buah, umumnya harus terkena matahari secara penuh, setidaknya selama 6 jam untuk bisa berbuah kelak.
Walau untuk perawatan tanaman dibedakan berdasarkan jenis dan karakteristiknya, namun satu hal yang menjadi persamaannya, yakni, semua tanaman membutuhkan nutrisi untuk mereka bisa tumbuh. Nutrisi bagi tanaman diperoleh dari unsur hara yang terdapat di dalam tanah tempat tanaman itu tumbuh. Nutrisi juga bisa diperoleh dari air . Namun bila kandungan nutrisi di dalam media tempat tanaman itu tumbuh tidak mencukupi , maka pemberian nutrisi berupa pupuk harus dilakukan.
Pupuk yang ada sekarang ini banyak macamnya. Ada yang sifatnya kimiawi, dan ada pula yang organic. Penggunaannya pun di beda-bedakan, untuk pertumbuhan batang dan daun, untuk pembungaan, bahkan ada untuk percepatan pembuahan, sehingga tanaman buah bisa dipanen di luar musim. Harga pupuk yang di pasaran saat ini bervariasi, tergantung merek dan jenisnya. Dan pupuk di pasaran harganya cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Selaras dengan kampanye go green yang semakin digencarkan, bagi para pecinta tanaman dan juga pecinta lingkungan, selayaknya merubah pola pikirnya untuk segera beralih ke pupuk yang ramah lingkungan. Pupuk organic bisa menjadi pilihan. Namun harganya yang cukup lumayan terkadang menjadi kendala bagi para pecinta tanaman. Apalagi kalau jumlah tanamannya tidak sedikit.
Namun jangan khawatir. Pupuk organic bisa kita buat sendiri. Salah satunya adalah pupuk organic cair, yang cara pembuatannya pernah saya posting di blog ini sebelumnya. Namun tak hanya pupuk organic cair saja yang bisa menyuburkan tanaman , beberapa bahan-bahan yang akrab kita gunakan di dapur, ternyata sangat bermanfaat untuk tanaman. Mau tahu apa saja bahan-bahan di dapur yang bis amenyuburkan tanaman? Berikut ini paparannya.
Selasa, 14 Mei 2013
Perjanjian Pranikah,Perlukah?
![]() |
| Sumber foto: www.huffingtonpost.com |
Ada yang menarik perhatian saya saat membaca berita terkait perceraian salah satu artis senior yang sudah kurang lebih 17 tahun menikah. Yakni masalah harta gono gini yang ternyata telah dibuatkan perjanjian sebelumnya, yakni perjanjian pranikah atau Prenuptial Agreement. Lalu, apa sih perjanjian pranikah tersebut dan bagaimana hukumnya di Indonesia?
Temukan Passionmu (Kembali)
Saat kita kecil, kalau ditanya cita-cita, pastilah beragam jawabnya. Namun jarang ada yang konsisten dengan satu cita-cita, sampai kemudian mewujudkannya saat dewasa. Saya termasuk di dalamnya. Tidak konsisten dan selalu berganti cita-cita. Waktu SD, kalau ditanya apa cita-citanya, maka akan dengan lantang menjawab, ingin menjadi guru. Belum sampai tamat SD, sudah berganti lagi, mau jadi sarjana hukum. Waktu SMP, mengambang, tidak jelas mau jadi apa. Mungkin karena saat itu saya masuk dalam zona labil, alias beradaptasi dengan perubahan diri yang memasuki masa baligh. Lalu SMA, nah ini dia…, di sini saya terus terang kesulitan menentukan pilihan mau masuk jurusan apa, karena saya termasuk type yang banyak maunya. Susahnya, saat saya membutuhkan banyak masukan dan bimbingan untuk pilihan ke depannya, orangtua saya malah menyerahkan sepenuhnya kepada saya. ..
Jadilah saya masuk A3, mungkin sekarang namanya IPS, lalu lanjut kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Fisip. Niatnya sih mau jadi diplomat, atau setidaknya jurnalis. Selain karena suka nulis, tujuan lainnya adalah bisa jalan-jalan. Dan gratis! (karena tugas, itu impian saya sih…) Tapi apa daya, saya tak sempat menyicipi profesi impian saya. Malah dengan seijin Yang Kuasa, saya jadi wirausahawan kecil-kecilan. Namun niat jalan-jalan gratis kesampaian. Walau cuma beberapa tempat saja.
Tapi jujur, sampai titik itu saya belum menemukan passion saya. Walau secara materi saat itu lebih dari cukup, serasa masih ada yang kurang. Ada ruang kosong di hati. Saya seperti masih mencari-cari, sesuatu yang bisa saya kerjakan dengan senang hati, dan tak melulu soal materi.
Senin, 13 Mei 2013
Mengapa Anak Semakin Mudah Berbuat Kriminal?
![]() |
| ilustrasi dari Google |
Kekerasan yang pelakunya
anak-anak, demikian marak akhir-akhir ini. Miris rasanya membaca berita atau
menontonnya lewat televisi, bagaimana bocah-bocah yang harusnya masih polos
tersebut, sudah sanggup melakukan tindak kriminal, mulai dari pencurian, pemerkosaan, bahkan
pembunuhan keji. Seperti baru-baru ini, ramai diberitakan pembunuhan oleh
seorang bocah usia 8 tahun terhadap temannya yang masih berusia 6 tahun hanya
karena hutang seribu rupiah. Cara pembunuhannya pun tergolong sadis untuk
seusianya, yakni dengan membenamkan korban ke dalam air berulang kali sampai
korban akhirnya tewas.
Maraknya kasus kriminal di mana
pelaku dan korban adalah anak-anak, menunjukkan bahwa kondisi kehidupan sosial
keluarga dan masyarakat sudah di luar kenormalan. Fungsi keluarga, kontrol
masyarakat , dan aturan hukum untuk melindungi anak-anak ini semakin
melemah. Penyelesaian masalah ini bukan
hanya sekedar mengganjar pelaku dengan hukuman seberat-beratnya, karena di satu
sisi mereka masih anak-anak, namun memerlukan perubahan 180 derajat pada
tatanan kehidupan sosial masyarakat.
Minggu, 12 Mei 2013
Puding Marmer Pepaya
| panen pepaya dari halaman |
Setiap hari saya panen buah pepaya matang. Tidak jarang sekali panen, saya sampai harus memetik 3 buah pepaya, karena sudah matang pohon. Lama-lama buah pepaya yang saya panen numpuk di kulkas, karena antara kecepatan memakan buah pepaya segar dengan hasil panennya tidak selaras. Mau dibagi-bagi ke tetangga, kok rasanya kurang tepat. Soalnya tetangga kanan kiri depan belakang semuanya juga memiliki pohon pepaya dan juga sedang berbuah.
Pohon pepaya memang
dikenal gampang tumbuh dan gampang berbuah. Buahnya yang matang selalu
mengundang selera untuk menyantapnya saat segar. Apalagi kalau disantap dalam
keadaan dingin. Hmmm, yummy. Tetapi kalau setiap hari? Wah bisa bosan juga.
Mengakalinya adalah menyajikan pepaya
dalam bentuk lain pada keluarga. Browsing sana sini, akhirnya ketemulah
resepnya, menyesuaikan dengan bahan-bahan yang ada di rumah. Pilihan saya jatuh
pada resep berikut ini, plus cara pembuatannya.
Paparan Singkat Pepaya dan Manfaatnya
| pepaya dari kebun milik sendiri |
Siapa
yang tak kenal pepaya? Buah satu ini hampir bisa dipastikan sangat akrab dengan
keluarga Indonesia. Bahkan anak-anak pun tidak sulit mengenali buah yanga satu
ini, terlepas dari mereka menyukainya atau tidak. Selain cita rasanya
rasanya yang manis dan menyegarkan, bentuk buahnya yang khas, dan pohonnya yang
bisa dijumpai di mana saja, memudahkan semua orang untuk mengenal jenis buah
yang kaya manfaat ini.
Buah pepaya diketahui memiliki kandungan vitamin C melebihi
jeruk. Dalam 100 gram pepaya, terkandung 78mg vitamin C, sedangkan jeruk hanya
dalam berat yang sama hanya 49mg. Satu-satunya buah yangkandungan vitamin C-nya
mengalahkan pepaya adalah jambu biji, yakni sebanyak 87 mg per 100 gr. Tidak
hanya itu, kandungan Vitamin A-nya lebih banyak daripada wortel, serta kaya
pula dengan vitamin B kompleks dan vitamin E
Pohon pepaya (Carica papaya L ), sama halnya seperti pohon kelapa,
dikenal mempunyai banyak manfaat . Mulai dari akar, bunga, daun, bahkan
getahnya, semua bisa dimanfaatkan. Apakah itu sebagai sumber gizi, atau untuk
pengobatan herbal dari berbagai penyakit. Ini karena lebih dari 50 asam
amino yang terkandung di dalamnya.
Berikut
ini paparan singkat tentang manfaat pepaya.
Minggu, 07 April 2013
Cara Membuat Pupuk Organik Cair
Di sekitar tempat tinggalku ini banyak tumbuh pohon jambu biji,
karena merupakan salah satu sentra penghasil buah yang kaya vitamin C ini. Saat
lagi musim, buahnya yang sudah terlalu matang
banyak bertebaran di tanah. Selama ini kalau aku lagi lewat dan melihat
buah-buah tersebut, selalu terbersit rasa ‘sayang’, dan bagaimana cara
memanfaatkan buah yang sudah tak terpakai tersebut. Kebetulan, aku pernah menonton tayangan cara membuat
pupuk organic cair di salah satu tv swasta. Klop deh, pikirku. Bahan ada, cara
membuat juga tidak ribet, di tambah aku pun memang mempunyai beberapa tanaman
hias dan tanaman buah yang memang membutuhkan pupuk. Tinggal action nya saja.
| halaman belakang Rebellina |
1 kg buah jambu biji yang sudah tak terpakai (busuk/terlalu
matang), di blender (halus atau kasar tidak terlalu masalah. Tapi aku memilih
halus supaya pupuk cairnya lebih beraroma buah tersebut). Buah Jambu bisa
diganti dengan sisa buah apa saja.
200 gr gula pasir
3 liter air tanah/air sumur
Karung beras
Tong/wadah yang mempunyai tutup
Cara membuat:
The Haunted House : She is singing with me…
![]() |
| ilustrasi |
Rumah yang kami kontrak ini tidak begitu besar. Cuma terdiri
dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tamu sekaligus ruang keluarga, dapur
kecil, dan gudang kecil yang beersebelahan dengan kamar ke dua. Kami hanya
memakai kamar pertama yang lumayan luas, sedangkan kamar ke dua, dibiarkan
kosong, karena Putri yang masih 7 bulan saat itu masih tidur dengan kami.
Jumat, 05 April 2013
Roti Perancis Ala Bunda..
Lama tak bersentuhan dengan peralatan baking karena keasyikan menulis dan berkebun. Hasrat itu muncul lagi saat kemarin, Kamis, kita sedang puasa sunnah. Putri saya yang sulung (9 tahun) dan adiknya (5 tahun) minta dibangunkan sahur dan ikut puasa sunnah. Memang mereka sudah saya biasakan untuk berpuasa sejak kecil, bahkan si sulung saat usia 4 tahun puasa pertamanya di bulan ramadhan poll (penuh) tanpa ada ketinggalan, dan si adiknya yang 5 tahun puasa ramadhannya hanya kecolongan 1 hari karena panas (saat puasa ramadhan pertamanya, adik berusia 4,5 tahun).
Jadilah Kamis kemarin itu kami berempat, saya, suami dan dua putri kami puasa sunnah. Untuk menyemangati mereka, saya menjanjikan akan membuat kue atau roti sebagai pembuka hidangan berbuka nantinya.
"Bunda memang sudah lama ya tidak bikini kita kue," ajuk Si Sulung mendukung niat saya tersebut "Iya, nanti aku bantuin ya, Bun" timpal Si Adik dengan semangat.
Memang, saya sudah lama tidak membuatkan mereka cake atau roti yang dipanggang. Biasanya dulu saya rajin membuatkan mereka cup cake, atau pun pizza kegemaran mereka. Tetapi semenjak perhatian saya tersita untuk menulis kembali dan berkebun, hobi saya yang lain (baking) terabaikan. Sungguh sulit membagi waktu untuk semua hal. Tapi kali ini saya menguatkan tekad untuk memenuhi janji saya pada putri-putri saya.
Sampai jam 2 siang saya masih belum tahu mau membuat apa. Buka box persediaan bahan makanan, semua bahan dasar yang dibutuhkan ada. Terigu, telur, gula, dan margarin. Tinggal aksi saja sebenarnya. Mau buka-buka kumpulan resep kok rasanya malas banget. Ingin buat roti, duhh..., prosesnya itu lho. Lama. Berdasarkan pengalaman dari mulai adonan, sampai siap santap, butuh waktu minimal 3 jam. Tetapi, semua anakku suka roti. Akhirnya, saya putuskan untuk membuat roti juga dan mengalahkan rasa malas saya. Saya hitung waktunya pas nanti selesai mendekati waktu berbuka. Masalah lainnya muncul lagi, jenis roti yang mana nih?
Pilihan jatuh pada Roti Perancis atau French Bread. Sesuai namanya, roti ini berasal dari Perancis, panjang roti umumnya sekitar 40 cm dengan diameter 5 cm. Permukaan roti keras dan pori-porinya besar. Saya suka roti jenis ini karena bisa dipakai buat roti pizza, kesukaan anak-anak. Bisa juga dioles selai coklat, atau di cocol dengan saus sambal sebagai teman minum kopi. Dan yang pasti, membuatnya supeer gampang, tidak seperti roti lainnya. Saya tidak perlu menguleninya sampai elastis. cukup sampai kalis saja. (Salah satu yang bikin saya malas bikin roti adalah proses pengulenannya harus sampai elastis. Bikin pegel tangan). Tapi soal elastis ini versi saya lho. Oh ya resep saya dapat dari googling (Crazy Pastry Ideas), dan telah saya modifikasi. Berikut resep Roti Perancis ala saya
Rabu, 03 April 2013
Menjadi Penulis Yang Rendah Hati… (di Dunia Maya)
Saya sungguh
beruntung bisa tahu dan bergabung dalam
suatu komunitas yang berisikan ibu-ibu hebat yang jago menulis. Sebagai seorang yang masih sangat dangkal
ilmunya, dan ingin menjadi seperti
mereka, saya pun dengan semangat belajar meminta pertemanan melalui jejaring sosial
pada beberapa ibu penulis tersebut. Saya katakan ibu-ibu penulis karena sudah teruji dengan
hasil tulisannya, baik yang sering mejeng di media cetak, sering menang
lomba blog, ataupun yang menelurkan buku
. Berteman dengan ibu-ibu hebat, sedikit
banyak pastilah bias memberikan kontribusi positif buat saya yang cetek ilmu
menulis ini. Begitu pikir saya.
Pada beberapa
postingan status teman penulis, saya memilih menjadi silent reader . Namun tak
jarang juga saya ikut memberi komentar ,
yang lainnya paling saya beri tanda like.
Selama 2 tahun bergaul dengan
teman-teman penulis dari suatu komunitas ini, saya belajar beberapa hal.
Ternyata di dunia ibu-ibu penulis, ada
dua kategori penulis yang menurut saya terlihat jelas, yakni penulis yang
rendah hati, dan penulis yang sebaliknya,
alias sombong. Kenapa saya bisa katakan begitu?
Rabu, 27 Maret 2013
Cerita tentang Banana Musa Ornata Pink..
![]() |
| photo pribadi rebellina |
Saat aku pulang ke Bogor di akhir Juli 2011 tersebut, Papa dengan antusias membawakanku anak pisang ini setelah sebelumnya bersusah payah mencangkulnya untuk memisahkannya dari pohon induknya. Perjalanan kami pulang kembali ke Bogor lewat darat (karena kami naik mobil) selama hampir 1 minggu, sempat membuatku khawatir pohon pisang ini akan mati saat tiba di Bogor. Syukurlah, walau sempat mengalami stress, pohon pisang ini bertahan hidup sampai sekarang.
Sejak ditanam sampai kini, pohon ini telah dua kali berbunga (seperti dalam photo). Tepatnya ini adalah generasi yang kedua setelah generasi pertama yang kubawa mati (setelah berbunga). Bunga dari pohon yang pertama, tidak begitu bagus hasilnya. Mungkin karena tempatnya ditanam kurang cocok, agak ternaungi pohon lainnya . Setelah dipindah tempatkan, kini pohon pisang yang bernama latin Banana Musa Ornata ini berbunga lumayan bagus, walau belum optimal menurutku.
Aku tahu nama latin tanaman hias ini setelah searching di Google. Pisang jenis ini memang ditanam bukan untuk buahnya, tetapi sebagai tanaman hias karena bunganya yang berwarna menarik. Ada lebih dari 50 spesies variasi dari tanaman yang masuk family Musacea ini, diantaranya Abyssinian, Siam Yellow Banana, African Red, Milky Way, Mannii, Becarrii, Macro, Royal Purple , Royal Ruby, Royal Pink, Sumatrana (Zebrina), Bronze Banana dan Musa Velutina.
![]() |
| poto pribadi rebellina |
Pohon pisang jenis ini mempunyai ketinggian sekitar 0.5 meter. Pelepah dan daun pisang ini lebih kecil. Ia juga mengeluarkan jantung dan berbunga tetapi kebanyakannya tidak menghasilkan buah. Hampir semua jantung pisang musa ornata keluar secara tegak, tidak seperti pisang biasa. Ada juga jenis pisang ini yang berbuah tetapi buahnya tidak bisa dimakan.
Bukan semata nilai estetikanya saja yang membuatku suka berlama-lama memandang pohon pisang ini dari jendela. Ada kenangan yang tentang papaku yang bersusah payah menggali tanaman ini dan membawakannya untuk kami. Bagiku, itu wujud perhatiannya pada kami. Ada juga kisah sedih dibaliknya, yakni saat seseorang kerabat dekat mencibir keberadaan pohon ini dan menganggapnya cuma pohon pisang hias yang tak berarti. Mungkin, bagi orang tersebut, keberadaan pohon pisang hias itu tidak sebanding dengan tanaman mahal yang dipunyainya. Tetapi bagiku, pohon pisang ini mengingatkanku akan rasa sayang dan perhatian papa terhadap putri sulungnya. Dan aku bertekad, pohon pisang ini akan terus tumbuh di halamanku dengan suburnya. Tentu, karena aku merawatnya dengnan cinta, dan karena ada cinta yang terpancar dari indah warna bunganya...
Bogor, 27 Maret 2013
| Papa, with Zulfikar 2011 |
I Missed You Dearest Papa
with Love
Bogor, 20 September 2014
Rabu, 13 Maret 2013
Prasangka
Tahun 2000-an
Perempuan di hadapanku itu duduk dengan cara yang sedikit tidak sopan, menurutku. Kakinya agak dilebarkan, sedikit mengangkang, walau memakai celana denim, tetap saja tidak elok di mata. Jemari tangan kanannya mengapit sebatang rokok yang mengepulkan asap rokok yang membentuk lingkaran-lingkaran dari mulutnya. Aku tidak mengenalnya, karena ketika aku memilih duduk di bawah tenda bulat ini sambil menunggu giliranku belajar menyetir mobil, dia sudah terlebih dulu ada di sana. Tebakanku, dia masih terkait hubungan keluarga dengan pemilik usaha belajar menyetir mobil dimana aku saat itu terdaftar sebagai salah satu pesertanya.
"Rokok..."katanya sambil mengangsurkan sebungkus kotak rokok berwana putih ke hadapanku.
"Maaf, saya tidak merokok," jawabku sopan. Aku tidak tahu dari mana datang ke pikirannya bahwa aku seorang perokok. Apa mungkin penampilanku saat itu, dengan baju ketat menampakkan bahu dan lengan mulus dipadankan celana denim berwarna hitam yang membuatnya berfikir aku seorang perokok?
![]() |
| prasangka ,credit |
Perempuan di hadapanku itu duduk dengan cara yang sedikit tidak sopan, menurutku. Kakinya agak dilebarkan, sedikit mengangkang, walau memakai celana denim, tetap saja tidak elok di mata. Jemari tangan kanannya mengapit sebatang rokok yang mengepulkan asap rokok yang membentuk lingkaran-lingkaran dari mulutnya. Aku tidak mengenalnya, karena ketika aku memilih duduk di bawah tenda bulat ini sambil menunggu giliranku belajar menyetir mobil, dia sudah terlebih dulu ada di sana. Tebakanku, dia masih terkait hubungan keluarga dengan pemilik usaha belajar menyetir mobil dimana aku saat itu terdaftar sebagai salah satu pesertanya.
"Rokok..."katanya sambil mengangsurkan sebungkus kotak rokok berwana putih ke hadapanku.
"Maaf, saya tidak merokok," jawabku sopan. Aku tidak tahu dari mana datang ke pikirannya bahwa aku seorang perokok. Apa mungkin penampilanku saat itu, dengan baju ketat menampakkan bahu dan lengan mulus dipadankan celana denim berwarna hitam yang membuatnya berfikir aku seorang perokok?























