“Kalau kaya, kita akan lebih mudah beramal sholih, misalnya bersedekah......”
Beberapa waktu yang lalu, wacana sejenis ini wara wiri di
laman fesbuk, di posting beberapa orang
dalam waktu yang hampir bersamaan, walau tidak seratus persen sama redaksinya. Latar belakangnya, ketika itu ramai
diperbincangkan gaya hidup hedonis
anggota DPR . Dan pihak-pihak yang gerah tergerak untuk ramai-ramai
memberi opini untuk menjustifikasi bahwa menjadi kaya itu sangat perlu. Lengkap
juga dengan kutipan dalil dan contoh kehidupan sahabat nabi.
Saya tidak
ingin membahas tentang gaya hidup hedonis orang lain. Apalagi dari mana sumber
uang yang di dapatnya untuk bisa bergaya hidup mewah tersebut. Logika saya hanya terusik saat wacana itu (saat merebaknya) demikian
menekankan betapa pentingnya untuk menjadi kaya, karena dengan kaya bisa
berbuat kebaikan dan amal sholih lebih besar. Pendapat seperti ini selaras
dengan yang tercantum dalam al-Qur’an surat At Taubah; 75 , “Dan di antara
mereka ada orang yang berikrar kepada Allah:"Sesungguhnya jika Allah
memberikan sebahagian dari karunia-Nya kepada kami, pasti kami akan bersedekah
dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh".
Sedemikian pentingnya untuk menjadi kaya
sehingga meghalalkan segala cara, bukan juga cara yang baik untuk dilakukan. Apalagi
untuk ditiru. Bahkan bisa jadi kekayaan itu malah jadi bumerang buat
pemiliknya, karena apa pun yang diberikannya dengan alasan amal sholih, akan
tertolak kalau sumbernya tidak halal.
Lalu, kalau tidak kaya, bagaimana dong? Enggak bisa beramal
shalih, tidak bisa bersedekah, tidak bisa bangun mesjid de el el...




